41

2.5K 281 117
                                    


Komen sebanyak-banyaknya!! & jangan lupa vote.

Happy reading!

"BERISIK!!"

Siera tersentak. Wanita yang sudah menginjak kepala empat itu menutup kedua telinganya erat-erat, takut teriakan tadi kembali masuk ke alat pendengarannya. Belum genap dua hari, tapi wanita itu sangat kentara sekali tidak nyaman. Semua orang akan menilai seperti itu hanya dengan melihat wajahnya yang selalu penuh ketakutan mendalam terhadap tahanan perempuan yang lain.

Selalu saja ia mendapat perlakuan yang buruk. Dan aparat membiarkannya begitu saja tanpa ada sebuah pembelaan, sedikitpun.

"Tantrum tuh orang, palingan belum biasa tanpa obat-obatan!"

Siera sudah tidak peduli dibicarakan seperti itu. Ia semakin mendekatkan tubuhnya ke tembok, menjauh dari tahanan yang lain. Hanya dua anaknya yang ia inginkan saat ini.

"Nak.. ke sini, temuin Nda.." gumamnya parau.

Suaranya tak terdengar siapapun, namun gerakan mulutnya mampu membuat seseorang di seberang sel tahanan, kelihatan ikut bersedih. Pemuda itu menatap kosong ke depan.

"Bunda di sana aja gak papa, soalnya kalo bunda bebas.. Zio suka sakit hati lihat perlakuan bunda ke adik."

°°

Kansa mencoba melupakan terror pagi tadi, dengan pergi ke taman. Dulu, Marsya dan Gal sering di sini bersama bundanya. Kali ini Marsya tak datang bersama Gal dan bunda Siera, melainkan bersama dirinya, sad girl yang kelanjutannya masih mengambang.

Ngomong-ngomong, besok Gal ulang tahun yang ke tiga. Sebagai Ibu, ia ingin sekali ada di masa-masa itu, masa di mana putra kecilnya bertambah usia dan beranjak dewasa. Kira-kira anak itu merindukannya, kah?

Perempuan itu meremas ponselnya erat. Berkali-kali ia membuka aplikasi whattsap, berharap ada pesan balasan masuk dari sang suami. Kansa tak akan lelah menunggu jawaban, guru agamanya pernah bilang, bila sudah menikah.. pertahankan pernikahannya, jangan sampai berpisah karena sesuatu yang tak seharusnya. Di sisi lain, Kansa tidak percaya diri. Mungkin Ia menginginkan rumah tangganya berlanjut, tapi suaminya? Alskara adalah sosok keras yang memegang prinsip kuat. Mau sedekat apapun Kansa dengan cowok itu, seandainya ia berbuat hal yang melanggar prinsipnya, maka saat itu juga Kansa tidak akan aman.

Tunggu.

Perempuan itu terbelalak mengingat sesuatu.

Apa terror tadi dari suaminya?

"YAYYYY!!!"

Pikiran Kansa buyar, teralihkan oleh suara Marsya yang berteriak senang.

Di sana, tak jauh darinya, bocah itu diberi sesuatu oleh seseorang—oh.. boneka, boneka minion kecil. Ia berniat menghampiri. Selain takut Marsya dibawa orang asing itu, Kansa juga merasa familiar dengan perawakannya.

Saat semakin dekat, perempuan itu tiba-tiba berhenti melangkah. Ada sesuatu yang membuatnya memutar otak, menyuruh seluruh sel syarafnya untuk menghasilkan dan menguatkan memori-memorinya yang seolah hilang setelah kejadian kemarin. Konyol memang.

"L-loh!" Ia menepuk dahinya sedikit keras, "mati aku! Anak Clopatha lagi, sore-sore gini ngapain berkeliaran coba? Bukannya pulang, mandi, makan, belajar. Ada-ada aja!!" gemasnya.

"Samperin gak, ya?"

Ini Marsya. Walaupun bukan bagian dari keluarga kecilnya, tetap saja.. Kansa menyayanginya. Bocah itu berguna untuk meminimalisir rasa takutnya di rumah bunda. Sebenarnya Kansa ini tipikal orang yang penakut. Takut sendirian, apalagi malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALSKARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang