21.0 Jelaskan

2.4K 253 2
                                    








Keadaan rumah tangga Karina dan Jeno semakin tidak baik, kedua nya tidak bertegur sapa bahkan jarang sekali bertemu di rumah karena Jeno jarang pulang ke rumah mereka. Sementara Karina disibukkan dengan tuntunan nya pada managementnya dan mencari keberadaan anaknya.

Karina sudah tau letak SD yang kemarin membawa Haerin ke tempatnya bekerja, ia juga sudah melihat Haerin di sekolahnya namun ia belum bisa menemui sang anak karena ada Jeno yang selalu bersama anak itu. Tapi Karina bersyukur setidaknya ia bisa melihat wajah anaknya dan memastikan kalau anaknya baik-baik saja.

Sekarang yang menjadi masalah adalah pemutusan kontraknya masih bergulir, Karina berseteru dengan CEO management nya dan ia menolak untuk melanjutkan semua pemotretan dan acara variety yang sudah dijadwalkan. Kini Karina tengah melawan CEO management nya sendiri.

Masalah demi masalah terus berdatangan, Karina butuh penenang, jika dulu ada Jeno yang bisa ia ajak bicara dan menjadi penenang dalam setiap masalahnya kini ia tidak memilikinya lagi, Jeno benar-benar marah padanya hingga memutus semua hubungan dengannya bahkan nomernya di blokir.

Harapan satu-satu nya yang Karina punya adalah Haerin, ia ingin memeluk anaknya, sekali saja, karena sudah hampir 1 bulan ia lost contact dengan anaknya.

Karina berjalan mengitari sekolah baru sang anak, ia berharap hari ini ia bisa lebih dulu menemui Haerin sebelum Jeno. Namun saat ia mendekat ke tempat penjemputan, Karina mengerutkan keningnya saat melihat Jeno, Haerin juga Lami berada disana, bahkan ia mendengar percakapan mereka dengan guru Haerin.

"Tidak ada masalah dengan Haerin tuan, dia bersosialisasi dengan baik, teman-temannya juga menyukai Haerin. Ya kan Haerin?"

Haerin mengangguk sambil tersenyum menanggapi gurunya.

"Wah baguslah kalau begitu, berarti kami tidak perlu khawatir lagi" ujar Lami sambil tersenyum pada guru Haerin.

Sang guru mengangguk sambil mengelus kepala Haerin, "Dia anak yang baik, anda dan suami anda mendidiknya dengan baik"

Lami tersenyum canggung begitupula dengan Jeno berbeda dengan Haerin yang tiba-tiba murung. Namun raut wajah Haerin berubah saat mendengar suara seseorang.

"Haerin-ah"

"Eomma!!" Pekik Haerin refleks yang sontak membuat anak itu menutup mulutnya menatap ibunya takut.

Haerin tau mengenai berita itu, ia memang kecewa pada ibunya tapi Haerin merindukan ibunya, ia tidak akan marah pada ibunya, tidak apa-apa ia tidak dianggap anak asal dia bisa bersama ibunya.

Semua orang menatap ke arah Karina, wanita itu menatap angkuh pada Lami yang sedang merangkul Haerin. Karina dengan cepat menarik Haerin ke sampingnya.

"Saya ibunya" ujar Karina tegas

"Ayo sayang" ujar Karina membawa anaknya menjauh dari orang-orang yang menatap mereka.

Karina membawa Haerin ke tempat yang agak jauh dari sana, ia sengaja menghindari Jeno, ia takut Jeno akan membawa Haerin darinya, jadi lebih baik ia membawa anaknya lebih dulu.

"Haerin-ah, eomma mianhae" ujar Karina lirih sambil memeluk anaknya erat, ia mencium kepala Haerin berkali-kali, bahkan airmatanya sudah tak terbendung mengingat semua yang pernah ia lakukan pada sang anak.

"Eomma mianghae, sayang" ujar Karina lagi sambil mengelus wajah Haerin, wanita itu menangis di hadapan anaknya, ia merasa begitu berdosa pada anaknya sendiri.

"Eomma jangan menangis, Haerin tidak marah kok, Haerin tidak apa-apa eomma kalau harus pura-pura tidak kenal eomma diluar, tapi Haerin mau pulang dan tinggal dengan eomma appa seperti dulu"

Private LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang