Part 41 | A Supernova

14.2K 1.8K 618
                                    

SOME situations break your heart, but fix your vision.

Hanya karena Arfan menyatakan cinta bukan berarti aku lantas menerimanya. Dia jujur, aku mengapresiasi. Namun, membuka pintu hati dan membiarkan Arfan menetap lagi di sana? Itu persoalan yang beda, mengingat aku pernah dikecewakan sedemikian rupa.

I will give you everything. Hati saya, kebahagiaan saya, kewarasan saya... ambil semuanya, Nara.

Bagian terpentingnya, bagaimana bisa aku menerima cinta seseorang yang bahkan tak mencintai dirinya sendiri?

Dia ingin memberikan segalanya, mampukah aku menerimanya ketika tahu yang dia miliki cuma diri sendiri?

Konsep cinta tidak seegois itu. Aku memang ingin dicintai, tapi bukan dengan mengorbankan segala hal.


Kadewa:
Dek, kemarin malem kamu pulang bareng siapa? Abang nyariin.



Chat yang baru masuk membuatku berhenti memandangi AirPods. Arfan yang menjejalkannya ke tanganku kemarin sebelum aku angkat kaki dari parkiran.



Ainara Serafina:
Ojek online. Sendiri.

Kadewa:
Lah, napa enggak bareng?

Ainara Serafina:
Ogah muntah-muntah ganggu komodo cari mangsa.


Aku membersit hidung. Bukan maksudku membuat Kadewa khawatir. Aku hanya sedang butuh waktu sendiri.

Pernyataan cinta Arfan membuatku menangis semalaman. Kendati aku yang menolak, tetap aku juga yang meneteskan air mata.

Ditambah kalimat pungkasan Arfan, rasanya sulit bagiku menentukan sikap.

"AirPods, Ai. Sengaja saya ngantongin ini ke pesta karena tahu kamu enggak suka keramaian. Pake buat bantu kamu decompressing sepanjang perjalanan pulang."

Apakah aku jahat? Apakah aku egois? Apakah aku keterlaluan karena meninggalkan seseorang yang baru menyatakan cinta di parkiran?



Kadewa:
Ra, kamu luang pagi ini?

Ainara Serafina:
Aku masuk sif tiga.

Kadewa:
Sepuluh menit lagi, Abang nyampe apartemen kamu.
Jangan ke mana-mana!

Ainara Serafina:
Ngapain?

Kadewa:
CEK GRUP CHAT KELUARGA!



Sejenak meminggirkan dilematika, aku menuruti instruksi Kadewa untuk membuka grup chat yang lama diarsipkan.





Grup Keluarga Besar


Bude Wita:
Masalah Elora sama Nara itu harusnya diselesein secara kekeluargaan. Ngapain bawa-bawa pihak luar? Aduh, lebay banget ini.

Bu Na:
Jurig juga bisa nilai Elora udah keterlaluan ke Nara!
Lebay? Kehed sia! Enggak anak, enggak ibu, minta ditabok panci semua!

Bude Wita:
Situ juga enggak bener didik Nara! Main rebut pacar sampe gampar Elora di muka umum. Wajarlah anakku bales. Giliran udah dibales, Nara sok-sokan jadi korban!




Video yang menampilkan betapa acak-acakannya penampilan Elora turut disertakan. Aku mengenalinya sebagai rekaman drama Elora di kafe tempo hari.

Angle yang pas menempatkanku di posisi villain, sedangkan Elora-lah pihak yang terzalimi.

A Game to Make Him Fall [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang