𝐁𝐚𝐛 22

10.5K 527 20
                                    

Bissmillahirrahmannirahim...

Readers cantikku kalian hebat banget sudah bertahan dari awal hingga sekarang :(

Vote dan follow juga yaa agar kalian tidak ketinggalan notivnya.

_______________________________________________

Happy reading
___________________




___

Hari-hari Ali dan Ara sangat di penuhi canda, tawa, bahagia. Ali yang begitu di penuhi padatnya pekerjaan di rumah sakit, kampus, dan beberapa panggilan untuk mengisi kajian ceramah.

Sedangkan Haura juga sibuk dengan kuliahnya. Usia kehamilannya kini telah memasuki trimester 2.

"Wihh, nggak lama brojol nih," ungkap Wiwi memegang perut buncin Ara.

"Gimana sudah ada persiapan untuk pakaian baby?" tanyanya lagi.

"Belum, wi. Nanti aja kalau udah masuk trimester 3" jawab Ara.

"Ohh gitu"

Wiwi memutar bola matanya, "Ehh nanti kalau lo lahirin kabarin gue ya, biar-"

"Biar apa? Nggak ada ya!" celetuk Ara.

"Iyaa gue juga mau bantu ngeluarin ponakan gue" ujarnya.

"Enak aja! Nggak ada!"

"Boleh lahhhh, boleh laahhhh"

"Nggak ada"

_

Cuaca di Jakarta sangatlah panas. Mungkin karena sedang musim kemarau? Atau karena pengaruh pemanasan global.

Hari ini Ali pulang lebih cepat karena ia sudah janji pada Ara untuk menemaninya memeriksakan kehamilannya. Ali bergegas ke parkiran mobil namun ada saja yang menghalanginya.

"Assalamualaikum dok" sapa seorang perempuan yang wajahnya tidak asing untuk Ali.

"Waalaikumussalam" jawab Ali.

"Saya Zafeera anak dari profesor Abdul, dokter masih ingat?"

Pantas saja tidak asing untuk Ali.

"Oh iya, ada perlu dengan saya?"

Zafeera mengangguk kecil, "Ini buat dokter, saya di suruh Abi untuk antarkan ini" Zafeera menyerahkan bingkisan ke hadapan Ali.

Sebenarnya Ali sangat ingin menolaknnya tapi ia tidak ingin membuat profesor Abdul kecewa.

"Terimakasih, saya permisi. Assalamualaikum" Ali menerima pemberian dari Zafeera.

"Waalaikumussalam,"

"Tunggu, dok" cegah Zafeera saat Ali hendak masuk mobil.

Ali mengerutkan dahinya, "Ada apa?" datarnya.

"Apa besok dokter yang ngisi kajiannya?" tanya lagi.

"Insya Allah. Kalau sudah tidak ada lagi yang mau di sampaikan, saya mohon diri. Assalamualaikum" Ali masuk ke mobilnya dan pergi berlalu meninggalkan Zafeera yang masih berdiri di sana.

"Waalaikumussalam" jawabnya.

"Ya Allah maksud hamba yang seperti itu, seperti dokter Ali" gumamnya.

Two A ✔︎ Ali & Ara (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang