Piala Api

1K 119 0
                                    

Vanessa terbangun dan mendapati kalau dirinya sedang berada dirumahnya, dan Remus yang sedang duduk sambil membaca buku yang ada di tangannya.

"Paman..." Gumam Vanessa yang masih bisa didengar oleh Remus.

Remus menurunkan kaca matanya, lalu ditutup nya buku yang sedang dia baca. Dia menatap ke arah anak baptis nya yang sedang sakit.

"Bagaimana perasaan mu, Vanessa? Apakah masih sakit?" Tanya Remus lembut penuh perhatian.

Vanessa menggelengkan kepalanya pelan, "tidak, rasanya tubuhku sakit apalagi di bagian mataku. Rasanya seperti terbakar." Jawab Vanessa menutup matanya menggunakan tangan.

Remus memanggil seseorang yang Vanessa tidak tahu siapa orang itu, tetapi matanya berwarna ungu yang sudah pudar.

"Perkenalkan nama saya Ryu Hayashi, kudengar putri Veronica Hayashi merasakan sakit di bagian matanya." Ucap seorang pria yang cukup tua dan berambut panjang.

"Saya Vanessa Lloyd, kalau boleh tahu... Anda dan saya ada hubungan apa ya?" Tanya Vanessa tersenyum kaku.

"Saya adalah sepupu ibumu, dan sepertinya matamu akan mengeluarkan kekuatan klan sesungguhnya dan kulihat aliran mana mu cukup rusak. Jadi kusarankan jangan menggunakan kekuatan matamu untuk sementara, kecuali keu ingin kehilangan penglihatan matamu sepenuhnya." Jelas Ryu dengan wajah yang sangat serius.

"Apakah anda tidak bisa menyembuhkan nya? Apakah memang separah itu?" Tanya Vanessa lagi, masih menatap lirih ke arah Ryu

"Tentu bisa, tapi penyembuhan nya memakan waktu sekitar minimal 5 bulan, dan matamu akan diperban selama itu." Jawab Ryu lalu melirik ke arah Remus, "Sayangnya pamanmu melarang, dia menyarankan untukmu sekolah di tahun ke enam mu dulu. Baru setelah selesai penyembuhan mu dimulai." Lanjutnya.

"Lebih baik kamu fokus untuk sekolah, dan kudengar akan diadakan Turnamen Triwizard dan sekolah dari Durmstrang dan Beauxbatons akan datang ke Hogwarts." Ucap Remus kepadamu Vanessa sambil memberikan air minumnya.

Vanessa menerima minuman tersebut, lalu dia kembali menatap ke arah Ryu yang masih berdiri memperhatikan nya.

"Namun... Bisakah anda menyembuhkan aliran mana ku terlebih dahulu?, dan setahuku menyembuhkan aliran mana tidak memakan waktu lama."

Ryu mengangguk, "Ya bisa, tapi memakan waktu 1 Minggu bisa juga lebih."

"Vanessa kau bisa saja telat pergi ke sekolah, karena sekolah mu 1 Minggu lagi." Ujar Remus menatap lekat ke arah Vanessa mencoba menasehati.

"Bisakah anda menulis surat izin telat, untuk masuk Hogwarts kepada Profesor Dumbledore?." Pinta Vanessa dengan raut wajah memohon nya.

Remus sempat ragu untuk mengizinkan Vanessa, namun dia juga tidak tega dengan Vanessa yang lemah. "Baiklah, akan ku izin kan."

Dengan cepat raut wajah Vanessa berubah menjadi bahagia, dia memberikan senyuman lebarnya.

•••

2 MINGGU KEMUDIAN...

"Kau sudah membawa perlengkapan sekolah mu? Bagaimana dengan perlengkapan sekolah lain? Buku? Dress? Sapu-" Tanya Remus panjang lebar dan langsung dipotong Vanessa.

"Aku tidak butuh sapu paman, dan aku sudah membawa semua barang-barang ku. Aku tinggal berteleport ke Hogwarts." Ujar Vanessa merasa gusar, karena Remus yang terlalu mengkhawatirkan nya.

Remus mengangguk paham, "Baiklah, maaf. Aku terlalu khawatir, tapi ingat. Cukup fokus belajar dan jangan terlalu banyak menggunakan matamu berlebihan, mengerti?"

Vanessa tersenyum manis, dia mengangguk. "Kalau begitu aku pergi dulu paman."

"Hati-hati "

Vanessa menghilang, dan sekarang Vanessa berdiri tepat didepan pintu ruangan Dumbledore.

Dia mengetuk, lalu masuk ke dalam ruangan tersebut. "Vanessa? Kau sudah sembuh?" Tanya Dumbledore dengan ramah.

"Iya, sudah profesor." Jawab Vanessa tersenyum kecil.

Dumbledore menoleh ke arah jendela ruangannya, "Oh, ternyata sudah malam. Kamu kembalilah ke asrama mu, dan beristirahatlah." Kata Dumbledore.

Vanessa mengangguk, "Terimakasih Profesor " Vanessa menghilang langsung masuk ke kamarnya.

Dia merapikan perlengkapan sekolah nya, dan mengganti pakaian nya dengan pakaian tidur. Dan tidak lupa mengeluarkan penutup mata yang sudah diberikan ramuan agar matanya segar di pagi hari

Esoknya pagi-pagi sekali Vanessa terbangun, dia pun bersiap-siap untuk menuju ke Aula. Namun dia terkejut dengan suara pekikan seseorang dipagi hari.

"VANESSA??!!!" Pekik Patricia, sehingga membuat Angelina dan Alicia terbangun.

"Ada apa?!" Tanya Alicia panik.

"Apa-apa?" Lanjut Angelina yang langsung terduduk.

"Kamu sudah sembuh, Vanessa?" Tanya Patricia.

"Ya, lumayan. Aku sudah baikan, mangkanya aku sekolah sekarang." Ujar Vanessa, sambil memakai kan skincare di wajahnya.

Alicia dan Angelina yang sudah sadar sepenuhnya, menatap lekat ke arah Vanessa.

"Aneh..." Gumam Alicia menatap ke arah Vanessa.

Vanessa menatap ke arah Alicia sambil menaiki alisnya Bingung, "kenapa?" Tanya Vanessa.

"Cuma perasaanku, atau warna matamu semakin pudar." Ujar Alicia mendekat kan wajahnya ke wajah Vanessa.

"Iya, jadi terlihat aneh. Tapi masih berwarna ungu." Lanjut Angelina menimpali.

Vanessa mendorong tubuh Alicia menjauh, dia mendorong nya pelan. "Dibanding kalian memperdulikan warna mataku yang baik-baik saja, bagaimana kalau kalian bersiap-siap karena kita harus ke Aula sekarang." Ujar Vanessa sedikit kesal.

•••

Keempat gadis itu berjalan menuju Aula, mereka berbincang-bincang ringa. Selama Vanessa berjalan di di koridor sampai memasuki aula, dia menjadi pusat perhatian anak-anak.

Bahkan terlihat anak-anak Durmstrang sedang duduk di meja Slytherin sedangkan Beauxbatons duduk di meja Ravenclaw.

"Apa itu?" Tanya Vanessa kepada ketiga temannya sambil menatap ke arah api biru yang berkobar ditengah-tengah ruangan Aula.

"Itu piala Api, banyak anak-anak memasukkan namanya ke dalam piala api. Itu cara mendaftar Turnamen Triwizard dan piala api akan menyeleksi siapa yang layak menjadi juara Triwizard." Jelas Alicia kepada Vanessa.

"Oh iya, Angelina dan Vanessa bukannya kalian sudah 17 tahun? Berarti bisa dong daftar... Kenapa kalian tidak daftar saja." Saran Patricia kepada kedua gadis di samping nya.

"Iya, itu rencana ku. Vanessa ayo kita mendaftar bersamaan." Ajak Angelina kepada Vanessa.

"Boleh, aku harap aku yang bisa menjadi perwakilan Hogwarts." Ujar Vanessa sambil tersenyum kecil.

"Atau aku, sebenarnya kudengar kalau kekasih mu juga mendaftar Turnamen ini. Bagaimana pendapat nya soal kamu yang mau ikut turnamen ini?" Tanya Angelina penasaran.

"Tidak tahu, aku belum bertemu dengannya akhir-akhir ini." Jawab Vanessa yang sudah mengeluarkan kertas dan pena bulu nya.

"Dari mana kau mendapatkan itu?" Tanya Alicia terkejut melihat Vanessa yang mulai menulis nama dan asal sekolah nya.

"Aku bawa tadi, ku taruh di kantong jubah ku." Jawab Vanessa masih fokus menulis.

"Aku juga mau" Angelina meminjam pena dan meminta sedikit kertas dari Vanessa.

Setelah mereka menulis namanya, mereka berdua memasukkan nama mereka bersamaan setelah itu mereka tersenyum kecil.

Kobaran api biru tersebut memakan kertas tersebut, dan kembali normal lagi.

"Semoga beruntung " ujar Vanessa kepada Angelina.

"Kamu juga." Balas Angelina.

BERSAMBUNG

𝐅𝐀𝐍𝐀𝐓𝐈𝐊 // 𝐂.𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang