36

6.8K 226 97
                                    

Hari ini, Clopatha high school kembali lagi. Kekacauan dua hari lalu masih dianggap misteri yang sama sekali sulit terpecahkan. Pihak sekolah juga sudah menyuruh seluruh siswa-siswi untuk tak lagi membahasnya, agar kegiatan belajar mengajar tetap efektif dan tidak mengganggu pikiran.

Lebih dari itu, Kansa pikir.. kepsek, kesiswaan, dan staff-staff tata usaha masih diam-diam bergerak mencari tahu soal ini. Atau bahkan sebenarnya pelaku sudah diketahui, tetapi karena kekuasaan pelaku berkali-kali lipat lebih besar dari kepsek bahkan direktur, mungkin mereka memutuskan untuk berani membohongi seluruh pihak.

Itu hanya contoh beberapa estimasi Kansa saja.

Ngomong-ngomong, sejak masuk gerbang tadi, seluruh siswa-siswi begitu fokus menatapnya. Walaupun samar-samar, Kansa bisa mendengar namanya yang tengah menjadi bahan pembicaraan. Tapi itu hanya kedengaran samar-samar dan tidak jelas. Memangnya apa yang telah ia perbuat sampai-sampai mengundang banyak macam tatapan seperti ini?

Sungguh, ini pertama kalinya. Rembulan Kansa tidak pernah menjadi pusat perhatian banyak orang. Sampai ketika seorang perempuan menyenggol bahunya dengan kasar, Kansa sadar betul.. ada sesuatu. Ia menelan ludah, kepalanya menunduk kaku. Perasaannya kian makin berantakan, akhirnya Kansa memilih berjalan cepat agar segera sampai ke kelasnya.

"Kansaaa!!" bisik Joana.

Sebelum melewati lorong kelas duabelas, Kansa ditarik Joana ke bawah tangga. Posisinya lumayan tersembunyi dari orang-orang. Tapi ia ragu.. apakah aksi Joana ini diperhatikan, atau tidak? Dan opsi pertama mungkin cukup menjawab pikiran Kansa sekarang, lagipula jelas-jelas ia tengah menjadi bahan perbincangan. Otomatis setiap gerakannya akan menjadi tontonan bagi seluruh siswa-siswi Clopatha.

Kansa tidak mau tahu itu dulu. Ia hanya menginginkan sebuah alasan pasti yang menyebabkan keadaannya seperti ini.

"Jo—"

"Sttt!!"

"Ini lo, kan?!" bisik Joana. Wajahnya kelihatan lebih serius dari biasanya.

Kansa secara refleks langsung menggigit bibir bawahnya panik. Kenapa fotonya dengan Alskara saat tengah makan siang disebuah restoran kemarin tersebar? Tidak, tidak. Maksudnya siapa orang yang sudah menyebarkannya? Dan.. oh—mungkin ini yang menjadi alasan tatapan-tatapan seluruh siswa tadi. Sial!

Endingnya cuma ada dua.

Antara Alskara yang akan mengakuinya di depan umum, atau semua ini akan menjadi the problem is alone, tanpa kejelasan yang pasti. Bisa-bisa hidupnya tak akan tenang lagi.

"Itu emang aku, tapi.. tapi kenapa bisa kesebar gitu di twitter? Jooo, gimana?" Wajah Kansa kentara sekali tengah khawatir. Sebenarnya ia sedikit lega, tak ada tanda-tanda keberadaan Gal di caption postingannya. Tapi tetap saja, itu tak mengubah bencana besar untuknya.

Joana berdehem pelan, gadis itu membuang napas. "Lo tenang, oke? Pokoknya lo harus terbiasa. Soalnya gue yakin, masalah foto ini bakal makin-makin panjang. Lo tahu kan seberapa banyak cewek-cewek yang fanatik sama Al? Belum lagi status lo sebagai murid IPA 1, gue yakin, setelah ini pasti bakal ada revolusi besar-besaran."

Jeda.

"Kita di sini dulu sampe bel masuk, seenggaknya murid-murid yang masih pada di luar gak bakal banyak," kata Joana. Gadis itu begitu fokus memantau anak-anak Clopatha yang berlalu lalang.

"Jo, tapi tetep ajaaa, mau aku ngehindar sekalipun, ujung-ujungnya pasti bakal kena juga. Terus nanti gimana respon anak-anak IPA1 yang lain?!" bibir Kansa melengkung ke bawah, matanya berkaca-kaca, ia mendesah frustasi.

ALSKARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang