"Vanessa, apa kabar?"
"Hai, Fleur"
Vanessa bertemu dengan Fleur saat di koridor, mereka berbincang-bincang ringan.
"Kudengar Potter itu satu asrama denganmu, apakah dia anak yang nakal? Dan bagaimana bisa dia memasukkan namanya ke dalam piala api?" Ujar Fleur yang terlihat sangat tidak suka dengan Harry.
Sedangkan Vanessa menggelengkan kepalanya, "Tidak, Harry anak yang baik. Dia tidak pernah mencari masalah dengan siapapun."
"Ya, kurasa kaj terlalu baik Vanessa karena terlalu mempercayai si Potter itu." Kata Fleur sambil menyibakkan rambut panjangnya yang keperakan.
Mereka masuk ke dalam ruangan kecil, dan didalam ruangan tersebut sudah terdapat Viktor Krum yang berdiri sambil cemberut seperti biasanya.
Tak lama kemudian Harry muncul dengan raut wajah yang masih tertekan, kemudian Bagman buru-buru bangkit dari tempat duduknya untuk menghampiri Harry.
"Ah, ini dia! Juara nomor empat! Masuk, Harry, masuk... tak ada yang perlu dikhawatirkan. Ini cuma upacara Pemeriksaan Tongkat Sihir. Para juri yang lain sebentar lagi datang..."
"Pemeriksaan Tongkat Sihir?" Harry mengulang kalimat dengan sedikit cemas.
"Kami harus memastikan bahwa tongkat kalian ber fungsi sepenuhnya, tidak bermasalah, begitu, karena tongkat itu adalah alat paling penting bagi kalian dalam menyelesaikan tugas-tugas yang akan kalian hadapi," kata Bagman. "Ahli tongkatnya ada di atas sekarang, bersama Dumbledore. Setelah itu nanti akan ada acara pengambilan foto. Ini Rita Skeeter," dia menambahkan, menunjuk penyihir yang berjubah me- rah delima. "Dia akan menulis artikel pendek tentang turnamen ini untuk Daily Prophe...."
"Mungkin tidak begitu pendek, Ludo," kata Rita Skeeter, menatap Harry.
Rambutnya dikeriting dengan ikal kecil-kecil kaku yang ganjil, kontras sekali dengan wajahnya yang berahang keras. Dia memakai kacamata berhias permata. Jari-jarinya yang gemuk dan memegangi tas kulit buayanya, berkuku sepanjang lima senti yang diberi cat kuku merah tua.
"Bolehkah aku ngobrol sedikit dengan Harry sebelum kita mulai?" dia bertanya kepada Bagman, tetapi tetap masih menatap tajam Harry. "Juara paling muda, kan... untuk lebih menyemarakkan artikel?"
"Tentu saja!" seru Bagman. "Itu kalau... Harry tidak keberatan?"
"Er...," kata Harry.
"Bagus," sambar Rita Skeeter, dan dalam sedetik saja, jari-jarinya yang bercakar merah sudah men- cengkeram lengan Harry dengan amat kuatnya. Dia membimbing Harry keluar ruangan lagi dan membuka pintu di dekat situ.
Sedangkan Vanessa, Fleur, dan Harry hanya menatap heran kepada Rita yang hanya menarik Harry untuk diwawancarai.
Kursi-kursi dan meja-meja disusun untuk persiapan pengambilan foto bersama antara para juara dan juri.
Vanessa dan Fleur duduk di tengah antara Harry dan Viktor, ketiga Juara tersebut telah duduk di kursinya masing-masing.
Tak lama kemudian Harry kembali lagi bersama Dumbledore, dan sepertinya Dumbledore baru saja membantu Harry menghindari Rita.
Harry buru-buru duduk di sebelah Vanessa, lalu memandang meja bertutup beludru. Empat dari kelima juri sekarang sudah duduk di belakang meja Profesor Karkaroff, Madame Maxime, Mr Crouch, dan Ludo Bagman. Rita Skeeter mendudukkan diri di sudut. Harry melihatnya mengeluarkan perkamennya dari tas lagi, membukanya di atas lututnya, mengisap ujung Pena Bulu Kutip-Kilat, dan menaruhnya sekali lagi di atas perkamen.
"Perkenankan aku memperkenalkan Mr Ollivander," kata Dumbledore, yang sudah duduk di meja juri dan berbicara kepada para juara. "Beliau akan memeriksa tongkat kalian untuk memastikan tongkat- tongkat itu dalam kondisi baik sebelum turnamen dimulai."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐀𝐍𝐀𝐓𝐈𝐊 // 𝐂.𝐃
Fanfiction"Kenapa harus Cedric Diggory sih yang harus dibunuh?" kesal Vanessa terhadap buku yang dia baca. walaupun dia sudah beberapa kali menamatkan ketujuh buku Harry Potter berkali-kali, dia masih tidak puas dengan ending dimana Cedric diggory harus dibun...