Membiarkan Bebas

23 3 0
                                    



Seperti yang sudah Edmund janjikan. Keesokan harinya Thea mendapat kiriman sebuah kartu anggota petualang atas namanya dengan angka romawi satu di pojok bagian kanan. Itu adalah tanda jika dia adalah pemula di dunia para petualang.

Di kiriman itu juga di selipkan surat yang mengatakan, jika Edmund dalam pencarian gelang dan batu permata yang di inginkan oleh Thea.

Dengan girang Thea mengangkat kartu miliknya dengan pandangan kagum. Akhirnya, batin Thea.

Kini Thea akan melangkah satu persatu dengan perlahan untuk mencapai tujuannya.

Thea juga berencana akan mengatakan pada ayahnya jika dia akan dengan segera menjadi petualang dan keluar dari kediaman. Meski nanti akan ada pertentangan, Thea sudah siap.

Setelah acara sarapan selesai dia kan segera mengatakan pada keluarganya.

Saat Naina masuk ke dalam kamarnya, Thea dengan segera bangkit dan masuk ke dalam kamar mandi. Harinya di mulai dengan mandi dan berpakaian yang membuang banyak waktu.

Dia tidak tahu kenapa menjadi bangsawan begitu ribet dan banyak aturan.

"Naina, pakaikan riasan tipis untukku." ucap Thea.

Naina segera melakukan seperti yang di inginkan oleh sang Nona. Karena Thea meminta model yang simple, tidak butuh waktu banyak dia sudah selesai dan bersiap untuk pergi ke meja makan.

Di ruang makan hanya ada adiknya saja. Orang tuanya masih belum datang.

"Kamu tidak tidur lagi Theo?" tanya Thea.

Lingkaran hitam di bawah mata adiknya itu sudah menjelaskan semuanya. Sebagai penerus Grand Duke, Theo memang memiliki segudang pekerjaan yang harus dia selesaikan. Tak jarang adiknya itu tidak bisa tidur karena terkuras oleh kegiatannya.

Awalnya Thea ingin membantu, tapi adiknya itu menolak dan mengatakan jika Thea bisa kelelahan jika membantunya.

Selang lima menit, pasangan paruh baya itu masuk ke ruang makan dan acara sarapan mereka pun di mulai.

***

Thea mengamati satu persatu dari mereka. Orang tua da adiknya sudah menyelesaikan sarapannya.

"Ayah, Ibu ... Aku ingin menjadi petualang." ucap Thea.

Pasangan paruh baya di hadapannya kembali duduk dan menatap putri mereka dengan pandangan bertanya. Tadinya Apollyon dan Dianna sudah akan bangkit sebelum suara Thea membuyarkan semuanya.

"Kenapa?" tanya Theo.

"Karena itu yang aku inginkan," ucap Thea.

"Bukan kah lebih baik kakak di rumah dan berbelanja. Aku rasa itu akan terasa lebih menyenangkan." ucap Theo.

"Tidak mau! Itu membosankan," tolak Thea.

"Sebagai seorang petualang, kamu harus mendapatkan kartu keanggotaan dan disini tidak mudah mendapat kartu itu." ucap Apollyon.

"Tapi aku sudah punya," ucap Thea sambil menujukkan kartu miliknya.

"Bagai ... Bagaimana bisa?" bingung Apollyon.

"Aku meminta Duke Maven membuatnya," ucap Thea enteng.

Ruang makan itu akhirnya riuh dengan penolakan Apollyon dan Thea yang bersikeras akan keinginannya.

Dianna yang berada di tengah-tengah mereka menghembuskan nafas lelah. Jika dulu mungkin dia akan setuju dengan suaminya. Tapi, sekarang keadaan berubah. Putrinya tidak lagi sakit-sakitan dan dia ingin mewujudkan keinginan putrinya.

Make My Own ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang