Dimana Vanessa?

897 94 1
                                    

Cedric POV

Sudah lama aku tidak melihat Vanessa, mengingat dia selalu sibuk dengan penggemarnya, dan jadwal kelas kami yang berbeda bahkan untuk bertemu saja sangat susah.

"Hai Diggory!" Sapa seseorang, yaitu gadis dari Beauxbatons salah satu juara perwakilan Beauxbatons.

Aku memberikan senyuman tipis, lalu berusaha menghindari dari gadis tersebut.

Saat berjalan tidak sengaja aku melihat, teman-temannya Vanessa yaitu Angelina Johnson.

"Permisi, boleh aku bertanya sesuatu?" Tanyaku kepada Angelina yang sedang berbicara bersama teman-temannya yang lain.

"Tentu"

"Apa kau melihat Vanessa?" Tanyaku langsung pada ke intinya, karena aku tidak ingin berbasa-basi.

Angelina menggelengkan kepalanya, "Sayangnya tidak, bahkan dari aku bangun tidur dia sudah pergi entah kemana. Aku hanya melihatnya didalam kelas saja, lalu dia akan langsung hilang lagi. Maaf Cedric, nanti aku akan memberi tahu keberadaan Vanessa kalau aku melihatnya lagi." Jelas Angelina.

Aku mengangguk, "Thanks Johnson." Ujarku yang hanya dianggukan oleh Angelina.

Aku berbalik masih memikirkan dimana gadis itu, "dimana kamu Vanessa..." Gumam Cedric mencari ke setiap sudut sekolah.

Cedric POV end

Ditempat lain, yaitu ruangan kebutuhan Vanessa yang sedang kelelahan mulai tertidur kembali.

Dan seperti biasanya dia memimpikan pria tua itu kembali, dan lagi-lagi pria tua tersebut memukuli nya sangat kuat sehingga Vanessa tidak bisa berkutik lagi.

Dia lelah mimpinya selalu saja dikendalikan pria tua tersebut, bahkan rasanya dia tidak sanggup lagi untuk tidur.

Vanessa terus menerus berlatih di ruangan kebutuhan, hanya untuk bisa mengalahkan pria tua yang selalu mengganggu tidurnya.

"Hosh... Hosh... Hosh..." Vanessa bernafas berat.

Kantung matanya mulai menghitam, bahkan wajahnya sudah terlihat sangat lelah. Untuk bertemu dan bercanda bersama teman saja sangat susah, bahkan walaupun Vanessa sudah meminta obat dari Madam Pomfrey dia masih saja memimpikan pria tua tersebut.

Sudah beberapa kali Vanessa makan didalam ruang kebutuhan tersebut, dan dia terus berlatih untuk mengalahkan pria tua yang selalu mengganggu nya tersebut.

Tanpa sadar Vanessa tertidur, dan kembali terbangun di tanah luas penuh dengan rumput kali ini.

Vanessa menatap ke sekeliling tempat tersebut, dan menemukan pria tua tersebut tidak lagi berwajah suram.

"Aku sangat perihatin kepadamu Vanessa, disaat klan Hayashi sudah menguasai taijutsu. Hanya kau yang masih mempelajari nya, dan kau sangatlah lemah. Bahkan jauh dikatakan layak untuk menjadi klan Hayashi" Ujar pria tua tersebut dengan nada dan pandangan yang merendahkan.

Namun untuk membalas perkataan pria tersebut membuat Vanessa lelah, 'Kuharap aku memegang tongkat ku sekarang' batin Vanessa sambil menatap tajam ke arah pria tersebut.

Tiba-tiba Vanessa merasakan kalau tangan nya terdapat sesuatu, saat dia melihat ke tangan nya dia melihat tongkat sihirnya yang berada tepat di tangannya.

'bagaimana bisa...'

"Kau ingin melawan ku dengan trik konyol seperti yang ibumu lakukan? Sungguh menyedihkan, kau tak jauh berbeda dengan ibumu yang lemah itu." Perkataannya terjeda, lalu berjalan mendekati Vanessa. "Tak heran ibumu mati cepat, karena dia menggunakan trik menjijikkan itu."

Entah kenapa Vanessa tersulut emosi, tanpa sadar dia berteleport tepat dibelakang pria tua tersebut lalu menyerang nya menggunakan tongkat sihirnya. "Kau hanyalah seorang muggle yang tidak tahu apapun, sialan."

Dan benar saja jurus-jurus taijutsu pria tersebut tidak ada gunanya dengan kekuatan teleportasi dan sihir yang Vanessa gunakan. "Sungguh naif sekali diriku melawan mu menggunakan taijutsu yang bahkan tidak bisa ku kuasai, namun..." Vanessa menatap merendahkan pria yang sudah tergeletak banyak darah, "Kau ternyata lebih lemah dari yang kuduga."

