Fyi
Nulis malam ini banget spesial buat yang lagi ulang tahun sekarang!! tapi maap gak 2 part, next part selanjutnya gak bakal lamaaa....
Hai kamu yang lagi ultah, makasi udah mau baca dan nunggu alskara. Terus bertahan ya sampe ending, sampe revisi, huhu!! Semoga apa pun yang kamu cita-citakan, bisa tercapai, pokoknya terus semangat yaaa!!Buat sampul ijo juga yang kemarin komen-komen, hiks..
Buat semua yang komen minta next, huhu!! Buat semua pembaca alskara si intinya.. tapi komenannya keren bgt bisa sebanyak itu, lope you😘
Seorang cowok berpakaian serba hitam dengan tudung hoodie yang menutupi kepala serta masker, tengah duduk tenang di hadapan sebuah komputer. Jari-jari tangannya bergerak lincah di atas keyboard. Sepertinya lelaki itu sangat dilingkupi rasa penasaran yang mendalam sehingga dia seolah tidak akan membiarkan hasil gerakan tangannya mengecewakan. Dia—
Segata Goana.
Manusia penuh kepastian, yang hanya akan berasumsi bilamana disertai bukti yang menguatkan.
Layar komputernya kini menampakkan sebuah nama yang kedengaran sangat familiar, nama beserta seluruh informasi yang terkait. Lelaki itu mengepalkan tinju, merasa ada berbagai kemungkinan yang selama ini tertutupi oleh banyak kepala.
"Algazel."
.
"Bawa mereka semua ke markas, ke tempat tahanan."
.
Gal sudah kesekian kalinya berdecak keras. Bocah laki-laki itu juga selalu menengok jam dinding setiap lima menit sekali. Yang sejak tadi ia tunggu-tunggu sama sekali belum menampakkan barang hidungnya. Padahal Gal sudah sangat lapar. Semua film yang sempat ingin ia tonton sudah selesai sejak jam sebelas tadi.
Ketika mendengar suara derap langkah kaki seseorang, posisi Gal yang sedari tadi tengkurap kini langsung berganti sambil misuh-misuh. Bocah itu langsung menoleh, mengintip di balik sofa yang menjulang lebih tinggi dari tinggi tubuhnya.
"Lamaaaaaa!!!" seru Gal sebal.
Kansa tersenyum tipis. Kedatangannya benar-benar ditunggu oleh putranya.
"Maafin ibu, yaa?"
Perempuan itu langsung berjongkok, memegang bahu Gal. Kemudian putranya ia peluk sangat erat.
Tak ada hal apapun yang menjadi prioritasnya selain keluarganya—rumah tangganya bersama Alskara. Itu saja, cukup. Kansa menerka dari lama, lelaki yang sekarang sudah dua tahun menjadi suaminya, belum tentu punya prioritas yang sama. Membangun rumah tangga yang harmonis, penuh kedamaian dan kasih sayang.
Namun waktu itu, saat pertama kalinya Alskara menemuinya dan Gal ketika pulang sekolah di perpustakaan usang, mungkin itu sudah cukup dijadikan sebuah pembuktian.
Lalu saat Alskara menjawab pertanyaan random yang keluar dari bibirnya ketika mereka pertama kali singgah di gedung HSShq—
"Skara kamu sayang gak sih sama aku, sama Gal?"
Kansa menggigit bibir bawahnya, keceplosan. Jantungnya berdetak dua kali lipat, sungguh, itu di luar kendalinya. Kansa mana tahu mulutnya akan mengeluarkan kalimat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSKARA
Teen FictionAlskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan Ia sudah menjadi sosok Ayah di umurnya yang baru menginjak angka ke delapan belas tahun. # 2 - tee...