AKU BUKAN PUTRIMU! YA KAMU PUTRIKU :) [TAMAT]

63.

Semua orang terdiam saat mendengarkan kakek tua itu bercerita tentang kehidupannya, tapi sesekali Raja menatap Cassis dan bertanya padanya terutama saat pria tua itu membicarakan sikap aneh istrinya setelah kelahiran anak-anak mereka. 

Cassis menjawabnya, "Yang Mulia tahu, tidak hanya Yang Mulia yang diberkati kekuatan khusus dari para Dewa, terkadang rakyat biasa dan bahkan dari kalangan budak bisa memiliki kemampuan yang tidak biasa yang membedakan mereka dari manusia lain. Pria itu bilang ibu Ivana adalah seorang peramal, tapi mungkin dia adalah seorang cenayang."

Raja mengernyit. "Cenayang?"

"Kami para penyihir biasanya menyebut mereka seperti itu atau orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mengintip masa depan, mereka bisa merasakan bahkan beberapa dari mereka sangat kuat hingga benar-benar bisa melihat masa depan seperti apa yang akan terjadi nanti, karena itu biasanya mereka akan bekerja menjadi seorang peramal."

Meskipun Raja tidak pernah menyepelekan sebuah ramalan, Raja sendiri belum pernah datang menemui peramal secara pribadi, tapi penjelasan Cassis membuatnya mengerti secara garis besar tentang kewaspadaan Ivana saat anak-anaknya lahir, dia sudah merasakan ada hal yang buruk terjadi pada mereka bahkan yang terjadi justru lebih buruk.

Setelah diam cukup lama mengatur napasnya pria tua itu kembali bercerita. "Sejak orang-orang menentang hubunganku dengan Ivana aku jarang keluar dari Mansion. Aku hanya beberapa kali keluar dalam setahun untuk memeriksa bisnis yang aku miliki, aku lebih banyak tinggal di Mansion bersama Ivana dan anak-anak, tapi aku tidak pernah ketinggalan kabar."

"Aku mendengar banyak hal yang terjadi di luar sana termasuk pemberontakan yang dilakukan oleh pasukan Chimera yang dipimpin pangeran kedua Zachary Arnof. Katanya dampak serangannya sangat parah, banyak orang yang mati dan bangunan-bangunan hancur porak poranda karena perang, tidak hanya itu perputaran ekonomi bahkan sempat berhenti."

"Dunia di luar sana kacau, tapi aku bersyukur keluargaku baik-baik saja karena tempat tinggal kami jauh dari ibu kota Kerajaan dan tidak terkena dampak dari perang, setidaknya itu yang aku pikirkan."

Pria itu berkedip, wajahnya terlihat sedih saat pandangannya menatap langit-langit seolah semua yang terjadi di masa lalu masih sangat jelas dalam ingatannya. 
 
“Saat itu usia Leon dan Luna menginjak usia enam belas tahun. Enam belas tahun hidup hanya saling memiliki satu sama lain mereka sama sekali tidak kesepian karena mereka selalu bersama. Anak-anakku tumbuh menjadi anak yang baik, mereka sangat sopan pada orang lain dan tidak pernah merendahkan para pelayan, terutama putriku Luna, rupanya cantik dan tutur katanya halus lemah lembut. Meskipun aku tidak pernah membawa mereka pergi dari mansion ini tapi bukan berarti aku tidak pernah mengizinkan mereka keluar, biasanya aku membiarkan mereka bermain di sekitar gunung karena mereka sangat menyukai buah berry yang tumbuh liar di hutan dan disana mereka bertemu dengan orang yang akan menghancurkan kebahagiaan kecil kami.”

“Orang itu adalah pangeran kedua, Zachary Arnof.”

Semua orang yang ada disana terkejut mendengar nama yang keluar dari mulut pria itu, bahkan Raja sampai bertanya. “Apa Anda yakin kalau orang itu adalah Zachary Arnof?”

Pria tua itu menoleh menatap Raja dan menggeleng pelan, “Tidak, saat itu aku tidak tahu bahwa dia adalah pangeran kedua, meskipun aku tidak pernah ketiggalan berita tapi aku tidak pernah melihat foto anggota keluarga Kerajaan, tidak sekalipun aku pernah melihatnya karena aku berpikir hal itu tidak penting, aku tidak memiliki jiwa nasionalis yang tinggi, tidak seperti orang-orang yang mencintai Raja dan anggota keluarga Kerjaan, aku lebih mencintai uang. Selama aku bisa menghasilkan uang untuk diriku sendiri dan keluargaku yang lain sama sekali tidak penting, tapi karena itulah aku mempersilahkan malapetaka untuk masuk ke dalam rumahku begitu saja.”