[FOLLOW SEBELUM DI BACA!!!]
WARNING! CERITA INI MURNI DARI PIKIRAN AUTHOR SENDIRI JADI JANGAN BAWA BAWA CERITA LAIN DALAM CERITA INI. SEKIAN.
__
Ara gadis 19 tahun yang bebas dengan pergaulan, apakah bisa menjadi istri dari seorang dokter muda yang...
Ara memejamkan kedua matanya, rasa deg-degan, takut mendominasi diri Ara. Takut kalau dirinya hanya mual biasa dan tidak hamil. Intinya Ara takut untuk kecewa.
Sudah 5 menit berlalu Ara memberanikan diri untuk melihat hasil tespecknya. Dan belum sesuai dengan keinginan Ara.
"Negatif" lirihnya.
Ara membuang hasil tespecknya di tong sampah kamar mandi. Dengan perasaan kecewa Ara duduk di tepi kasur, ia mengambil Tensi meter untuk mengukur sendiri tekanan darahnya.
"Harusnya aku nggak terburu-buru" gumamnya memelas.
"Maag sialan" umpatnya.
90/60 tekanan darah Ara.
"Pantesan pusing" katanya kemudian ia rebahkan tubuh mungilnya di atas kasur.
Ara terpikir untuk mempersiapkan seragam untuk ngampus besok. Sengaja ia menyibukkan dirinya agar tidak kembali kepikiran dengan hasil tespecknya.
"Baju putih sudah, roknya sudah"
Chat Wa!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Belum juga bercerita, airmata Ara sudah jatuh duluan dan tambah membuat Ali makin khawatir.
"Siapa yang buat istri saya nangis seperti ini? Hm?"
Ara mendongakkan wajahnya ke Ali, "mas tadi aku tespeck karena tanggal haid aku udah lewat, aku pikir bakal positif by." kata Ara yang masih menahan tangisnya.
Tanpa menjawab Ali langsung menarik Ara masuk ke dalam pelukannya dan seketika tangis Ara pecah disana.
"Suuuuutttttt, tidak apa-apa sayang mungkin belum rezeki kita" Ali mencoba menenangkan Ara sambil mengelus lembut surai hitam milik Ara.
