Edmund Mulai Gila

15 2 0
                                    



Setelah pulang dari tempat Edmund, kini Thea sedang asik dengan lamunan nya. Pikiran nya sedang melalang buana. Banyak sekali yang lewat di pikiran nya sekarang.

"Gelang nya sudah aku dapatkan. Kini apalagi yang harus aku lakukan untuk kembali?" tanya Thea pada dirinya sendiri.

Dia mulai pusing. Dia ingin mencari permata itu, tapi jika para monster sudah keluar seperti ini, dia tidak akan bisa kemana mana. Thea mengacak rambut nya dengan kasar. "Aku harus apa? Aku harus pulang!" teriak nya frustasi.

Gadis itu akhir nya memilih bangun dan berjalan kesana kemari. Dia pikir, dia akan mampu berpikir jika berjalan jalan. Ternyata yang ada ...

"Capek," keluh Thea.

"Berapa waktu yang di butuh kan sebelum perang yang sebenar nya terjadi? Perang yang membuat Carina menjadi Dewi penyelamat Kerajaan Gracewell?"

Otak nya mulai bekerja sekarang. "Ingatan ku sangat samar sekali. Jika tau akan begini, pasti aku akan baca novel nya sekali lagi." ucap Thea.

"Menyesal sekarang juga tidak akan guna nya," ucap nya pada diri nya sendiri.

"Aku tidak akan bisa pulang ke kediaman Everly dan tinggal di ibu kota. Ayah dan Theo sangat di butuh kan disini. Ayah juga tidak mengijin kan aku dan ibu pulang. Untung nya, Edmund juga tidak ikut pulang ke wilayah nya."

Thea terus berbicara sendiri. Dia ingin mengurut kan semua yang sekira nya akan terjadi dalam waktu dekat.

Ibu nya saat ini sedang sibuk membuat ramuan obat bagi yang terluka karena serangan beberapa hari yang lalu. Sedang kan Thea di larang untuk menyembuhkan mereka, karena bagi ayah nya dia sudah cukup menyembuh kan mereka. Setidak nya jumlah korban yang mati bisa di kecilkan.

*)_(*

"Nona Lianna," suara ketukan pintu yang di sertai panggilan nya membuat Thea langsung menoleh kan tubuh nya kearah pintu.

"Ada apa?" tanya Thea.

Pintu kamar nya terbuka dan masuk lah salah satu pelayan dengan kepala menunduk. "Tuan Duke ingin meenmui anda. Sekarang beliau berada di taman samping istana." ucap pelayan itu.

"Apalagi yang dia mau?" tanya Thea dengan lirih.

"Pergi dan kataka pada Duke, aku akan segera kesana sebentar lagi." perintah Thea.

Pelayan itu akhir nya undur diri dari sana dan keluar dari kamar Thea.

Sedangkan gadis itu merapikan penampilan nya. Terutama rambut nya yang tadi beberapa kali dia jambaki karena frustasi.

"Oke, rapi. Siap bertemu dengan pria itu," ucap Thea.

Gadis itu akhir nya mulai melangkah kan kakinya keluar dari kamar nya. Dengan anggun dia berjalan dan sesekali membalas sapaan dari beberapa bangsawan yang memang bekerja di istana. Dia sedang cosplay jadi wanita bangsawan yang memiliki tingkat kesopanan yang menjadi contoh untuk para wanita bangsawan yang lain.

"Melelah kan," ucap nya hampir tidak bersuara.

.

"Ada apa?" tanya Thea saat berdiri di belakang Edmund.

Edmund tersenyum miring. "Setelah mengatakan siapa dirimu sebenar nya, sekarang kau memuncul kan sikap aslimu." ucap pria itu.

Dev yang memang ikut ke istana bersama dengan Edmund, mengerutkan dahi dengan bingung. Dia tidak mengerti dengan ucapan tuan nya.

"Apa maksud anda, Tuan?" tanya Dev.

Edmund menatap pada panglima perang nya, "lupakan." ucap Edmund.

"Ada apa?" tanya Thea lagi. Dia memilih menghirau kan ucapan Edmund tadi.

"Aku mendapat kabar jika akan ada serangan dengan jumlah besar sebentar lagi. Itu yang di katakan oleh mata-mata ku. Menurut mu bagaimana?" tanya Edmund meminta pendapat Thea.

"Tidak tau," jawab Thea dengan mulai duduk di samping Edmund.

Jika para gadis bangsawan akan sungkan duduk di sebelah pria single, maka Thea tidak. Ini bukan hal aneh di dunia modern. Karena pria di samping nya sudah tahu, jadi dia santai santai saja di dekat Edmund.

"Aku memikirkan ini mulai kemarin setelah semua kebenaran yang kau katakan. Melihatmu tau apa yang aku butuh kan dan tidak ada yang tau tentang hal itu. Aku menyimpulkan kau dari masa depan." ucap Edmund.

"Ralat. Bukan masa depan, tapi dunia modern." ralat Thea.

"Sama saja," balas Emund.

"Secara teknis memang iya, sih. Tapi beda," celetuk Thea tanpa sadar.

Edmund terkekeh mendengar celetukan Thea. "Lalu apa yang kau mau?" tanya Thea.

"Aku tau kau tau apa yang aku maksud. Tingkahmu selama ini menunjuk kan seolah kau paham bagaimana pikrian ku bekerja." skak Edmund.

Waduh, dia sadar! Kecerobohan yang menyebalkan ini kenapa harsu terbawa sampai sini.

Thea merutuki diri nya sendiri. "Lalu?" Thea mencoba setenang mungkin.

"Katakan siapa dalang dari kejadian ini? Aku merasa aneh dengan kedatangan para mosnter itu," ucap Edmund.

"Apa yang akan aku dapatkan dari mengatakan semua rahasia yang aku ketahui?" tantang Thea.

"Kau mendapatkan aku," ucap Edmund.

Thea langsung menoleh ke arah Edmund dengan mata yang terbuka lebar. Gadis itu menatap Edmund dari bawa ke atas, begitu seterus nya.

"Dev, tuanmu sudah gila. Panggil kan tabib untuk mengetahui dari mana gejalanya bermula." ucap Thea dengan berdiri.

Gadis itu membuat jarak di antara mereka. Dengan wajah tidak percaya, Thea menatap Dev. "Aku rasa yang paling bermasalah disini adalah kepala nya,"

Setelah berucap seperti itu, Thea langsung berjalan cepat masuk ke dalam istana.

"Tuan, bisa jelaskan pada saya? Saya tidak mengerti dengan segala ucapan anda dan Nona Lianna." pinta Dev pada Edmund.

"Calon nyonyamu itu bukan berasal dari sini. Lebih tepat nya jiwa nya. Jiwanya berasal dari tempat yang jauh. Karena itu dia terlihat menarik." jawab Edmund.

Benar yang di katakan, Nona. Ada yang salah dengan otak Tuan Duke.

"Maksud nya?" tanya Dev lagi.

Edmund berdecak dan menatap bawahan nya. "Perpindahan jiwa, Dev. Perpindahan jiwa!" Edmund menekan kata perpindahan jiwa pada Dev.

"Tapi tuan, hal itu tidak di perbolehkan. Para penyihir yang melakukan hal itu akan di hukum mati saat ketahuan. Juga, aura para pemindah jiwa sangat berbeda. Mereka sangat gelap dan tidak bisa hidup di bawah matahari. Tapi nona tidak Tuan," ucap Dev. Pria itu mengeluar kan semua yang ada di kepala nya.

"Memang. Dia berbeda, Dev. Dia mengatakan, jika jiwanya dan jiwa Thea yang asli adalah sama. Thea yang ada disini dan Thea yang ada di belahan dunia yang lain adalah orang yang sama. Jiwa Thea yang mati membawa Thea dari dunia lain memasuki nya." jelas Edmund.

"Karena itu perpindahan jiwa Nona tidak di ketahui? Dan karena itu juga nona terlihat begitu berbeda?" Dev mencoba sedikit menjabar kan. Edmund mengangguk.

"Karena itu juga tuan tertarik?" tanya Dev. Lagi-lagi Edmund mengangguk.

"Tapi kalau nona kembali bagaimana, Tuan?" tanya Dev.

"Maka akan aku pastikan dia tidak bisa melakukan hal itu. Aku akan menyembunyikan apapun yang bisa membuat nya pergi dari sini. Kalau bisa, aku akan buat dia tidak bisa pergi bukan karena tidak bisa. Tapi dia terpaksa tinggal di sisiku selamanya." ucap Edmund dengan senyum licik nya.

Dev merasa salah bertanya sekarang. "Apa itu sama dengan apa yang aku pikir kan, Tuan?" tanya Dev memastikan.

"Seperti yang kau pikirkan," jawab Edmund.

"Semoga Nona Thea selamat dari terkaman srigala gila yang sial nya adalah tuanku sendiri," ucap Edmund dengan suara yang sangat kecil. Dia takut di todong pedang oleh tuan nya.

*)_(*

Make My Own ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang