Setelah kepergian Gissa, Natta sibuk dengan isi kepalanya untuk Ultra. Pasalnya Ultra memang seberubah itu. Dia menatap Ultra terus menerus seakan mencari jawaban di wajah Ultra."Ul, gua balik duluan ya Ul." Ucap Sally.
"Hah? Kok buru-buru amat." Sindir Ultra.
"Ga usah nyindir nyeett. Berisik bangettt laki!" Sahut Sally sebal.
"Hahahaha marah-marah aja lu Sall. Eh Airon, kuat banget mental lu ngadepin nenek lampir." Ucap Ultra kemudian. Ultra jika tak ada siapa-siapa memang memang seakrab itu dengan Airon.
"Hahaha, ga senenek lampir itu kok Ul. Dia manis kalo lagi berduaan." Goda Airon.
"Aduh aduh kayak anak kucing yaa, manis bener kalo berduaan. Puuusss sayang puuss." Ledek Ultra.
"Aii kamu diem deh Ai, udah tau si Ultra mulutnya kayak emak-emak arisan, Rumpi!!" Sahut Sally.
"Hahahahaha, udah ah Sall jangan emosian terus sama Ultra." Ucap Airon.
"Iya gak." Jawab Sally pelan.
"Dihh beneran kayak anak kucing dia, nurut bener." Sindir Ultra. Sally mendelik kearah Ultra.
"Natt kok diem aja Natt?" Tanya Airon.
"Gapapa Pak." Jawab Natta dan tersenyum tipis.
"Mulai sadar kayaknya si Natta, Ai." Ucap Sally.
" Pelet lu abis apa gimana Ul?" Ledek Sally kemudian.
"Ga ada pake pelet ya gua, cuma cinta gua emang luar biasa sama dia. Makanya dia luluh sama gua." Jawab Ultra.
"Iya itu dulu." Jawab Natta sinis.
"Aduhh prahara rumah tangga nihh, gimana kalo kita pergi aja Ai, cabuuutt." Ucap Sally.
"Hahaha ya udah kita duluan ya Ul, Natt. Jangan berantem ya, inget pas awal-awal sama-sama jatuh cinta." Pesan Ultra.
"Dihh segala nasehatin. Hubungan lu aja ga jelas." Celetuk Natta.
"Ga ada sopan-sopannya sama dosen lu." Sahut Sally.
"Dosen kalo dikelas, diluar kelas mah kita brodie." Jawab Ultra.
"Iyahin aja." Sahut Sally lagi.
Merekapun pergi meninggalkan Natta dan Ultra, Airon selalu menggenggam tangan Sally jika mereka sedang berjalan berdua.
Natta menatap Ultra yg sibuk dengan handphonenya, dan anehnya setiap dia menerima telpon, Ultra selalu menjauh dari Natta.
"Kamu sembunyiin apa sih dari aku?" Selidik Natta.
"Ga ada sayang, beneran ga ada." Jawabnya menatap Natta yg entah kenapa menjadi sangat rewel.
"Kak, jangan beginilah." Ucap Natta memohon.
"Begini kenapa? Aku masih seperti yg dulu." Ucap Ultra.
"Aku masih seperti yg dulu, menunggumu sampai akhir hidupku, kesetiaanku tak runtuh hatipun rela berkorban demi keutuhan kau dan aku." Ultra malah meneruskan kalimatnya dengan menyanyikan lagu jadul dari pance pondaag.
"Kaaaaakk, aku ga becanda." Natta merajuk.
"Hahahahah, abis kamu serius banget sih sayang, kan aku jadi gemes."
"Aku emang ga pernah main-main kak, apalagi soal hubungan kita." Jawab Natta tegas.
"Aduh pacar aku mendadak jadi tegas gini, ga ada apa-apa ya sayang. Semua baik-baik aja, aku masih jadi Ultra seperti yg kamu kenal." Ucap Ultra menenangkan Natta, menggenggam tangannya dan menatapnya dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Yg Tak Boleh Disebut Namanya
Teen FictionCerita tentang perjalanan cinta seorang dosen muda