29

6.3K 215 28
                                    

Haiiiii

JANGAN LUPA FOLLOW AKU YAWW!!

Siapa idola kalian di cerita ini?

.


"JOANA SINTING, LO KENAPA, SIH?!!"

Kalanva menatap teman barunya dengan wajah lempeng. Sedari tadi Joana terus-terusan melebarkan senyum tanpa diketahui sebabnya.

Satu lagi. Gadis itu bahkan tak berhenti menciumi pergelangan tangannya—yang bahkan kini basah terkena ludahnya sendiri. Dan akhir-akhir ini Joana tak pernah kelihatan sedang belajar. Buku-buku yang di bawanya kadang tak sesuai dengan mata pelajaran yang tengah berlangsung.

"Kal, aku tuh lagi jatuh cintaaaaaaa."

"A-aku?"

Kalanva langsung menyemburkan tawa. Sejak kapan bahasa Joana jadi aku-kamu seperti ini? Pasti ada yang tak beres.

"POKOKNYA AKU JATUH CINTA!!"

"Buset." Kalanva geleng-geleng kepala sambil mengelus dada, "kok lo jadi ngegas?"

"Assalamu'alaikum.. "

Kansa menampilkan cengiran polos, kemudian masuk kedalam kelas, bergabung dengan dua teman barunya yang lain.

Setelah menaruh tasnya di kursi, Kansa menatap Joana yang masih mesem-mesem memegang pergelangan tangannya.

"Kal, Jo kenapa?"

Kalanva mengangkat bahu acuh. "Kesurupan cinta."

Kansa tak merespon lagi, matanya beralih menatap Joana bingung. "Kemarin Sega ngapain aja?"

"Aaaa!!"

Makin gak waras.

Joana malah tantrum di tempat. Mengundang kecurigaan dari Kalanva, yang yakin bahwa kelakuan Joana hari ini ada hubungannya dengan laki-laki bernama Sega.

Laki-laki yang namanya bahkan terasa familiar di telinga Kalanva.

"W-wait.. "

"SEGA YANG ANAK GARDIXEN ITU?!!"

"Kal.. "

Kansa berkedip pasrah ketika penghuni kelas—yang belum semuanya datang, menatap mereka seolah terganggu.

Sungguh, sejak Kalanva, Joana dan Kansa berteman, kelas tak seperti dulu. Tak selalu hening karena penghuninya yang sibuk belajar.

"Tapi iya, kan?!" bisik Kalanva.

"Iyaaaaa."

Semburat merah menghiasi pipi Joana.

"Aku suka sama dia."

.

"Lo ngapain ngajak kita kumpul? Masih ada tiga jam pelajaran, nyet!"

Sehabis dari mushola BM, Rangga harus menahan kekesalannya karena Alskara. Kalo boleh jujur, hampir tiap hari enam sekawan itu tak pernah ikut mata pelajaran sehabis dhuhur. Mereka selalu bolos apapun alasannya.

"Kocak lo!" Alskara berkomentar sinis. "Kayak lo mau belajar aja abis ini!"

Rangga menyipitkan mata garang, persis seperti anak kecil.

ALSKARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang