19

8.8K 264 6
                                    

"Sstt!!"

Joana mendengus sebal, gadis itu sedikit menggeser posisi duduknya ke depan. Meski jaraknya dengan Kalanva masih jauh, gadis itu masih berusaha membuat Kalanva menoleh.

"Ava!" bisiknya keras-keras.

Kali ini dia berhasil. Kalanva menoleh tentunya dengan wajah garang, merasa terganggu dengan bisikan-bisikan Joana sedari tadi.

"Apa?"

"Kansa sama Crys bolos?"

Dua bangku terakhir, satu di pojok, satunya di tengah-tengah terlihat kosong, barusan Kalanva memutar kepalanya memastikan perkataan Joana bukanlah omong kosong.

Padahal ini mata pelajaran matematika—yang setahu Kalanva, Crystalin si paling segalanya tak akan mungkin menyia-nyiakan waktu untuk mencari perhatian Bu Okta. Dan Kansa, Kalanva memang tak sering melihat bangkunya kosong, tapi Azio bilang, hampir tiga kali dalam seminggu, Kansa bolos, meninggalkan pelajaran.

"Lo mau ikutan bolos juga?" sarkas Kalanva.

Joana refleks memajukan bibir, "mau sih kalo gak bakal di masukin ke catatan hitam."

"Perhatiin mrs. Okta, dan jangan ganggu gue!"

Lantas kemudian, percakapan mereka berakhir, dengan pikiran yang masih saling menjalin chemistry, entah apa itu, yang jelas keduanya sama-sama penasaran.

.

Langit mendadak gelap, tapi tak turun hujan. Hawa-hawa dingin menyeruak masuk kedalam lapisan kulit, menambah kesan horor pada anak-anak ini.

Setelah memanipulasi otak Gal yang belum terlalu terisi sepenuhnya—meski bocah itu sebenarnya ogah-ogahan tadi, setidaknya Kansa, Alskara dan lima orang lainnya bisa segera pergi, menghindar dari bocah itu, menuju lokasi yang mereka tuju. Pasalnya dia kekeh ingin tahu HSSHq.

Gedung HSSHq yang terletak di tengah-tengah hutan awalnya membuat Kansa lumayan takut—sebagai satu-satunya perempuan, dan sebagai istri yang belum sepenuhnya dicintai. Bisa saja Alskara nekat membuangnya karena terlanjur ilfeel padanya, terkait sifat aslinya yang jauh dari kata kalem.

Parkirannya begitu luas, gedungnya menjulang tinggi. Mungkin Biru si ahli fisika tengah menduga-duga tanpa rumus, berapa meter tinggi gedung ini.

"Ayo."

"Ska, ini beneran gedungnya?"

Alskara menatap Kansa tak habis pikir, belum apa-apa, tapi cewek itu sudah membuatnya malas. "Lo tahu cara baca yang baik dan benar, kan?"

Oke, tulisan HSSHq (High School Science Headquarter) tertera sangat indah—karena coraknya yang di pahat, di gerbang awal parkiran. Kansa menggerutu dalam hati, masih tak yakin karena kawasan gedung ini benar-benar nyaris seperti tak berpenghuni. Bagaimana jika dia di bohongi dan di celakai disini? Mengingat beberapa hari terakhir Alskara sama sekali tak berprilaku menyakitinya.

"Boleh pulang aja gak sih?" cicit Kansa.

"Gila lo!" serobot Abel, "kita kesini aja makan waktu satu jam, terus mau di sia-siain gitu aja?"

"Dari awal lo emang mending gak usah ikut," sinis Alskara.

"Masuk!"

Memilih mengikuti perintah ketuanya, lima anak laki-laki disana mengikuti keputusan Alskara. Tak ada waktu main-main untuk mereka. The real dangerous boy—di luar sekolah.

"Tungguin." Kansa hanya bergumam lirih. Sambil sesekali memastikan keamanan dengan menengok kanan-kiri, cewek itu mengikuti langkah anak-anak lain untuk masuk kedalam gedung menyeramkan ini.

ALSKARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang