Kathryn mengkuncir kuda rambutnya dengan tinggi, lalu memperhatikan penampilan nya didepan kaca. Melihat penampilan nya yang sedang memakai baju olahraga Gryffindor.
"Apa kau sudah siap Vanessa?" Tanya Alicia yang masih duduk di kasurnya.
Vanessa mengangguk, "Alicia..." Dia menatap ke arah Alicia dengan tatapan sendu.
"Ada apa?" Tanya Alicia bingung karena raut wajah Vanessa terlihat sedih.
Vanessa tersenyum lebar, lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak... Aku sudah tidak sabar menyelesaikan tugas terakhir ini."
Alicia mengangguk, "ya, kau pasti bisa. Aku yakin kamu pasti yang akan memenangkan turnamen ini."
"Benar... Aku pasti berhasil." Kata Vanessa dengan yakin.
.
Vanessa berjalan berdua bersama Cedric, mereka mengobrol di koridor.
"Nessa... Apa kau tidak takut?" Tanya Cedric sambil menatap ke arah Vanessa dengan lembut.
Dengan jujur Vanessa mengangguk, "Tentu saja aku sedikit takut, tapi kata Harry, Fleur, dan Krum ini akan mudah. Jadi kurasa aku pasti bisa." Jawab Vanessa menunjukkan wajah ceria, walaupun didalam hatinya sangat cemas sekarang.
Kemudian tiba-tiba Harry muncul dengan raut wajah ceria, "Vanessa, ada Remus disini. Ayo kemari." Ajak Harry menuju ke dekat pintu aula.
"Paman?"
"Kurasa Pamanmu datang, ayo kita temui dia." Kata Cedric sambil menarik pelan tangan Vanessa.
Saat melihat Remus didepan pintu aula, Vanessa langsung melepaskan pegangan tangannya dari Cedric dan segera memeluk Remus.
"Paman!" Pekik Vanessa bersemangat, lalu langsung memeluk Remus.
"Woah, pelan-pelan. Kau bisa terjatuh nanti." Kata Remus, sambil membalas pelukan Vanessa.
Vanessa langsung melerai pelukan mereka, disana juga ada Mrs Weasley dan Bill Weasley.
"Paman tidak menyapa Harry?" Tanya Vanessa melihat Harry yang sangat senang melihat keberadaan Remus, Mrs Weasley, dan Bill Weasley.
"Tadi aku sudah mengobrol dengannya, dan sekarang aku ingin mengobrol denganmu. Aku harap kau tidak keberadaan Diggory." Kata Remus sambil melirik tajam ke arah Cedric.
Cedric yang gugup mendapatkan lirikan mata dari Remus, "Kurasa aku harus bersiap-siap untuk menonton tugas kedua, aku akan pergi bersama teman-teman ku."
"Baiklah, hati-hati" kemudian Cedric pergi menjauh dari mereka.
"Kenapa paman selalu menatap tajam ke arah Cedric? Dia kan kekasih ku." Kata Vanessa yang sedikit kesal karena Remus mengusir Cedric secara tidak langsung.
Kemudian Remus mengajak Vanessa untuk berjalan-jalan disekitar koridor yang sepi untuk saling mengobrol.
"Apa matamu baik-baik saja sekarang? Aku harap kau tidak memaksakan matamu seperti kemarin." Kata Remus menatap ke arah mata Vanessa yang masih berwarna jernih.
"Aku sering mengompres mataku setiap malam, biasanya sering ku gunakan saat turnamen saja." Jawab Vanessa.
"Kemarin aku merapikan rumah, dan aku menemukan ini." Remus mengeluarkan sebuah kalung jimat berwarna ungu seperti mata Vanessa. "Mendiang ibumu menitipkan jimat ini untuk mu, katanya ini bisa melindungi mu."
Vanessa memperhatikan jimat tersebut, lalu tersenyum kecil. "Bisakah paman memasangkan nya untuk ku?"
Remus memasangkan kalung tersebut dileher Vanessa, sedangkan Vanessa masih merasakan dilema.
Setelah memasangkan kalung tersebut, Vanessa langsung berbalik untuk memeluk Remus dengan erat seakan-akan itu adalah pelukan terakhir nya.
.
Seperti biasa Bagman memberikan kata sambutan hangat untuk para penonton, semua orang sangat bersemangat karena penasaran dengan siapa yang akan memenangkan turnamen tersebut.
Dan orang pertama memasuki labirin adalah Vanessa, jadi saat peluit ditiup Vanessa harus segera masuk kedalam labirin tersebut.
Perasaan Vanessa sungguh sangat kalut saat didalam labirin, karena tempat yang gelap dan labirin yang tinggi bahkan akar liar yang terus bergerak-gerak.
Peluit sudah ditiup selama 3 kali yang bertanda ke tiga juara lainnya sudah memasuki labirin juga.
Berusaha keras menghindari Skrewt, sphinx, laba-laba raksasa dan Dementor dengan susah payah. Vanessa memperhatikan sekeliling dengan cermat mencari keberadaan piala Triwizard, saat telah menemukannya di memilih langsung berteleport didekat piala tersebut.
Tak lama kemudian Vanessa mendengar suara teriakan perempuan, dan Vanessa yakin itu pasti Fleur yang diserang oleh Krum jika sesuai dengan buku.
Beberapa kali laba-laba raksasa datang menyerang Vanessa namun selalu dielak olehnya, namun yang membuat makhluk-makhluk itu aneh adalah kenapa Vanessa tidak langsung mengambil piala Triwizard itu.
Lalu dia melihat bunga api merah yang menandakan ada yang butuh pertolongan, itu sudah pasti Krum.
Tak lama kemudian setelah Vanessa mengalahkan laba-laba tersebut, muncul lah Harry dengan raut wajah yang sangat lelah sekali.
"Vanessa?! Kau sampai terlebih dahulu?" Tanya Harry melihat laba-laba raksasa yang sudah tergeletak di atas tanah.
"Ya, baru sampai." Bohong Vanessa kepada Harry.
"Kalau begitu kau bisa ambil pialanya, kau menang Vanessa." Kata Harry dengan tegas, membiarkan Vanessa untuk mengambil piala Triwizard tersebut.
"Bersama-sama"
"Tidak! Kau layak untuk menang, aku tak-" perkataan Harry terpotong saat Vanessa menepuk bahu Harry pelan.
"Kau adikku, dan aku ingin berbagi piala Triwizard ini bersamamu. Kau sudah berusaha cukup keras Harry, kau juga layak." Kata Vanessa sambil menunjukkan senyuman meyakinkan.
Harry sempat ragu, "Ayo!" Ajak Vanessa sambil mengulurkan tangannya.
Tanpa banyak berfikir Harry menerima uluran tangan Vanessa, lalu mereka menyentuh piala itu bersama.
Mereka berpindah didekat kuburan, seperti biasa perpindahan melalui portkey membuat sakit kepala.
Vanessa melihat Harry yang kakinya terluka karena menghantam tanah, lalu Harry menatap Vanessa.
"Dimana kita?" Tanya Harry bingung.
Sebenarnya Vanessa tau dimana dia sekarang, namun...
"Aku tidak tahu, mungkin ini adalah bagian dari tugas?" Kata Vanessa sambil memegang tongkatnya erat-erat."Yeah, mungkin saja." Jawab Harry.
Vanessa memperhatikan sebuah batu nisan yang bertulisan "TOM RIDDLE".
"Ada yang datang" kata Harry, sontak membuat Vanessa berbalik lalu melihat ke arah pandangan Harry.
Dengan cepat Vanessa berdiri dihadapan Harry mencoba untuk melindunginya, "Harry, mundurlah" kata Vanessa yang langsung diturutin oleh Harry.
Harry berjalan mundur sedangkan Vanessa mulai mengangkat tongkatnya mengarah ke orang yang akan datang.
Dan kemudian, Harry merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa dibekas lukanya yang dikepala. Bahkan Harry sudah roboh di tanah.
"Harry kau tak apa?" Tanya Vanessa cemas. "Harry!?"
Tanpa persiapan apapun Vanessa mendengar sosok tersebut mengucapkan mantra, "Avada Kedavra!" Ke arahnya.
Vanessa langsung tergeletak, mantra tersebut tepat di depan matanya sehingga dia terjatuh ditanah dengan mata yang berlumuran darah. Tubuh Vanessa tergeletak tepat disamping Harry,
Setelah rasa sakit yang dikepala Harry mulai mereda dia melihat Vanessa yang terbaring, dengan mata yang mengeluarkan banyak darah.
Bahkan sebelum Harry memastikan apa yang terjadi terhadap Vanessa, dia langsung ditarik oleh wormtail.
Bahkan samar-samar Vanessa masih bisa mendengar suara Harry, sebelum dia menutup mata nya.
BERSAMBUNG...
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐀𝐍𝐀𝐓𝐈𝐊 // 𝐂.𝐃
Fanfiction"Kenapa harus Cedric Diggory sih yang harus dibunuh?" kesal Vanessa terhadap buku yang dia baca. walaupun dia sudah beberapa kali menamatkan ketujuh buku Harry Potter berkali-kali, dia masih tidak puas dengan ending dimana Cedric diggory harus dibun...