Vanessa memasuki ruangan yang lebih kecil, yang di sepanjang dindingnya berderet lukisan para Penyihir pria dan wanita.
Vanessa menghampiri kedua juara Triwizard dari Durmstrang dan Beauxbatons, dia menyapa kedua juara tersebut ramah.
"Hai, Namaku Vanessa Lloyd." Ucap Vanessa sambil mengulurkan tangannya ke arah Fleur Delacour.
Sambil menyibakkan rambut panjangnya keperakan, Fleur menerima jabatan tangan tersebut. "Aku Fleur Delacour" jawab Fleur ramah. Dan ternyata Fleur bertubuh lebih tinggi dari Vanessa.
Vanessa pun mengulurkan tangannya ke arah Viktor Krum dan dibalas oleh Krum, "Aku Viktor Krum, senang bertemu denganmu."
Mereka bertiga sempat berbincang-bincang ringan, tiba-tiba Harry Potter muncul dengan raut wajah yang tegang.
Fleur Delacour berpaling ketika Harry masuk dan mengibaskan rambut panjangnya yang keperakan. "Ada apa?" tanyanya. "Apa mereka ingin kami kembali ke aula?"
Fleur mengira dia datang untuk menyampaikan pesan. Harry tak tahu bagaimana menjelaskan apa yang baru saja terjadi. Dia cuma berdiri saja, memandang ketiga juara itu.
Terdengar langkah-langkah kaki di belakangnya, dan Ludo Bagman masuk. Dia memegang lengan Harry dan membawanya maju.
"Luar biasa!" gumamnya, seraya meremas lengan Harry. "Sungguh luar biasa! Saudara-saudara," katanya kepada ketiga orang di depan perapian.
"Izinkan aku memperkenalkan-meskipun kedengarannya tak masuk akal juara Triwizard yang keempat." Menunjuk ke arah Harry.
Viktor Krum berdiri tegak. Wajahnya yang masam berubah gelap ketika dia mengawasi Harry. Vanessa tampak tercengang. Dia memandang Bagman, lalu Harry, kembali ke Bagman lagi, seakan yakin dia pasti salah dengar.
Tetapi Fleur Delacour mengibaskan rambutnya, tersenyum, dan berkata, "Oh, lucu sekali leluconnya, Meester Bagman."
"Lelucon?" Bagman mengulangi, kebingungan. "Bukan, bukan, sama sekali bukan lelucon! Nama Harry baru saja muncul dari dalam Piala Api!" Alis tebal Krum bergerak-gerak sedikit.
Fleur mengernyit. "Tapi pasti ada kekeliruan," kata Fleur kepada Bagman dengan nada melecehkan. "Dia tak bisa ikut bertanding. Dia masih terlalu kecil."
"Yah... memang mengherankan," kata Bagman, menggosok-gosok dagunya yang licin dan menunduk tersenyum kepada Harry.
"Tetapi, seperti yang kalian ketahui, pembatasan umur diterapkan tahun ini hanya sebagai tindakan pengamanan ekstra. Dan karena namanya keluar dari dalam piala... maksudku, kurasa tak bisa mengundurkan diri lagi pada tahap ini... Sudah tercantum dalam peraturan, kalian wajib.... Harry harus berusaha sebaik dia...
Pintu di belakang mereka terbuka lagi, dan serombongan besar orang masuk: Profesor Dumbledore, diikuti Mr Crouch, Profesor Karkaroff, Madame Maxime, Profesor McGonagall, dan Profesor Snape.
Vanessa mendengar dengung ratusan anak di balik dinding, sebelum Profesor McGonagall menutup pintu. "Madame Maxime!" Fleur langsung berseru, mendekati kepala sekolahnya, "Mereka mengatakan anak kecil ini akan ikut bertanding!"
Madame Maxime berdiri tegak. Puncak kepalanya menyapu kandil yang penuh berisi lilin, dan dadanya yang besar tertutup jubah satin seakan menggelembung.
"Apa artinya ini, Dumbly-dorr?" kata Madame Maxime angkuh.
"Aku juga ingin tahu, Dumbledore," Profesor Karkaroff menimpali. Senyumnya tajam dan mata biru- nya seperti serpihan es.
"Dua juara Hogwarts? Aku tak ingat ada yang memberitahu bahwa sekolah tuan rumah boleh mengajukan dua juara-apa aku kurang teliti membaca peraturannya?"
Dia tertawa pendek dari kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐀𝐍𝐀𝐓𝐈𝐊 // 𝐂.𝐃
Fanfiction"Kenapa harus Cedric Diggory sih yang harus dibunuh?" kesal Vanessa terhadap buku yang dia baca. walaupun dia sudah beberapa kali menamatkan ketujuh buku Harry Potter berkali-kali, dia masih tidak puas dengan ending dimana Cedric diggory harus dibun...