Ultra pergi bersama Natta ke sebuah caffe. Ultra menepikan mobilnya dan memarkirkan disana."Naatt, turun dulu yuk." Ucap Ultra.
"Ngapain kesini kak?" Tanya Natta.
"Yaa makan lah, minum kek. Nyanyi juga bisa, tuh ada buat live music." Jelas Ultra.
Natta turun dari mobil dan mengikuti Ultra yg masuk ke dalam caffe tersebut.
"Udah lama ya Natt kita ga quality time kayak gini." Ucap Ultra saat duduk disalah satu pojok cafe.
"Gimana mau quality time Kak, kamu aja sibuk ga jelas." Jawab Natta.
"Natt, bukan sibuk ga jelas. Aku ada urusan yg harus aku kerjain." Jawab Ultra.
"Urusannya apa?" Tanya Natta penasaran.
"Natt, aku belom bisa cerita sekarang ya. Nanti aku pasti bakal cerita kalo udah waktunya." Jawab Utra dan dibalas dengan lirikan dari Natta.
"Kak? Kamu ga macem-macem kan sama aku?" Tanya Natta kemudian.
"Macem-macem apa sih? Satu macem aja kamu udah ribet, segala pake macem-macem." Jawab Ultra asal.
"Oh jadi aku ribet menurut kamu?" Tanya Natta.
"Bukan gitu sayang. Maksud aku, aku tuh ga akan macem-macem dibelakang kamu. Kamu cukup buat aku." Jelas Ultra.
"Kalo ga akan macem-macem dibelakang aku, kenapa akhir-akhir ini kamu aneh. Wajar dong aku curiga." Ucap Natta.
"Wajar Natt, tapi aku emang lagi ada sedikit urusan yg ga bisa aku tinggal." Jawab Ultra mencoba meyakinkan Natta.
"Ya urusannya apa kak?" Tanya Natta.
"Naatt, aku ga bisa kasih tau. Nanti kamu juga tau." Jawab Ultra sabar.
Natta terdiam, dia tak bisa memaksa Ultra terus menerus. Entah apa urusan yg Ultra maksud.
Hari itu Ultra dirumah Natta sampai jam 7 malam, dia benar-benar menghabiskan waktu bersama Natta. Dan itu membuat Natta sedikit terobati.
Jam 7 malam, Ultra pulang dari rumah Natta dan mengirim pesan kepada teman-temnnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Yg Tak Boleh Disebut Namanya
Teen FictionCerita tentang perjalanan cinta seorang dosen muda