"Aku bilang apa kann.. "
Joana meringis ngilu.
Gedung HSSHq benar-benar kelihatan begitu menyeramkan. Belum apa-apa, Joana bahkan sudah ketar-ketir seperti ini. Gadis itu saling lirik dengan temannya, saling tukar pikiran yang isinya sama-sama dipenuhi banyak teori baru.
Jika Joana menyalurkan rasa takutnya dengan terus berdempetan pada sang pujaan hati, Segatta Goanna, maka Kalanva cukup memegang tangan Kansa yang kebetulan nganggur sebelah. Karena tangan kanannya mengalung erat di lengan kekar suaminya.
"Kalo pada takut mending gak usah ikut dari awal!" cibir Abel.
Rangga mengangguk membenarkan. Hari ini tidak jadi asik, karena tidak ada satupun diantara cewek-cewek yang nempel padanya. Ia kira akan ada adegan seperti itu.
"Siapa yang takut? Gue oke, tuh."
Kalanva bersidekap dada, gaya songongnya benar-benar membuat Rangga sering kali menipiskan bibir. Valid, IPA1 memang mengandung banyak manusia dengan berbagai macam kelakuan yang berbeda-beda, bedanya gak kaleng-kaleng. Jauh sangat.
"So banget lo."
.
Sembilan remaja itu sudah berada di ruangan, di ruang khusus unit 961. Entah apa yang Biru lakukan sampai-sampai Kalanva dan Joana diijinkan untuk bergabung dengan unit mereka. Awalnya, Kansa pikir pendaftaran HSSHq cukup sampai waktu mereka pertama kali masuk. Dan memang seharusnya sudah ditutup, tapi entah, apa yang membuat pihak HSSHq dengan mudahnya menerima dua temannya.
Kalanva dan Joana masih kelihatan menyesuaikan, mereka masih awam dengan suasana dan isi ruangan ini. Apa yang dirasakan mereka sangatlah berbanding balik dengan yang terjadi. Banyak orang, tapi seolah tak ada penghuni. Memangnya ada peraturan untuk tidak bicara sepanjang kelas? Rasanya benar-benar aneh!
"Gak udah banyak mikir hal lain, fokus sama apa yang bakal ditugasin ke kita aja!"
Dan Xabiru King Elgailel selalu tahu perkataan apa yang membuat Kalanva bisa berhenti menonaktifkan fungsi otaknya untuk beberapa waktu ke depan. Gadis itu menghela napas panjang, mengiyakan ucapan lelaki itu di dalam hati.
Pintu berbahan kayu elegan itu terbuka lebar, menampakkan sosok paruh baya yang memiliki aura.. mungkin intimidasi kuat. Entah, tapi memang itu benar-benar membuat mereka merasa agak lain dengan situasi.
Pintu itu kembali ditutup. Profesor Algazel masuk dengan tangan tak kosong. Sebuah kotak berisikan beberapa labu cairan dan dua tikus kecil ia jinjing. Mengundang banyak pertanyaan di benak sembilan remaja itu. Pria itu menaruh kotaknya di sebuah meja sedang di sana. Tangannya mengisyaratkan untuk anak-anak itu agar segera mendekat.
Rangga yang sadar terlebih dahulu dari yang lain, langsung berjalan duluan. Tangannya menginterupsi temannya yang lain untuk segera mengikutinya juga. "Ayo, ayo."
"Selamat datang, Kalanva Aishty dan Joana Alta Aruna Maxwell. Semoga kalian bisa bertahan dan terus naik level hingga level tertinggi HSSHq." Algazel bicara tanpa menatap lawannya. Pria itu sibuk mengeluarkan barang-barang dari kotak bawaannya.
Kalanva dan Joana membungkuk sebentar, kemudian mereka tersenyum tipis.
"Pertemuan kemarin, sudah paham?"
Demi apapun Kansa bahkan tidak begitu peduli dengan pertemuan kemarin. Perempuan itu banyak melupakan apa yang sudah terjadi di hari itu. Sehingga otaknya butuh lagi penjelasan-penjelasan soal apa yang terjadi. Yang lain demikian, tak ada yang menjawab. Seolah untuk hari ini, biar saja Algazel yang bersuara.
"Bodoh."
Biru mengepalkan tangannya ketika tawa meremehkan dari pria tua itu mengudara.
"PR kalian banyak. Dan hari ini, petinggi meminta seluruh unit untuk membuat sesuatu yang sangat menarik. Sesuatu yang nantinya akan menyelamatkan ribuan orang di luaran sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSKARA
Teen FictionAlskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan Ia sudah menjadi sosok Ayah di umurnya yang baru menginjak angka ke delapan belas tahun. # 2 - tee...