BRAK!
Pintu perpus didobrak kasar dari luar. Pelakunya Alskara.
Perpus di gedung paling ujung ini jarang penghuni. Biasanya anak-anak Clopatha memakai perpus gedung satu, dua, tiga, empat. Makanya perpus satu ini terlihat usang dan sedikit berdebu. Tapi berhubung dua tahun ke belakang ruangan ini menjadi tempat Gal ketika orangtuanya belajar, Kansa lumayan sering membersihkan perpus usang ini. Demi kenyamanan Gal, dan kesehatan bocah itu juga.
Alskara mengerutkan dahinya bingung, tak ada siapapun di dalam sini. Harusnya istri dan anaknya berada di ruangan ini. Ruangan yang dua tahun kebelakangan jadi saksi bisu dirinya telah menjadi seorang ayah.
Pojok.
Intuisinya bilang di sana. Cowok itu kemudian berjalan ke rak besar di paling pojok. Dibalik rak besar itu, ada dua orang yang sekarang adalah keluarganya. Keluarga kecilnya. Cowok berseragam acak-acakan itu mendengus, keduanya sama-sama tertidur pulas.
"Bangun!" Intonasinya datar, tapi lumayan tinggi.
"Bocah, bangun lo!"
Merasa diabaikan, tangan Alskara mengambil alih Gal ke gendongannya. Hal itu tidak membuat Gal membuka mata, bocah laki-laki itu malah mencari posisi nyaman di gendongan ayahnya. Untungnya Alskara sedang malas mendebat anaknya, jadilah dia membiarkan Gal tidur tenang di gendongannya.
Kansa sendiri baru bangun saat Alskara mengambil alih Gal dari gendongannya. Gadis itu mengucek matanya, kebiasaan bangun tidur. Dua tahun menikah, belum membuat Kansa berani pada sosok Alskara yang sifatnya labil. Hingga sekarang, dia menelan ludah.
"Udah waktu pulang, ya?"
"Menurut lo?" sinis Alskara.
"Cuma nanya doang," lirih Kansa, nyaris tidak terdengar.
"Lo punya hp di gunain buat apa aja, sih?! Gue telponin juga!" Jeda, "gak usah di silent segala tuh hp!"
Selalu begini, Alskara hobi sekali marah-marah.
"Iya maaf."
Kansa sedikit trauma karena tragedi kecil di kelasnya tadi. Lagian, Kansa pikir dia tidak akan kebablasan tidur sampai jam setengah lima hingga dia lupa mengabari Alskara. Perempuan itu sudah sangat muak dengan belajar. Kelasnya benar-benar seringkali membuatnya merasa sendirian. Juga ini bukan pertama kalinya Kansa membolos, hanya dia satu-satunya anak IPA1 yang sering bolos.
Dulu ada Biru, anak IPA1 juga, salah satu personil Gardixen, kelakuannya berkali lipat lebih parah dari apa yang Kansa lakukan sekarang. Tapi sayang, cowok itu di blacklist dan dipindahkan ke kelas IPA2.
"Kalo gue gak inisiatif jemput lo kesini, abis lo ke kunci sampe besok!"
Kansa diam.
Sebelum-sebelumnya, mana pernah Alskara mau repot kesini hanya untuk menjemputnya. Yang mengasuh Gal pun, selalu teman-temannya. Alskara hanya akan mengurusi Gal pada malam hari, biasanya cowok itu selalu membawa Gal ke tongkrongan. Setelah jam sebelas malam, Gal kembali lagi pada Kansa. Perempuan itu nyaris hanya tidur lima jam setiap malam.
"Gal masih tidur?" Kansa mengalihkan topik.
"Iyalah! Udah ngoceh panjang dia kalo gak tidur," dengusnya.
"Kamu kenapa sih?" Kansa sebal sendiri, Alskara benar-benar mirip ibu-ibu pedagang pasar yang sirik, "dari tadi sensi banget perasaan."
"Sebel gue sama lo, ayo pulang."
Alskara berjalan terlebih dahulu, Gal masih anteng di gendongannya, sama sekali tak berniat untuk membuka mata. Padahal kalo tahu ada ayahnya, anak itu pasti akan terlihat sangat exited.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSKARA
Teen FictionAlskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan Ia sudah menjadi sosok Ayah di umurnya yang baru menginjak angka ke delapan belas tahun. # 2 - tee...