3.0 Waktu Bersama

2.5K 247 0
                                    


Jika Karina bingung dengan perasaannya maka Jeno pun seperti itu, 12 tahun ini ia tidak pernah menyadari perasaan apa yang membuatnya kekeh bertahan dengan Karina. Jika itu hanya perihal sang anak, tidak mungkin karena Haerin pun tidak tinggal dengan mereka. Bodohnya ia tidak pernah mau mencari tau perasaan apa itu.

Tok tok tok

Jeno menatap ke arah pintu yang dibuka oleh wanita yang terus mengisi kepalanya sejak tadi

"Jeno, aku ingin bicara"

Jeno berdiri dari kursi kerjanya menuju ke sofa tempat sang istri duduk.

"Ada apa?"

"Aku ingin menandatangani kontrak terbaru dengan brand temanmu itu"

"Jaehyun?"

"Iya"

Jeno mengangguk, "Ya lakukan saja, tumben kau meminta pendapatku, biasanya kau sudah taken baru memberitauku"

Karina tertawa, "Benar juga, tapi aku rasa kalau aku meneken kontrak yang ini sendiri kau pasti akan mengacaukannya"

"Memangnya itu kontrak apa?"

Karina memberikan sebuah map pada Jeno yang langsung dibaca oleh laki-laki itu, setelah 5 menit kening Jeno mengerut, ia lalu melempar map itu ke meja.

"Tidak boleh"

Karina memutar bola matanya malas, "Iya kan? Aku tau reaksimu akan begitu"

"Kalau kau tau harusnya kau menolaknya tanpa memberitauku"

"Tapi aku ingin mencoba hal baru, apa salahnya kalau aku mengambil kontrak itu"

Jeno menatap Karina tajam, "Kau mau mengekspose tubuhmu lalu bergaya dengan model laki-laki? Kau gila?! Kau sudah menikah bahkan punya anak! Dimana akal sehatmu?!"

Bukannya takut dibentak sang suami, Karina terkekeh, "Kita sudah sepakat untuk saling mendukung satu sama lain, aku tidak pernah melarangmu melakukan apapun pada pekerjaanmu dan lagi pula mereka tidak tau aku punya anak, tubuhku masih sempurna seperti sebelumnya bahkan lebih bagus dari pada sebelum aku melahirkan" ujar Karina dengan wajah santai, sebenarnya ia suka melihat wajah kesal Jeno. Laki-laki posesif gila.

Jeno mengeraskan rahangnya, "Itu dua hal yang berbeda, pekerjaanmu dan pekerjaanku berbeda dan aku tidak peduli, mau tubuhmu sempurna atau apapun itu, kau tidak boleh menandatangani kontrak itu. Kalau kau melakukannya kau tau bukan aku bisa melakukan apa?"

"Kau berlebihan, memangnya kenapa sih? Aku ini model, aku bebas bergaya dengan pose dan keadaan apapun, dan aku bebas mengekspose tubuhku, karena ini tubuhku"

Karena kesal dan emosi, Jeno mendorong Karina di sofa, ia menindih istrinya dengan wajah mengeras, "Kau istriku, tubuhmu memang milikmu tapi aku punya hak untuk melarangmu memperlihatkan tubuhmu untuk orang lain. Hanya aku yang boleh melihat tubuhmu. Hanya aku. Jangan membangkang atau ku buat karir mu hancur"

"Kau mengancamku?"

"Ya, jadi jangan membuatku marah Karina"

"Kenapa? Kau mulai menyukaiku? Atau kau hanya takut harga dirimu sebagai suami terluka?"

Jeno mengeraskan rahangnya, "Kau mau menguji kesabaranku? Jangan bermain-main"

Karina yang memang sedang mempermainkan suaminya tertawa, "Aku tidak takut" ujar Karina, ia mengelus rahang sang suami jahil.

"Karir ku hancur, kaupun hancur. Haerin bukan hanya anakku tapi juga anakmu, kau pikir hanya aku yang hancur?"

Jeno turun dari tubuh Karina, "Jangan membawa nama Haerin dalam masalah ini"

Private LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang