Mempelajari Dunia Baru

52 8 6
                                    

🔥

🔥🔥

🔥🔥🔥

🔥🔥

🔥

"Hah~"

Sudah hampir satu jam Thea dengan jiwa baru terus menerus menghela nafas. Duduk menghadap jendela dengan tatapan kosong.

(Kini Ghea dipanggil Thea)

Setelah acara pingsannya kemarin, Thea tidak boleh keluar selama satu minggu oleh orang tua barunya.

Katanya saat pingsan kemarin ada tabib yang datang dan mengatakan jika tubuh Thea masih lemah dan tidak boleh melakukan pekerjaan apapun. Tabib mengatakan jika dia harus istirahat total.

"Aku bisa mati bosan jika begini," keluh Thea.

Menoleh kesekitar dan Thea mendapati lemari pakaiannya. Dia bangun dan membuka lemarinya. Ada beberapa gaun tidur dan gaun santai disana. Matanya menelisik, hingga pandangan jatuh pada gaun santai berwarna hijau dengan sedikit aksen di sekitar pinggang. Tidak terlalu mewah dan mencolok, hanya kainnya saja yang terlihat mahal.

"Ini lebih baik," Thea membandingkan gaun yang dia pegang dan yang dia pakai. Jelas sekali perbedaannya.

Menaruh gaun itu dengan sembarang di ranjang, langkah kakinya kemudian menuju beranda kamarnya. Dia bisa melihat beberapa bangunan tinggi dari tempatnya. Kamarnya berada di lantai dua dan itu cukup tinggi.

"Kabur adalah jalan terbaik," Thea mengangguk membenarkan idenya sendiri.

Para pelayan hanya akan datang saat waktunya makan dan mandi. Keduanya sudah Thea lakukan tadi, pasti mereka akan datang pertengahan hari nanti. Masih ada waktu untuk gadis itu kabur.

Bukannya dia tidak ingin tinggal disini, tapi dirinya adalah tipe orang yang tidak bisa diam. Tubuhnya terasa gatal jika hanya berdiam diri dirumah.

"Masa bodoh. Aku harus tahu dunia apa yang aku datangi."

Kakinya berjalan cepat ke ranjang dan mengambil gaunnya. Tak sampai 10 menit, Thea sudah keluar dari ruang ganti. Mencari persediaan selimut dan juga seprei, dengan segera Thea mengikat mereka hingga menjadi panjang.

Untung saja pakaian disini ada yang tidak menggunakan korset. Untuk yang satu itu membuat Thea tidak berkomentar.

Setelah merasa cukup, gadis itu melihat kebawah dan merasa pusing seketika. Thea yang asli tidak takut tinggi, tapi Thea jadi jadian itu sangat takut ketinggian.

"Demi kebebasan," ucap Thea menyemangati dirinya sendiri.

Melihat jika tidak ada kesatria yang berjaga, Thea segera melempar rangkaian selimut dan seprei itu kebawah. Sebelum itu dia tidak lupa mengambil uang dulu, dia tidak mau mati kelaparan saat berkeliaran di luar.

***

Setelah hampir 20 menit berjalan mengendap endap dan bersembunyi saat ada pelayan atau kesatria yang lewat, akhirnya dia berhasil keluar dari sana tanpa ketahuan.

"Ini lah bau kebebasan," merentangkan tangannya dengan senyum lebar yang tidak pernah luntur.

Banyak orang yang lewat memandang gadis itu aneh. Dengan tuding kepala yang menutup wajahnya dan menyisakan bibirnya saja.

Senyum lebar Thea membuat beberapa merinding, takut sobek karena terlalu lebar.
Dengan instingnya, Thea berjalan tak tentu arah hingga sampai dipusat kota. Banyak sekali toko yang berjejer rapi. Pakaian, makanan, senjata, guild petualang dan guild informasi, semuanya ada.

Make My Own ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang