Makan malam canggung itu selesai dengan menyisakan kedongkolan di hati Thea.
Dia di ejek habis-habisan oleh Astin dan membuat wajahnya memerah karena malu dan marah.
Dumelan Thea terus terdengar sedari tadi dari kamarnya. Naina bahkan sudah menggunakan penutup telinga karena sudah lelah mendengar serentetan kata yang keluar dari mulut nonanya.
Setelah lelah mengeluarkan semua kekesalannya, kini gadis bangsawan abal-abal itu duduk di pinggir ranjang dengan nafas yang tidak beraturan.
"Ngomel capek juga," gumamnya.
Kini dia memikirkan hari esok. "Semoga saja tidak jadi huru-hara karena tingkah gila Edmund." doa Thea.
"Naina," panggil Thea.
Dia menunggu, namun pelayannya itu tidak kunjung datang dan berdiri di hadapannya. Thea menolehkan wajahnya dan bisa melihat jika pelayannya itu menatap kearah nya dengan pandangan diam.
"Dia ini kenapa?" tanya Thea.
Dia maju kearah pelayannya dan saat sudah dekat, dia bisa melihat penyumpal telingadi telingat pelayannya.
Thea berkacak pinggang dan menyuruh Naina melepas penyumbatnya.
"Iya nona?"
"Siapkan air hangat dan baju tidurku,"
Naina langsung ngibrit masuk ke dalam kamar mandi. Thea kembali duduk di pinggir ranjang dan melamun. Kegitan yang menurutnya menyenangkan, melamun tanpa batas.
"Sudah siap, nona." ujar Naina.
Thea menyelesaikan lamunannya dan pergi ke kamar mandi. "Pakaian tidurku?"
"Sudah berada di di gantungan, nona."
Thea mengangguk. "Pergilah,"
Saat tubuhnya masuk kedalam bak mandi yang sudh di beri wewangian citrus oleh Naina. Tubuh Thea mulai rileks, dia bisa mendengar suara pintu yang di tutup dari luar.
Dia yakin jika pelayannya itu habis membereskan ranjang dan meja riasnya sebelum pergi.
"Nyamannya,"
*)_(*
Thea yang masih asik terlelap di alam tidurnya, terpaksa harus bangun karena ulah Naina yang membangunkannya dengan cara yang tidak biasa.
"Aku bangun, Naina. Aku bangun," ucap Thea dengan mata yang masih terpejam dan tubuh yang sudah terduduk.
"Air anda sudah siap, nona. Segera mandi, karena ssebentar lagi yang akan membantu anda merias diri akan datang." ucap Naina sambil menarik nonanya itu dan membawa ke dalam kamar mandi.
"Tidak sarapan dulu?" tanya Thea.
"Sarapan dulu dengan keluarga kerajaan, setelah itu anda akan dirias." ucap Naina dan Thea mengangguk.
"Gaun mana yang ingin anda pakai untuk di pesta, nona?" tanya Naina.
Thea membawa dua gaun karena bingung harus memilih yang mana."Siapkan baju untuk sarapan saja dulu. Aku masih belum menentukan pilihanku." ucap Thea terdengar dari dalam kamar mandi.
Sesuai perintah sang nona, Naina menyiapkan pakaian yang Thea gunakan dan hanya akan di pakai dalam beberapa jam. Pelayan muda itu juga mulai memilih aksesoris pelengkapnya.
*)_(*
Sarapan kali ini tidak di bumbui keanehan. Semuanya sarapan dengan tenang.
Hanya saja, Thea merasa risih atas tatapan calon tunangan sepupunya. Sedari kedatangannya tadi, mata Carina terus mengawasinya.
"Mata dia tidak sakit apa melihatku terus seperti itu? Kenapa tidak lihat calon tunangannya saja sih." bisik Thea pada Theo.
Theo yang sedang menikmati makannya, jadi menoleh kearah Carina dan menatap perempuan itu dengan tajam. Carina yang sadar tatapan Theo langsung mengalihkan pandangannya.
"Sudah, kak. Kakak bisa makan dengan tenang," kata Theo dan Thea tersenyum manis pada adiknya.
Setelah sarapan, Thea kembali ke kamarnya dan dia bisa melihat penata riasnya sudah datang dan menunggunya.
"Kita mulai saja," ucap Thea sambil mengganti pakaiannya menjadi pakaian yang mudah untuk dia ganti dengan gaun nanti.
Begitu duduk, mereka langsung mengerubungi Thea. Gadis itu memejamkan matanya saat bagian wajah, tangan dan kakinya mulai di gerayangi dengan mereka.
Ini akan sangat lama dan menyebalkan
*)_(*
Setelah perawatan pada tubuhnya yang memakan banyak waktu, Thea bangun dari duduknya dengan tubuh yang kaku. Dia melakukan peregangan ringan, agar tubuhnya kembali enteng.
"Nona, masih belum selesai."
"Aku tau. Aku hanya ingin merenggangkan tubuhku yang kaku," ucap Thea.
Setelah meresa tidak kaku, Thea kembali duduk dengan helaan nafas yang panjang.
Thea kini sedang duduk menunggu Edmund datang menjemput nya. Begitu semua rangkaian perawatan dan ekor nya selesai, gadis itu merasa lega luar biasa.
Ketukan pintu mengalih kan atensi Thea yang sedang asik memilin pakaian nya.
"Masuk," ucap Thea.
Seorang pria gagah masuk ke dalam kamar nya. Wajah datar Edmund adalah hal pertama yang dia lihat. Pria itu begitu sempurna dengan pakaian resmi nya.
Tanpa mengucapkan atau sekedar memuji penampilan Thea yang menghabiskan banyak waktu, Edmund mengulur kan tangan nya. Thea menerima uluran tangan itu dan mulai berjalan ke luar kamar.
"Tidak ingin memujiku? Aku sudah menghabiskan seharian hanya untuk terlihat cantik di sebelah mu." sindir Thea.
Bukan dia haus pujian, hanya saja entah kenapa, dia begitu ingin Edmund memuji penampilan nya.
"Bagus," ucap Edmund setelah lama terdiam.
Thea dengan cepat menoleh dan menetap pria itu dengan pandangan yang tidak bisa di artikan. Terkejut iya, tidak percaya juga iya, ingin meremet wajah tampan pria di sampng juga iya..
"Sudah? Hanya itu?" tanya Thea.
Dia bahkan sudah sangat tersika tadi dan respon Edmund hanya itu saja? Wah ...Jika tahu begitu lebih baik dia berdandan seperti biasa nya saja.
"Memang apa lagi? Penampilan mu memang bagus." ucap Edmund.
Thea menahan segala umpatan yang hampir saja menyembur keluar. Karena nama nya dan Edmund sudah di umumkan, serta pintu besar di hadapan mereka sudah mulai terbuka.
Semua mata memandang kedua nya dengan penasaran. Lebih penasaran dengan Edmund, yang kali ini membawa gandengan. Kehadiran nya dan Thea kali ini mematah kan rumor jika dia penyuka sejenis.
Bisik bisik tetangga yang iri mulai masuk ke dalam telinga Thea. Edmund yang berjalan di samping nya sudah mendengar banyak sekali gerundelan dan umpatan yang keluar dari pulm itu.
"Jangan di dengar kan dan hentikan gerutuanmu itu," bisik Eddmund.
"Menang nya terdengar, ya?" tanya Thea dan Edmund mengangguk.
"Aku tidak sadar," ucap Thea sambil melipat bibir nya ke dalam.
*)_(*
Edmund dan Thea naik ke atas dan mengucap kan selamat atas pertunangan Seamus.
Seamus yang melihat kedatangan mereka berdua hanya mengangguk dengan kaku. Dia masih tidak menyangka sepupu nya bisa menaklukkan karang itu. Sedangkan di sebelah pria itu, Carina, menatap Thea dengan tidak suka.
"Mata Putri Mahkota akan keluar jika terus melihatku seperti itu." sindir Thea dengan berani.
Edmund yang di sebalah nya menatap bangga dengan apa yang di ucapkan Thea. Sedangkan Carina yang ingin membalas ucapan Thea di hentikan oleh Seamus.
"Dia hanya terkejut melihatmu datang dengan Duke Maven." ucap Seamus.
"Apa yang mengejutkan dengan datang dengannya?" tanya Thea mencoba bertingkah tidak tahu.
*)_(*
![](https://img.wattpad.com/cover/354333658-288-k480536.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Make My Own Choice
FantasíaSetelah menerima undangan ke sebuah pulau bersama 12 orang lainnya. Masing-masing dari mereka menerima perhiasan dan dia menerima gelang cantik bermata berlian, setelah memakainya Ghea Kanaya terlempar ke suatu tempat asing. Ghea terpaksa harus bera...