"Uhuk...uhuk!" Pria tua tersebut terbatuk darah dan juga dia terus menatap tajam ke arah Vanessa.

Kemudian serangan terakhir, Vanessa
Memberikan pukulan telak di wajah pria tua tersebut sehingga membuat pria tua tersebut tidak sadarkan diri.

Kemudian Vanessa pun terbangun dari tidurnya, dan itu sudah menunjukkan waktu tengah malam.

"Akh!" Ringis Vanessa karena kepalanya yang terasa sangat sakit sekali.

Dia pun berteleportasi menuju kamar asramanya, lalu berbaring untuk kembali tidur.

•••

"Vanessa, bangun!!"

"Vanessa!"

"Vanessa, bangun!!" Panggil Angelina sambil mengguncangkan tubuh Vanessa lembut.

Vanessa terbangun, dengan mata yang masih mengantuk rasanya sudah lama sekali dia tidak bisa tidur nyenyak bahkan kantong matanya sekarang cukup menggelap.

"Bangunlah, apa kau tidak mau sarapan?" Ujar Patricia kepada Vanessa yang masih terbengong ditempat tidurnya.

"Ya, nanti" jawab Vanessa lirih

Angelina dan Patricia saling melemparkan tatapan dan saling berkode untuk siapa yang akan membuka percakapan terlebih dahulu.

"Emm, ngomong-ngomong Vanessa. Kamu akhir-akhir ini dari mana saja? Kenapa kamu jarang sekali melihat mu?" Tanya Alicia seraya mendekat ke arah Vanessa lalu duduk di pinggir kasur Vanessa.

"Emm... A-aku..." Vanessa bingung mau menjawab apa, lalu dia menoleh ke sekeliling kamarnya. Dia melihat telur emas yang sudah lama tidak dipedulikan nya, "A-aku sibuk memecahkan teka-teki telur untuk tugas selanjutnya, aku harus mencari tahu sendiri."

"Benarkah?" Tanya Alicia lagi

Dengan cepat Vanessa mengangguk, "Iya, aku sibuk memecahkan teka-teki telur, dan sekarang aku sudah selesai menyelesaikan teka-teki nya."

"Sungguh??!! Kau sudah memecahkan teka-teki telur itu? Bagaimana cara nya?" Tanya Angelina setelah merapikan rambutnya.

"Ya... Itu semua terjadi begitu saja, bahkan aku sempat menyerah. Dan aku memilih untuk mandi bersama dengan telur tersebut, aku melakukan segala cara kau tahu... Saat aku mencelupkan telur ke dalam air, aku bingung kenapa telurnya tidak terdengar... Jadi aku ikut mencelupkan kepala ku ke dalam air, disaat itulah aku mendengar suara yang sangat merdu." Jelas Vanessa panjang lebar kepada kedua temannya tersebut.

"Apa katanya?" Tanya Angelina lagi.

"Ada saja, kamu tidak harus tau..." Jawab Vanessa lalu beranjak dari tempat tidurnya, dia mengambil handuk lalu masuk ke dalam bilik kamar mandi untuk membersihkan diri.

Walaupun Vanessa sudah tidak bermimpi buruk lagi, namun dia merasa sangat lelah dan tenaga nya terkuras habis... Bahkan untuk berbicara panjang lebar bersama teman-temannya saja sudah membuat Vanessa sangat lelah sekali.

Lalu Vanessa menatap ke arah kaca kamar mandi, dia melihat ke arah wajahnya lebih tepatnya di bagian matanya.

"Kau tak pantas memiliki mata itu... Mata tersebut hanya boleh dimiliki oleh seorang klan Hayashi bukan seorang gadis yang hanya bisa mengandalkan sebuah trik untuk menang" Ucap pria tua tersebut dengan raut wajah yang meremehkan.

"Aku mendapatkan mata ini dari ibuku, dan kau bukan ibuku untuk mengatakan kalau aku tidak layak..." Sengit Vanessa tidak terima.

"Ya, tunggu saja sampai kau kehilangan mata tersebut baru kau akan mengerti." Pria tersebut menusuk kedua mata Vanessa lalu menunjukan wajah Vanessa disaat Vanessa tidak memiliki kedua matanya yang seperti telah tercongkel.

"Tidak... Tidak..., jangan mataku..." Gumam Vanessa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan raut wajah yang terlihat ketakutan.

BERSAMBUNG

𝐅𝐀𝐍𝐀𝐓𝐈𝐊 // 𝐂.𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang