Nyata

725 82 3
                                    

Harry dan Vanessa telah kembali ke Hogwarts, semua orang bersorak gembira karena mereka pikir Harry yang menang.

Namun yang mereka lihat malah Harry terus terduduk sambil memeluk seseorang, dan tubuhnya sangat bergetar air matanya mengalir dengan deras. Seakan-akan jika dia melepaskan pelukannya, gadis yang dia peluk akan pergi selamanya.

Dumbledore dan banyak orang-orang lainnya langsung berkumpul mengelilingi Harry yang terus memeluk Vanessa, mereka sangat terkejut melihat kondisi Vanessa yang sudah terbaring kaku.

Harry melepas piala, tetapi dia memeluk Cedric lebih erat lagi. Dia mengangkat tangannya yang bebas dan menyambar pergelangan Dumbledore, sementara wajah Dumbledore kadang jelas kadang samar. "Dia kembali," Harry berbisik. "Dia kembali. Voldemort."

"Ada apa ini? Apa yang terjadi?" Wajah Cornelius Fudge muncul terbalik di atas Harry, pucat, ngeri. "Ya Tuhan... Lloyd!" Setelah mengecek keadaan Vanessa, dia berbisik. "Dumbledore... dia sekarat! Dia harus segera dibawa ke rumah sakit."

Cornelius langsung berteriak untuk penonton menjauh, sedangkan Cedric dan Remus yang mulai mendekat. Dengan segera Remus mengangkat tubuh Vanessa untuk segera dibawa ke rumah sakit. Sedangkan Cedric setia mengikuti dari belakang sambil membawa tongkat Vanessa, dia terus menyalahkan dirinya karena tidak bisa menghentikan Vanessa mengikuti turnamen Triwizard tersebut.

Sedangkan Harry yang tadinya ingin mengikuti Vanessa langsung ditahan, dan dibawa ketempat lain untuk menjelaskan situasi nya.

"Vanessa, bertahan lah..." Kata Remus yang terus diulang-ulang nya, wajahnya sangat cemas sekarang.

.

Dokter telah mengerahkan seluruh tenaga untuk menyelamatkan Vanessa, mereka terus mencoba banyak ramuan bahkan metode ala muggle juga telah mereka lakukan untuk menyelamatkan Vanessa.

Namun detak jantung Vanessa telah terhenti sejak Vanessa baru sampai di Hospital wings, namun beberapa menit sekitar 1 menit kemudian detak jantung Vanessa kembali.

Walaupun detak jantung Vanessa telah kembali, mereka belum bisa tenang karena Vanessa dinyatakan koma dia bisa dibilang berada diambang hidup dan mati.

Dan mereka juga memvonis jika pun Vanessa sadar, dia akan buta atau bisa dibilang tidak bisa melihat lagi.

Remus menunggu selama sebulan untuk Vanessa sadar, namun sayangnya Vanessa tidak sadar sama sekali.

Karena Remus tidak mau menunggu lama, dia mendatangi Ryu Hayashi paman Vanessa langsung untuk meminta pertolongan.

Setelah mendatangi Ryu Hayashi dan menceritakan apa yang telah terjadi terhadap Vanessa, Ryu Hayashi mengatakan.

"Penyihir tidak akan bisa menyelamatkan Vanessa, Bawa Vanessa kesini biarkan aku memeriksa keadaan nya." Kata Ryu dengan yakin.

Mendengar perkataan Ryu Hayashi, membuat Remus sedikit ragu. Namun dia tidak tega melihat Vanessa terus terbaring koma.

.

Saat Ryu melihat kondisi Vanessa, dan tepatnya saat dia melihat mata Vanessa yang telah memutih dia menggunakan kekuatan nya untuk melihat jaringan mata Vanessa.

"Dia... Belum buta, hanya saja warna matanya memang meluntur karena perlindungan untuk matanya pecah. Oleh karena itu dia harus di harus melakukan ritual. Ritual tersebut untuk menghilangkan energi jahat atau kutukan yang sedang menempel ditubuhnya. Mungkin ini akan memakan waktu yang lama." Jelas Ryu sambil mempersiapkan banyak obat-obatan untuk menyembuhkan Vanessa.

"Berapa lama?" Tanya Remus penasaran.

"Aku kurang yakin, itu tergantung Vanessa... Seberapa kuat dia akan menahan rasa sakitnya." Jawab Ryu sambil mengusap kepala Vanessa lembut. "Dia sangat mirip dengan Veronica."

Remus mengangguk menyetujui, "Ya dia seperti duplikat nya."

"Sangat keras kepala." Kata Ryu dengan wajah kesal. "Sama-sama keras kepala, tidak bisa diatur. Padahal sudah dibilang jangan menggunakan kekuatan matanya dengan berlebihan, dia malah ikut turnamen penyihir itu." Lanjut Ryu, lalu menatap foto adiknya dulu dengan sedih.
"Cukup sekali aku gagal melindungi keluarga ku, dan kali ini aku pasti melindungi keponakan ku."

Selama Vanessa dirawat oleh Ryu, Remus sering datang untuk mengunjungi bahkan di saat dia sedang sibuk dengan The order of Phoenix.
Dia selalu menyempatkan untuk melihat kondisi Vanessa.

Berbeda dengan kondisi Cedric yang mulai memusuhi Harry, karena dia pikir jika saja Vanessa tidak mau menyelamatkan Harry mungkin sekarang Vanessa sedang berada disisinya tepat disampingnya sekarang.

"Jika bukan karena mu Vanessa pasti masih disini, Potter." Tekan Cedric sambil menatap nyalang ke arah Harry yang terlihat merasa bersalah.

Harry mengepalkan tangannya menahan rasa sakit di dadanya, tentu saja dia merasa apa yang terjadi terhadap Vanessa itu semua karena ulahnya.

"Aku juga tidak mau hal seperti ini terjadi kepada Vanessa." Namun perkataan Harry langsung dipotong oleh Cedric.

"JANGAN SEBUT NAMANYA!! Kau tidak berhak." Teriak Cedric membuat beberapa siswa yang lewat di koridor menatap mereka.

Harry menundukkan kepalanya, "Maafkan aku... Jika, tidak andaikan saja aku tidak terluka mungkin aku-"

"Hentikan!" Tegas Cedric.
"Cukup ingat saja, apa yang terjadi kepada Vanessa itu semua karena ulahmu." Tekan Cedric lalu pergi meninggalkan Harry dengan perasaan campur aduk.

Tentu saja Harry tidak bisa menyalakan perbuatan Cedric yang terlalu menyalahkan nya, karena jika dia kehilangan orang yang sangat di cintai mungkin dia akan berbuat hal yang sama.

Sedangkan Cedric walaupun dia tahu dia salah karena telah menyalahkan semua hal kepada Harry, namun didalam lubuk hatinya dia lebih menyalahkan dirinya sendiri dia lebih membenci dirinya sendiri yang telah gagal menghentikan Vanessa untuk ikut turnamen Triwizard.

Dia selalu berfikir jika saja dia bersikeras untuk menghentikan Vanessa, dan tidak luluh dengan gadis tersebut mungkin sekarang Vanessa masih berada disampingnya.

Cedric berjalan cepat menuju keluar, dia berniat menuju ke arah danau yang selalu Vanessa datangi. Lalu dia menangis sambil memeluk potret Vanessa.

"Maafkan aku Nessa..." Lirih Cedric.

Walaupun begitu yang mengetahui kalau Vanessa masih hidup hanya beberapa orang saja, yaitu Remus, Sirius, Dumbledore, dan Arthur Weasley.

Yang lainnya hanya menganggap kalau Vanessa sudah tiada, karena seperti yang kita ketahui tidak ada yang pernah selamat dari kutukan mematikan tersebut.

.

"Kau sudah melewati ritual yang panjang, berarti kau sudah melewati masa-masa kritis namun..." Perkataan Ryu terjeda.

"Awalnya kupikir kita bisa menyembuhkan matamu, namun matamu sudah rusak parah. Tentu saja aku takkan membiarkan kau buta Vanessa. Kau akan mendapatkan mata barumu, ini milik tetua di klan. Kau harus membiasakan nya nanti." Jelas Ryu kepada Vanessa yang sudah sadar.

Sedangkan Vanessa terdiam di tempat tidurnya tanpa bisa melakukan sesuatu, untuk sementara dia tidak bisa melihat dan untuk beraktivitas nanti dia harus dibantu oleh Ryu.

"Baiklah..." Jawab Vanessa pelan.

Namun setelah tugas ke tiganya, ada satu hal yang Vanessa ketahui. Kalau dia masih ingat rasa sakit yang dia dapatkan sebelumnya, rasanya tubuhnya tercabik-cabik dan jiwanya seperti dipaksa keluar dari tubuhnya dan matanya rasanya seperti terbakar.

Namun... Yang dia rasakan sekarang hanyalah kehampaan, dia tidak bisa melihat sekarang. Semua terasa gelap, dan dia hanya mengandalkan indra pendengaran nya dan indra perasannya saja.

Apa yang Vanessa alami menyadarkan nya kalau dunia ini bukan hanya dunia novel belaka, perasaan rasa sakit, sedih, ketakutan, kecewa, hampa, dan bahagia itu nyata.

Sekarang Vanessa cukup menunggu disaat yang tepat untuk kembali...

BERSAMBUNG

𝐅𝐀𝐍𝐀𝐓𝐈𝐊 // 𝐂.𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang