15.0 Nightmare

2.2K 200 8
                                    







Karina mencoba menggerakkan tubuhnya, ia melepaskan dekapan Jeno yang benar-benar memeluknya erat.

"Jeno...lepas" ujar Karina lemas, ia benar-benar dibuat kelelahan oleh Jeno semalam. Tubuhnya rasanya akan remuk, laki-laki itu seperti kerasukan.

"Kapan kita akan syuting acaranya?" Tanya Jeno masih dengan mata tertutup

"Mereka meminta hari minggu full dari pagi sampai malam, hanya akan ada 2 episode saja jadi syutingnya seharian mengingat jadwal mu yang terlalu padat"

"Lalu Haerin bagaimana?"

"Aku akan meminta Winter membawa Haerin seharian bermain dengan Minji"

Jeno mengangguk, "Baiklah, ayo tidur lagi"

"Ish bangun dulu Jeno, aku mau mandi"

"Ayo mandi bersama"

Karina menepok dahi Jeno lalu berlari dengan selimut ke dalam kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi tak santai, Jeno hanya tertawa lalu kembali tidur.

Setelah membersihkan diri keduanya menuju ke luar kamar mereka untuk sarapan.

Kedua pasangan suami istri itu masih di mabuk asmara umur 34 tahun bukanlah umur yang cocok bagi dua sejoli yang tengah di mabuk cinta, 2 pasutri yang sudah memiliki anak gadis itu tak henti-hentinya mengumbar kemesraan sejak Jeno mengakui perasaannya mereka bahkan terang-terangan pamer kemesraan di depan sang anak.

Haerin menatap jengah ke arah ayah dan ibunya yang saling menyuapi di meja makan sambil tertawa-tawa dengan wajah memerah.

"Kenapa ayah dan ibuku seperti remaja labil, astaga" gumam Haerin lalu dengan wajah jahil ia memindahkan kursinya lalu duduk di tengah-tengah kedua orang tuanya setelah menggeser kursi sang ibu..

"Eomma Appa Haerin mau ikuttt" pekik Haerin yang membuat Karina mendengus.

"Haerin ishh"

Haerin tak menghiraukan sang ibu, ia malah memeluk lengan ayahnya, "Appa a' " ujar Haerin membuka mulutnya agar ayahnya menyuapinya

Jeno terkekeh mengikuti keinginan sang anak sambil melirik Karina yang sudah memasang wajah memble. Jeno mencium kepala Haerin.

"Eomma mu cemburu itu"

Haerin menatap ibunya, dengan wajah congak anak itu mencium pipi ayahnya, "Appa punya Haerin"

"Apasih, sana anak kecil ke sekolah"

Haerin menjulurkan lidahnya pada sang ibu yang membuat Karina kesal lalu mengelitik anaknya hingga anak itu tertawa memekik, pagi hari mereka, mereka lewati dengan canda dan tawa.

***

Suasana sekolah begitu riuh, para murid sedang menyaksikan seorang gadis yang sedang menarik rambut teman sekelasnya, lalu mendorong anak itu hingga jatuh tersungkur.

Minji yang baru saja keluar dari kamar mandi menatap kerumunan itu penasaran.

"Ada apa? Ada apa?" Tanya nya pada teman-temannya.

"I-itu Minji, Haerin, dia bertengkar dengan Riona"

Minji kaget lalu menembus kerumunan dan melihat Haerin yang sedang di tarik rambutnya oleh Riona. Namun keadaan Riona sudah sangat berantakan sementara Haerin masih rapi. Sepertinya Haerin sudah lebih dulu membuat Riona berantakan.

Tak lama para guru datang, "Apa-apaan ini!!! Anak-anak bubar!! Kalian berdua ikut bapak ke kantor" bentak guru laki-laki berperawakan besar.

Minji yang khawatir hanya bisa diam, karena Haerin tidak mau menatapnya, ia melihat wajah Haerin yang tampak sangat dingin dan seperti sedang menahan amarah. Ia tadi memang bersama Haerin, ia meminta ditemani ke kamar mandi tapi ia tidak tau apa yang terjadi hingga Haerin berkelahi dengan temannya itu.

Private LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang