"Vanessa?" Cedric menghampiri Vanessa yang sudah mengganti pakaiannya dengan kaos lengan panjang dan rok panjang.
Vanessa sedang merajut sebuah syal berwarna coklat dengan ditemani lentera kecil.
Wajahnya mendongak menatap ke arah Cedric, lalu tersenyum lembut. "Kamu belum tidur?" Tanya Vanessa kepada Cedric.
"Tadi aku mau tidur, tapi aku haus. Kamu sedang apa?" Tanya Cedric kepada Vanessa.
"Aku sedang merajut syal untuk ayah baptis ku, sudah lama aku tidak memberinya hadiah." Jawab Vanessa yang masih terfokus dengan rajutan syalnya.
Cedric mengambil tempat duduk di dekat Vanessa, dia terus memperhatikan Vanessa yang terus merajut. "Bagaimana denganku?" Tanya Cedric yang masih terus menatap Vanessa dalam.
Matanya melirik ke arah Cedric, "Akan kubuatkan, tak mungkin aku melupakan mu Ced."
Dengan lembut Cedric menarik tangan Vanessa untuk di genggam nya, lalu diciumnya lembut tangan tersebut. "Aku mencintaimu Nessa." Ucapnya lembut.
Samar-samar, Vanessa merasakan ada yang tak beres. Suara-suara di bumi perkemahan telah berubah.
Nyanyian-nyanyian telah berhenti. Dia bisa mendengar jeritan-jeritan dan suara orang berlarian.
"Cedric cepat bangun kan ayahmu, ada yg tidak beres diluar." Vanessa bangkit merapikan barang-barang nya.
Cedric melakukan seperti yang disarankan dan bergegas membangun kan ayahnya, dengan cepat juga mereka bergegas keluar dari tenda.
Dalam cahaya beberapa api yang masih menyala, dia bisa melihat orang-orang berlarian ke hutan, me-larikan diri dari sesuatu yang bergerak melintasi lapangan ke arah mereka, sesuatu yang mengeluarkan pijar-pijar cahaya dan bunyi seperti letusan senapan.
Olok-olok keras, gelak tawa, dan teriakan orang mabuk terbawa angin ke arah mereka, kemudian muncul semburan cahaya hijau terang, yang menerangi suasana.
Serombongan penyihir, bergerak rapat dan bersamaan dengan tongkat terarah lurus ke atas, berjalan pelan melintasi lapangan.
Vanessa menyipitkan mata memandang mereka... Kelihatannya mereka tidak memiliki wajah... Kemudian dia sadar bahwa kepala mereka ditutup tudung dan wajah mereka memakai topeng.
Jauh di atas mereka, melayang di udara, empat sosok menggeliat sedang diubah menjadi bentuk-bentuk aneh. Seakan para penyihir bertopeng di darat itu pemain sandiwara boneka, dan orang-orang di atas mereka adalah bonekanya, yang digerakkan dengan tali-tali tak tampak yang meluncur ke atas dari ujung tongkat. Dua dari empat sosok itu sangat kecil.
Semua orang berlari dan berteriak, bahkan beberapa kali bahu Vanessa di terdorong.
"Kita harus kembali ke portkey!" Teriak Amos diantara kebisingan sekitar.
Vanessa memfokuskan matanya, sehingga area di sekitar matanya mengeluarkan urat wajah. Bahkan mata Vanessa yang ungu pekat seperti memudar menjadi warna putih ke ungu-an.
"Cedric ada yang tidak beres." Ujar Vanessa sambil memperhatikan orang-orang bertudung hitam mencurigakan.
Sedangkan Cedric yang baru tahu kalau Vanessa yang melihat wajah Vanessa yang memunculkan urat mulai khawatir, "Vanessa kau tak apa?"
Vanessa ingat selain dia yang bisa berteleport dan memiliki penglihatan yang tajam, dia juga bisa memindahkan barang atau seseorang ke tempat ataupun negara lain.
Dengan cepat Vanessa memegang tangan Cedric dan Amos untuk segera berteleport menuju ke arah hutan, bisa dibilang membuat mereka menjauh sedikit.
Amos yang tiba-tiba diajak berpindah tempat, sangat syok apalagi perasaan berpindah tempat nya sangat berbeda saat ber apparate.
"Apa kita baru saja ber-Apparate? Bagaimana?" Tanya Amos seperti orang linglung.
Namun kemudian Vanessa baru tersadar kalau dia meninggalkan barang-barang nya, termasuk syal rajut yang dia buat untuk Remus.
"Paman, Ced cepat kalian menuju portkey sekarang. Aku ak-" perkataan Vanessa terputus saat Cedric menarik tangan nya.
"Kamu mau kemana? Kita pergi bersama-sama." Teriak Cedric ke arah Vanessa.
"Tidak bisa! Barang ku tertinggal, aku akan kembali dengan cepat." Lalu Vanessa menepis tangan Cedric, tanpa aba-aba lagi dia langsung berteleport kembali.
"VANESSA!!" Teriak Cedric diikuti dengan menghilang nya Vanessa.
Vanessa mengambil syalnya dan barang-barang Cedric dan Amos yang tertinggal lalu dibuat nya barang-barang tersebut berteleport ke tempat Amos dan Cedric berada.
Tapi entah kenapa ada sebuah dorongan yang membuat Vanessa memilih tidak jadi kembali menyusul Cedric, dia keluar dari tenda lalu berlari menghampiri orang-orang yang terluka.
Dilihat nya di langit menunjukkan tanda kegelapan dari Voldemort, yaitu berbentuk tengkorak kepala dan bagian mulut tengkorak seperti mengeluarkan ular.
Dan sudah dipastikan itu pastilah tanda dari Voldemort.Vanessa meneleport kan orang-orang yang terluka ke bukit dimana semua orang berada, tanpa berhenti Vanessa terus berlari mengitari bumi perkemahan.
Dia menghindar dan bersembunyi sekuat tenaga dari rombongan berjubah hitam, mengandalkan kekuatan matanya terus menerus.
Namun tanpa Vanessa sadari warna matanya akan terus menerus memudar, bahkan dia sekarang sangat kelelahan.
Namun dia melihat seorang anak kecil yang sedang memeluk kedua lututnya sambil terus menangis.
Dengan cepat Vanessa menyambar tubuh anak tersebut lalu dibawanya anak itu menuju hutan bersama dengannya.
Karena Vanessa sadar dia telah menggunakan banyak kekuatan nya untuk menyelamatkan banyak orang, apalagi matanya yang sekarang sangat sakit.
Namun saat dia mulai pingsan ada sosok seorang laki-laki menghampiri nya dan dia tahu betul siapa laki-laki tersebut.
"Nessa... Kau dengar aku?" Panggil Cedric ke arah Vanessa yang mulai pingsan ke dalam pelukannya.
Sedangkan anak kecil yang dibawa Vanessa barusan, langsung berlari menuju keluarga nya.
Sekarang tubuh Vanessa sangat lelah, bahkan tubuhnya sulit digerakkan. Sedangkan Cedric sudah sangat cemas dengan kondisi tubuh Vanessa, apalagi Vanessa sekarang sedang pingsan di pelukannya.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐀𝐍𝐀𝐓𝐈𝐊 // 𝐂.𝐃
Fanfiction"Kenapa harus Cedric Diggory sih yang harus dibunuh?" kesal Vanessa terhadap buku yang dia baca. walaupun dia sudah beberapa kali menamatkan ketujuh buku Harry Potter berkali-kali, dia masih tidak puas dengan ending dimana Cedric diggory harus dibun...