21

8.4K 223 18
                                    

"Selesai juga."

Demi apapun Kansa merasakan kepalanya berdenyut-denyut sekarang. Denyutannya persis seperti squishy bentuk bulat yang sering dia tekan-tekan berulang. Hampir meledak iniii.

Antara muak dan bosan, keduanya sama-sama membuatnya lelah. Apalagi setelah ini mereka belum bisa pulang, mereka mesti ikut pertemuan unit dengan pembimbing.

"Telponn ajaa," rengek Kansa.

Alskara mendengus. Dia mendekat pada Kansa, memutar kepala cewek itu sembilan puluh derajat ke belakang.

"Baca."

"Kawasan haram hp."

"HAH?! APA-APAAN?!"

"Berisik!"

Kansa menyipitkan mata malas, dengan kemalasan yang sudah menggunung di jiwanya, dia membaca peringatan yang Alskara maksud.

No active ponsel!

"Sekalian aja gak usah bawa hp," gumam Kansa.

Alskara melirik secarik kertas yang sempat di berikan Biru tadi, cowok itu melihat-lihat lokasi sekelilingnya—yang masih berada di pertengahan lorong menuju laboratorium unitnya. Perkiraan sampai ke tujuan, dia memilih lurus mengikuti lorong.

Kansa tak banyak mengeluh lagi, mau tak mau memang dia harus mengikuti langkah suaminya. Gadis itu berjalan murung. Entah makanan apa yang sedang di makan anaknya sekarang. Kansa merindukan putranya, sedikit menyesal lebih memilih masuk HSSHq tanpa mengajak Gal.

Menyadari Kansa lumayan tertinggal jauh di belakang, Alskara menoleh malas, "jalannya cepet, mau pulang, kan?!"

Sentakan itu dibalas helaan napas malas dari Kansa, cewek itu mempercepat langkah, mensejajarkannya dengan Alskara.

"Ska, Gal lagi ngapain, ya?"

"Mana gue tahu." Alskara fokus berjalan, sesekali melihat secarik kertas di tangannya sebagai acuan jalan.

Kansa mencebikkan bibirnya masam. Gimana, sih? Kansa belum pernah bilang kalo dia lelah, pada keadaan. Tapi di setiap waktu, selalu ada tujuan yang mendadak menyadarkannya bahwa dia harus bertahan.

Memang terkesan lebay.

Tapi memang hubungan rumah tangga bukanlah mainan yang bisa kita akhiri begitu saja. Kapal keluarga kecilnya tak bisa dia berhentikan tanpa alasan yang kuat. Kalo hanya perkara kata lelah, manusia lain juga merasakannya. Kansa tahu soal itu.

"Skara kamu sayang gak sih sama aku, sama Gal?"

Kansa menggigit bibir bawahnya, keceplosan. Jantungnya berdetak dua kali lipat, sungguh, itu di luar kendalinya. Kansa mana tahu mulutnya akan mengeluarkan kalimat itu.

Meskipun sangat lirih..

Tapi berhasil membuat langkah Alskara berhenti.

Entah jawaban apa yang akan Kansa dapatkan. Tetapi dia berharap, kali ini tidak mengecewakan, seperti respon-respon sebelumnya, seperti sebelum Alskara mencium bibirnya tempo lalu. Apa saja, tapi jangan mengecewakan.

"Lo pikir buat apa selama ini gue bertahan sama kalian?"

Bukannya itu tidak mengecewakan?

Seiring dengan langkah Alskara yang kembali meninggalkan suara, jantung Kansa seolah dibuat berhenti sesaat. Itu bukan sebuah pernyataan manis, bukan sebuah gombalan laki-laki pada umumnya yang seringkali memabukkan.

Tuhan biarkan perasaan ini lebih lama lagi..

.

"Buset si pasutri ngapain dulu, ya?" oceh Rangga sebal. Wajahnya lempeng kepalang malas. Masalahnya ini sudah jam-jam rawan alias tak sesuai agenda seharusnya.

ALSKARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang