Sudah 7 hari Karina hidup dalam kesengsaraan, ia tidak bisa menemui Haerin, Jeno mengabaikannya di rumah, dan tak menanggapinya jika bertanya dimana anak mereka. Haerin tidak ada di Busan, ayah dan ibu Jeno pun seperti hilang ditelan bumi, ia tidak tau ada dimana anaknya.
Ia dan Jeno masih serumah tapi Jeno terus mengabaikannya, mereka tidak tidur bersama, Jeno lebih memilih tidur di kamar Haerin dan hanya akan masuk untuk mengganti baju. Sementara Karina tidak keluar dari rumahnya dan terus menangis karena merindukan Haerin, ia juga menangis karena merasa sakit di hatinya, perlakuan Jeno cukup membuat hatinya hancur.
"Jeno" panggil Karina namun Jeno tak menanggapinya, laki-laki itu masih sibuk memakai jas nya lalu mengambil tas kantor dan berniat berjalan keluar dari kamarnya namun Karina dengan cepat menarik tangan laki-laki itu.
"Sampai kapan kau akan melakukan hal seperti ini padaku!!!" Teriak Karina dengan airmata yang sudah melurus dari matanya namun Jeno tidak peduli, ia malah melepaskan tangan Karina dan berjalan menjauh.
"Dimana Haerin?" Tanya Karina namun tak ditanggapi
"Dimana anakku!!" Teriak Karina lalu melempar vas bunga besar yang ada di ruang keluarga.
Namun hal itu tidak cukup untuk membuat Jeno peduli padanya, laki-laki itu sudah pergi dari hadapannya.
Karina berjalan pelan menuju ke kamar Haerin, ia menangis sejadi-jadinya menahan rasa sakit dihatinya. Tubuhnya tidak terurus lagi, ia hanya menangis dan menangis, bahkan mata nya menghitam, tubuhnya kurus dan ia terus muntah karena telat makan.
"Nyonya, anda harus makan, nanti anda sakit" ujar sang pembantu yang setia memaksa nya makan selama seminggu ini, mungkin jika tidak karena pembantu nya ia akan mati karena lupa makan.
Namun bukannya makan, Karina malah memuntahkan isi perutnya, ia telat makan lagi, maag nya kambuh lagi, namun ia tidak peduli, entah kenapa ia sangat merindukan anaknya, ia ingin bertemu Haerin, ia ingin tidur memeluk anaknya.
"Ahjumma apa tidak ada kabar dari Haerin? Aku merindukan anakku" ujar Karina lalu kembali menangis pilu, Karina takut Haerin membencinya karena memberitaan diluar sana, ia takut anaknya tidak mau lagi bertemu dengannya.
"Maaf Nyonya, kami tidak tau"
Karina kembali menangis hingga tertidur, ia sudah benar-benar lelah menangisi kehidupannya.
Sementara di luar, Jeno belum pergi ke kantor, ia menunggu sang pembantu.
"Bagaimana? Apa dia sudah makan?"
"Maaf tuan, Nyonya tidak mau makan, Nyonya terus menangis hingga tertidur lagi"
Jeno mengumpat kecil, ia lalu mengangguk, "Baiklah ahjumma terima kasih"
Jeno lalu berjalan masuk ke rumah nya, ia memasuki kamar Haerin untuk mengecek keadaan Karina.
"Maaf.."
***
Setelah hampir 2 minggu hidup Karina seperti mayat hidup, ia mulai menegarkan dirinya, ia mulai memperbaiki penampilannya, ia tidak akan bisa menyelesaikan masalah kalau hanya menangis.
Karina mulai tegar dan berpenampilan seperti biasa. Ia tidak akan menyerah begitu saja pada semua fitnah yang ia terima. Karina menghubungi seseorang yang merupakan pengacara sekaligus temannya.
Karina menceritakan semua pada temannya.
"Aku ingin memutuskan kontrakku dengan management ku saat ini, aku juga akan menuntut management ku atas pencemaran nama baik dan fitnah. Aku akan mengumpulkan bukti bahwa Lee Haerin adalah anak kandungku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Private Life
Fiksi PenggemarIni adalah cerita kehidupan model terkenal Katharina Yoo dan pembisnis kaya Jevano Lee. Dua orang musuh yang hidup bersama karena terikat benang merah takdir. Siapa yang menyangka dua orang anak konglomerat itu bertahan hidup bertahun-tahun bersama...