13

10.4K 364 0
                                    


BURM

BURM

Penonton berseru heboh mendengar deru motor CB150X punya Alskara yang melaju gila dari arah utara. Anak-anak Gardixen kompak mengalihkan pandangannya dari Keano dan anak Rasil's lainnya.

Rangga buru-buru menghampiri Alskara yang baru akan membuka helmnya. "Lo gak papa, kan?!"

Alih-alih menjawab Rangga, Alskara malah turun dari motornya. Dia menghampiri Keano yang sedang bersama teman-temannya. Tatapannya tajam, mematikan. Emosinya benar-benar sedang tidak stabil.

Kerah jaket denim punya Keano, ditarik kasar oleh Alskara. Pemiliknya hanya tersenyum miring, tak memberi respon apapun.

"CURANG LO PENGECUT!!"

BUGH!

Shit!

BUGH!

"Udah Al! Bahu lo berdarah."

Ucapan Abel tak membuat Alskara berhenti begitu saja.

Keano tersungkur, memegangi bekas pukulan Alskara yang tak main-main sakitnya. Bisa-bisanya cowok itu masih kelihatan normal setelah dia menembak bahunya-bahkan punggung cowok itu bergesekan langsung dengan aspal.

"Lemah!" ejek Biru, "gak habis pikir gue, emang ada keturunan Elgailel yang selemah ini?! Jangan-jangan cuma anak pungut."

"DIEM ANJING!!"

Selain Alskara, musuh besarnya juga Biru. Biru lebih bebas darinya, Biru lebih segalanya soal otak, tapi menurut teori, pintar-tidaknya keturunan kita itu tergantung siapa yang melahirkannya. Sepintar-pintarnya Biru, belum tentu anaknya kelak bisa punya otak yang sama dengannya. Sayang, ibu Biru malah terbunuh saat itu, padahal Lucifer sempat melarang pengeksekusiannya.

"Lo denger gue, Ke, gak ada yang bisa lo cemburuin dari gue-"

"Cih," decih Keano, "emang gak ada!"

Biru tetap lanjut bicara, "-lo, gue, Alskara, sama yang lain itu sama. Kita cuma bakal jadi alat mereka nanti. Gue gak mau hidup gue sia-sia cuma karena ngerealisasiin ambisi mereka buat nguasain dunia ini. Walaupun 86% ambisi mereka hampir terealiasi."

Biru berjongkok menyamakan posisinya dengan Keano.

BUGH!

"Sebagai salam perpisahan!"

"BANGSAT!!"

Alskara kembali lagi ke motornya, memakai helm full-facenya.

"MARKAS!!"

.


Pukul 11 malam.

Belum ada tanda-tanda Alskara pulang. Memang biasanya juga pulang jam 1 malam sih. Hanya saja Kansa sedikit risau malam ini. Gal sudah tidur beberapa menit yang lalu.

Punggung gadis itu bersandar di kursi belajar. Rambutnya tergerai sepinggang, kacamatanya sudah dia lepas sejak pulang ke rumah tadi.

Keputusannya masuk ke HSSHq belum benar-benar bulat. Apalagi membawa Gal juga. Bukannya dia tidak percaya pada anak-anak Gardixen. Dia hanya sedikit canggung pada mereka, apalagi saat ciumannya tadi dengan Alskara. Sangat memalukan bukan?

Sebenarnya dari zaman sekolah dasar, Kansa sudah kenal mereka. Anak-anak Gardixen juga mengenalnya. Dahulu hanya sebatas kenal, itupun karena Biru. Dan sekarang, mereka seolah punya ikatan. Meski hanya sebatas partner di HSSHq nanti.

Ngomong-ngomong, Kansa benar-benar sulit melupakan ciuman tadi. Kansa rasa, dia jatuh cinta. Kali ini gadis itu sangat yakin soal perasannya.

Tapi Kansa ragu pernikahannya akan berjalan lama.

ALSKARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang