31

6.1K 226 46
                                    


Note : nama sekolahnya itu aku ganti :(

.

"Ayo sini boss!"

"CK! Mau ngapain, sih?!"

"Lah, kan semaleman kita udah adain konferensi besar-besaran."

"Terus? Bukannya bikin kekacauan itu tugas kalian?"

"GAMPANG BANGET LO NGOMONG GITU, AL?! Gue bangun sebelum subuh loh buat nyiapin ini-itunya!"

"Yakin lo yang nyiapin? Palingan lo diem aja kan lihatin Biru kerja?"

"Sembarangan lo!"

"Bener kan, njing?"

"SALAH BESAR LO! PITNAH KUBRO!!"

Tut.

Sambungan telepon Abel dan Alskara terputus. Alskara yang memutuskannya. Kadang walaupun cuek dan keras kepala, cowok itu suka juga menjahili teman-temannya, terutama Abel yang notabenya anak paling manja diantara mereka semua.

Tak jauh dari posisi Abel, Biru tertawa meledeknya. Percakapan mereka tadi, Ia dengar. Karena sebelum ada dialog, Biru menyuruh Abel untuk membesarkan volumenya.

"Sepupu lo apa banget, anjing!"

Biru menggeleng.

Mereka sudah selesai dengan tugas merancang bahan-bahan peledaknya, sedari tadi. Tak lupa alat tambahan Biru, gas air mata. Mereka diam tak kemana-mana, menunggu jam delapan tiba. Sengaja agar siswa-siswi Clopatha fokus di kelas masing-masing.

Setelah jam delapan, Biru memerintahkan Abel untuk menghubungi Alskara. Dan hasilnya seperti tadi. Respon yang sangat membagongkan untuk Abel.

"RESE LO!!" ketus Abel.

Tiba-tiba ponsel punya Biru berdering. Ada panggilan dari sebuah nomor telepon yang cukup familiar. Dia belum menerima sambungan telepon itu, karena tawanya yang tiba-tiba menggelegar-yang membuat Abel penasaran.

Biru menekan tombol hijau.

"Butuh bantuan?"

"HAHAH!! Kocak lo! Cepetan, sini!"

Mata Abel memanas.

Dia tahu.

"NYEBELIN YA LO PADA!!!"

"TADI GUE YANG NGOMONG GAK PADA PERCAYA!"

"LO TUKANG NGIBUL, BEL! MANA PERCAYA KITA?"

Itu suara Rangga. Abel hapal sangat.

"BACOT! BACOT! BACOT!"

Di seberang sana, tawa Legister mengudara, sepertinya dia ikut andil dalam mengerjai Abel. "Udah, udah. Kita on the way."

Sambungan terputus begitu saja. Biru belum selesai tertawa, cowok itu memasukkan ponselnya ke saku celana. Menatap Abel yang kini tengah bersikap seolah-olah dia marah.

"Mewek aja, Bel. Gak bakal gue bujuk."

.

DORRRRR!!!

Ledakkan itu terdengar sangat memekakkan telinga.

Clopatha pecah.

Semua siswa-siswi berlalu-lalang, berhamburan kemana-mana, asal jangan ke daerah yang membahayakan. Lorong-lorong sekolah ramai. Koridor terasa sempit dilihat dari atas. Semuanya kacau. Terhempas ke kanan-kiri.

ALSKARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang