Hari Biasa

433 52 2
                                    

"Apa kau lihat berita hari ini?" Tanya Patricia kepada Vanessa yang sedang sarapan di aula.

Vanessa menggelengkan kepalanya, "Belum" lalu kembali menyuapkan sebuah roti ke mulut nya lagi.

Patricia menghembuskan nafasnya, wajahnya terlihat menahan kesal sambil menatap ke arah koran yang sedang dia pegang. "Si Rita Skeeter! Dia malah sibuk lagi, lagi, dan lagi membahas soal soal derita cinta Harry Potter. Dan dia hanya menyebut namamu sebagai si juara satu tidak terkalahkan." Oceh Patricia sangat tidak suka dengan koran yang baru saja dirilis.

"Apa salahnya?" Tanya Vanessa yang sebenarnya tidak terlalu peduli dengan isi koran yang sedang sahabat nya itu baca.

Sedangkan Patricia menatap Vanessa dengan raut wajah yang tidak percaya, "Apa salahnya? Kau tanya, apa salahnya?" Patricia menyingkirkan piring Vanessa kesamping, lalu diletakkan nya koran tersebut dihadapan Vanessa.
"Lihat, dan baca. Seharusnya itu kau yang menjadi berita utamanya, karena kau menyelesaikan tantangan dengan sangat cepat dan mudah. Kaulah yang harusnya jadi sorotan, kau adalah terbaik dari yang terbaik Vanessa. Bukan kisah cinta Harry yang menjadi sorotan."

Vanessa menganggukkan kepalanya merasa setuju, "Ya! Kau benar, harusnya akulah yang menjadi sorotan nya. Dasar Rita Skeeter wanita $!@[∆π, ¥0|°|, £0&|0%"

Patricia mengangguk setuju, dia juga ikut mengumpati Rita Skeeter dengan semangat Empat lima.

"Hey, bahasa kalian." Ucap Angelina yang baru saja datang bersama Alicia, mereka terkejut mendengar umpatan demi umpatan yang Vanessa dan Patricia ucapkan.

"Iya, kenapa kalian terlihat sangat kesal? Apa ada yang mengganggu kalian?" Tanya Alicia yang mulai memakan roti di hadapannya.

"Hanya koran jelek lainnya." Jawab Vanessa.

.

Awal musim panas biasanya lapangan Quidditch dipakai untuk latihan, namun kali ini tidak. Para juara disuruh berkumpul di lapangan Quidditch.

Vanessa pergi bersama Harry, mereka sempat berbincang ringan selama berjalan menuju lapangan Quidditch.

Mereka melewati lapangan rumput gelap menuju ke stadion Quidditch, berbelok masuk ke celah di antara deretan tempat duduk, dan masuk ke lapangan. "Mereka apakan lapangannya?" Cedric bertanya ma- rah, terhenti kaget.

Lapangan Quidditch tak lagi halus dan rata. Tam- paknya ada orang yang telah membangun tembok panjang rendah di sekelilingnya, dan tembok itu ber- belok serta bersilang ke segala arah.

"Ini pagar tanaman!" kata Harry, membungkuk untuk memeriksa tembok yang paling dekat.

"Halo!" terdengar suara amat riang.

Ludo Bagman berdiri di tengah lapangan bersama Krum dan Fleur. Harry dan Vanessa mendatangi, melompati pagar-pagar. Fleur tersenyum kepada Harry ketika dia sudah dekat. Sikapnya terhadap Harry berubah total sejak Harry menyelamatkan adiknya dari danau.

"Nah, bagaimana pendapat kalian?" katı Bagman gembira ketika Harry dan Vanessa melompati pagar terakhir. "Tumbuh subur, kan? Tunggu sebulan lagi dan Hagrid akan membuatnya tumbuh setinggi enam meter. Jangan khawatir," dia menambahkan, nyengir, melihat ekspresi wajah Harry yang tidak senang, "lapangan Quidditch kalian akan kembali normal setelah tugas ini dilaksanakan! Nah, kurasa kalian sudah bisa menebak apa yang sedang kami buat di sini?"

Sesaat tak ada yang bicara. Kemudian...

"Maze," gerutu Krum. Maze atau labirin adalah jaringan jalan yang amat ruwet.

"Betul!" kata Bagman. "Maze. Tugas ketiga sebetulnya sangat jelas. Piala Triwizard akan diletakkan di tengah maze. Juara yang pertama menyentuhnya akan mendapat nilai penuh."

Kami cuma harus melewati maze?" tanya Fleur. "Akan ada rintangan-rintangan," kata Bagman, berjingkat senang pada tumitnya. "Hagrid menyiapkan beberapa makhluk... ada sihir yang harus dipunahkan... hal-hal semacam itu, kalian tahu. Nah, juara yang angkanya paling tinggi mendapat kesempatan masuk lebih dulu ke dalam maze." Bagman tersenyum kepada Vanessa lalu ke Harry. "Disusul Mr Potter... lalu Mr Krum... kemudian Miss Delacour. Tetapi kalian akan punya kesempatan yang sama, tergantung bagaimana kalian menangani rintangan-rintangannya. Asyik sekali, eh?"

Vanessa menganggukkan, lalu dia menatap ke arah Maze dia mencoba fokus ke arah labirin untuk mencari tahu dimana letak piala Triwizard. Namun dia tidak menemukannya.

"Tidak ada piala Triwizard nya sama sekali" Kata Vanessa sambil terus memperhatikan ke arah labirin.

Mau dilihat Vanessa beberapa kali pun, mereka akan selalu kagum dengan kekuatan yang dimiliki gadis tersebut. "Karena kami tahu kau akan mencari letak piala Triwizard nya, jadi akan kami letakkan tepat di hari H nya langsung." Jawab Bagman sambil tersenyum senang.

Sedangkan Vanessa mendengus kesal, dia terus memperhatikan labirin tersebut. Namun ada satu hal yang sangat Vanessa takuti sekarang, yaitu dia harus membuat Harry merasakan langsung kekejaman Voldemort dengan melihatnya dibunuh untuk perkembangan karakter.

Karena Vanessa sadar sekarang dia mengganti kan posisi Cedric, dia harus bisa mengorbankan dirinya demi jalan cerita yang berkembang.

Memikirkan hal tersebut membuat Vanessa tanpa sengaja meneteskan air mata nya, sudah cukup dia mengubah alurnya dimana Cedric yang tidak ikut turnamen Triwizard. Dengan cara mengorbankan diri nya sendiri, agar cerita kembali seperti semula.

.

Vanessa membuka kotak surat miliknya, banyak sekali surat yang dikirim Remus untuknya. Dia membaca surat tersebut, lalu mencoba memberikan balasan surat tersebut.

Vanessa menulis lima surat sekaligus, tepatnya untuk Remus semua. Dia berharap Remus bisa datang untuk menonton tugas ke tiganya.

Setelah menulis surat, Vanessa memilih menemui Cedric yang sedang berada di perpustakaan untuk mempersiapkan ujiannya karena sebentar lagi dia akan lulus dari Hogwarts.

Sesampainya Vanessa di perpustakaan dia melihat Cedric yang terlihat sangat serius dengan buku yang sedang dia baca.

Vanessa memilih duduk dihadapan Cedric sambil menopang dagunya, dia menatap ke arah Cedric dengan wajah yang sumringan.

Cedric pun menatap ke arah Vanessa dengan lembut, lalu diusapnya kepala Vanessa dengan lembut. "Apa ada buku yang ingin kau baca?" Tanya Cedric dengan senyuman manis.

Vanessa menggelengkan kepalanya, "tidak ada, aku ingin tidur disini saja. Kamu baca aja bukunya." Vanessa melipat kedua tangannya di atas meja lalu kepalanya diletakkan diatas lipatan tangannya.

Sedangkan Cedric yang melihat tingkah Vanessa yang menurutnya menggemaskan, hanya bisa terkekeh. Dia melanjutkan membaca bukunya, sambil mengusap kepala Vanessa dengan lembut.

Mungkin Vanessa hanya ingin menikmati suasana sekarang dengan tenang, dia akan mengingat semua hal yang dia lakukan di Hogwarts. Dan bagaimana dia menggunakan sihir, belajar mantra baru. Dan memiliki kekasih yang sangat tampan dan baik hati.

Cedric Diggory, aku tak akan pernah melupakan hubungan ini dan betapa aku yang sangat mencintaimu dan bagaimana kau tersenyum ke arahku sehingga membuat hatiku meleleh, dan bagaimana caramu memberikan ku perhatikan, dan bagaimana caramu mencintaiku seakan-akan akulah duniamu. Tidak akan ada kata yang bisa mendeskripsikan betapa bahagianya diriku saat ini.

BERSAMBUNG...

𝐅𝐀𝐍𝐀𝐓𝐈𝐊 // 𝐂.𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang