10

13.5K 385 5
                                    

BRAK!!

Alskara tidak terlambat. Tapi kemungkinan besar, dia tidak bisa mencegah soal razia itu. Kemungkinan semuanya akan terbongkar. Alskara mengepalkan tangannya. Ini gara-gara Abel dan Biru.

Akan jadi berita besar jika Alskara si leader Gardixen, bersanding dengan cewek pendiem anak IPA1. Dan menghasilkan makhluk kecil sesempurna Galaksi Elgailel. Semuanya belum terbayang di otak Alskara, yang ada di bayangannya, pasti banyak cemoohan dari tiga angkatan untuk Kansa.

Masalahnya, Alskara kasian pada gadis itu. Apalagi selama ini yang mengasuh Gal dia. Akan di cap laki-laki tak bertanggung jawab jika semua orang tahu. Ya, meskipun realita bicara seperti itu.

Beberapa detik terbuang. Tak ada suara lagi, Kansa menoleh ke belakang, pelan-pelan. Dipeluknya Gal untuk mencegah terbongkarnya rahasia.

Tahu pelakunya siapa, Kansa membuang napas. Kesal juga oleh Alskara, di buat jantungan, dan di patahkan oleh kenyataan. Kadang Kansa bingung, bisa-bisanya Tuhan menyatukan mereka dengan ikatan suci pernikahan. Dan soal kehadiran Gal di antara mereka.

Baru saja Kansa mau balik badan, Alskara dengan gerakan cepat menarik tubuhnya juga Gal ke rak buku-buku paling pojok.

Intuisi cowok itu tak meleset. Mio dan antek-anteknya datang setelah dia membawa Kansa dan Gal ke persembunyian.

"Ini ada apa?"

Kansa menatap Alskara penuh harap, berharap diberi jawaban.

"Razia." Alskara melihat anak OSIS lewat celah-celah jajaran buku.

Samar, cowok itu mendengarkan pembicaraan mereka.

"Udah Yo, disini mana ada orang?!"

Mio nampak ragu. "Suka ada yang curang."

"Curang apanya?! Lo tahu perpus itu tempat paling jarang anak-anak datengin. Apalagi anak-anak berandal kayak Gardixen!" Temannya berusaha memberi alasan.

Mio menghela napas gusar, laki-laki itu mengangguk. Kemudian mereka melenggang pergi meninggalkan perpustakaan ini.

Kansa bernapas lega. Gadis itu menatap suaminya. "Makasih ya."

Jarak mereka sangat dekat. Jantung Kansa masih berdetak cepat, Alskara kesini untuk melindunginya? Persepsi-persepsi itu muncul begitu saja di pikirannya. Sebelum menjalin sebuah pernikahan, Kansa sudah mengenal Alskara, Alskara dan segala tentangnya.

Alskara—sejak kapan mau membuang-buang waktunya untuk hal seperti ini? Padahal lelaki itu tahu, sekalipun Kansa ketahuan memiliki Gal, perempuan itu tak akan membawa-bawa nama Alskara. Cukup dia saja yang terlibat, suaminya jangan.

Setelah memastikan semuanya aman, Alskara mengalihkan pandangan, menatap Kansa yang mungkin kini masih dilingkupi keter

"Lo gak belajar?"

Kansa tersentak kaget, perempuan itu mengerjap, kemudian berkata sedikit terbata, "males," gumam Kansa.

Perempuan itu malah menoel-noel pipi Gal. Berharap anaknya bangun sekarang, biasanya anak itu akan heboh saat ayahnya datang ke perpus ini. Setidaknya itu yang menghilangkan kecanggungan di antara Alskara dan Kansa. Ada Gal sebagai penengah.

"Ck."

Decakan kecil itu membuat Kansa tertawa. Anaknya bangun. Hal sederhana ini begitu mengundang banyak dopamin dari tubuhnya. Bahagia Kansa cuma bersama dua laki-laki di dekatnya sekarang.

Terlanjur malas kembali lagi ke gudang, Alskara malah duduk lesehan di lantai, punggungnya bersandar pada rak buku yang menjulang tinggi. Begitupun Kansa, posisi keduanya berhadapan, sangat dekat karena jarak antar rak lumayan sempit.

ALSKARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang