14

10.4K 324 2
                                    

"IBU?! AYAH?!"

Lihat, bocah satu ini benar-benar menjengkelkan. Tak bisa melihat orangtuanya menghabiskan waktu lebih lama lagi. Gal bangun lebih awal dari biasanya. Ah, lebih dua kali lipat sepertinya.

01.57

Jam segini Gal bangun.

Awalnya Gal kebingungan ayahnya sama sekali tak meninggalkan jejak di kamar. Gal mau tidur lagi, tapi susah karena biasanya ada Kansa yang mengusap lembut punggung dan kepalanya sebelum tidur.

Jadilah Gal memutuskan pergi ke kamar ibunya.

"HUWAAAA!!!"

Gal marah karena merasa ditelantarkan.

Ibunya tidur dengan posisi memeluk ayahnya.

"Hikssss.. "

Hebatnya, Kansa tak sulit untuk dibangunkan. Gadis itu melek mendengar tangisan Gal. Dengan gerakan cepat, dia berbalik melihat asal suara. Dan benar saja, anaknya sedang menangis di pinggir pintu.

Kansa turun dari ranjang, menghampiri putra pertamanya, lalu memeluknya. "Gal kenapa?" cewek itu menatap jam dinding yang ada di kamarnya, "masih jam 2 loh."

"Gal marah! Kenapa tidur bareng gak ajak Gal?!"

Tak mau membuat suaminya terbangun, Kansa mengusap kepala Gal menenangkan. "Bobo lagi mau? Sama ayah, sama ibu, bertiga."

"M-mau, hiksss.. "

Dan awalnya di sini, bahagia Kansa terlihat sempurna.

.

"SERIUS?!!!"

Rangga berteriak heboh mendengar cerita Gal. Bocah itu menceritakan detail ketika ayah ibunya tidur bersama.

Bukan cuma Rangga, anak-anak Gardixen yang lain juga ikut terkejut.

Hari ini hari spesial. Gardixen kompak bolos, menyebabkan Gal berada di gudang sekarang, dikelilingi oleh anak-anak Gardixen.

"Usulan gue keren juga kemaren." Biru bersiul pelan, menatap Alskara yang biasa-biasa saja.

"Diobatin, kan?"

"Hm."

"Lo tidur pasti peluk-peluk istri lo!" ucap Sega.

Alskara berdecih, "sotoy"

"Siapa yang bangun duluan?"

Gal berpikir sejenak. Bocah itu kemudian menatap ayahnya. "Pas Gal bangun, ibu sama ayah udah gak di kasur."

"WAH!!" kompor Rangga.

"Jangan-jangan pindah kamar, sengaja mau berduaan!!"

Gal memasang wajah sebal. Kemudian menatap ayahnya yang terlihat tidak terima diberi tuduhan seperti itu. Pagi tadi, Kansa bangun terlebih dahulu. Alskara nyaris tak mau bangun. Pemuda itu terlalu nyaman dalam tidurnya. Tapi saat Kansa bangun, tangannya seolah terlempar. Alskara mendadak gugup saat itu, jadilah pilihannya adalah pindah ke kamarnya sendiri. Sementara Kansa menyiapkan pagi mereka.

"Gak usah manas-manasin!" desis Alskara.

Bahaya jika bocah itu sampai menangis.

"Malem ini tidur bareng lagi!"

"Lo udah gede," sinis Alskara.

"BODO AMAT!!"

"Caper."

"Caper, caper." Gal mencibir.

Topik mereka tak habis-habis, ada saja yang di perdebatkan, ada saja yang di perbincangkan.

ALSKARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang