28.0 Not Angry

2.5K 225 12
                                    









Karina menggerakkan tubuhnya perlahan saat kesadarannya mulai kembali, ia mengerjap beberapa kali, namun aneh saat melihat langit-langit kamar nya dan Jeno bukannya kamar Haerin. Seingatnya semalam ia tidur dengan Haerin, ia memeluk Haerin tapi kenapa rasanya dia yang sedang dipeluk.

"Morning"

Mendengar suara serak yang familiar membuat kesadaran Karina kembali dengan cepat, ia menatap ke samping, benar saja, tubuhnya di dekap sang suami, bahkan kepala suaminya masih setia bertengger di puncak kepalanya.

Tapi Karina masih bingung, semalam mereka bertengkar tapi kenapa sekarang...

"Maaf, aku harusnya tidak berlebihan semalam. Maafkan aku" ucap Jeno menghentikan pemikiran liar sang istri yang ia tau pasti sedang menerka-nerka skenario yang terjadi semalam.

Jeno menarik wajah Karina agar mendongak menatapnya, "Aku tidak ingin terlihat cengeng di depanmu itulah kenapa aku pergi semalam"

Karina masih menatap Jeno bingung, "Aku tidak bisa menahan emosi Karina, aku harus melampiaskan emosiku pada apapun tapi jika itu di depanmu aku tidak mungkin menghancurkan semua barang di kamar ini, aku tidak ingin kau takut, dan jika aku tidak bisa meluapkan emosiku, maka aku akan menangis"

Karina yang awalnya bingung berangsur tersenyum lalu tertawa kecil, "Aku tidak tau kau begitu"

"Aku begitu sejak dulu, kalau kau membuatku kesal aku tidak ingin marah padamu jadi aku banyak menghindar. Aku berusaha sebaik mungkin agar tidak marah padamu tapi maaf tentang semalam. Aku tidak bisa menahan emosiku"

Karina mengangguk, "Tidak apa-apa, aku hanya ingin menjelaskan semuanya pada para penggemarku, pada orang-orang yang mendukungku untuk terakhir kalinya, tapi kalau kau tidak setuju aku tidak akan lakukan"

Jeno menggelengkan kepalanya, "Kita akan melakukannya, sekali dan untuk yang terakhir kali" ujar Jeno lalu mengecup kening Karina

"Perutmu masih sakit?"

Karina tampak kaget, darimana suaminya tau perutnya sakit.

Melihat kebingungan Karina, Jeno mulai menjelaskan, "Haerin memberitauku semalam saat aku pulang, aku memindahkanmu kesini agar aku lelusa mengawasimu. Jadi masih sakit? Haruskah kita ke dokter?"

Karina menggelengkan kepalanya, "Sudah tidak sakit lagi, semalam agak nyeri sedikit sepertinya karena aku tidak banyak minum air, jadi agak nyeri"

Jeno mengelus perut Karina yang mulai sedikit membuncit, "Jangan ulangi lagi, kau harus banyak minum air putih, makan makanan yang bergizi juga yang banyak"

Karina tersenyum, ia mengangguk patuh, "Okee suami"

Jeno menggelengkan kepalanya sambil mencuil hidung sang istri.

"Ayo sarapan" ujar Jeno menarik Karina agar bangun.

Karina dengan senang hati mengikuti sang suami untuk sarapan pagi, di sana sudah ada Haerin yang menunggu mereka.

"Morning sayang" ujar Karina mendekati Haerin lalu mencium pipi anaknya.

"Morning Eomma" balas Haerin

Karina mendudukkan diri di depan Haerin dengan Jeno di sampingnya.

"Haerin-ah, hari ini ada les tambahan di sekolah tidak?"

Haerin menggelengkan kepalanya, "Tidak ada eomma"

"Ow oke, nanti temani eomma ke mall ya"

Haerin mengangguk patuh, lalu anak itu menyeletuk, "Eomma, semalam waktu Appa pulang hidungnya merah terus badannya panas"

Private LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang