~End~ Jatuh cinta dengan pohon teknologi [Tiga Kerajaan]

Bab 202 Pisau Ganas

Berbeda dengan "Perpustakaan Besar" yang dibuka untuk umum, "Tibet" ini kosong dan suram.  Dinding menara melingkar adalah rak buku berukuran besar, dengan kotak arsip padat yang terkunci di setiap kisi.  Tangga spiral berputar di sepanjang dinding ke puncak menara, tempat jendela atap bersinar.

Udara di sekitarnya kering dan dingin, tapi itu tidak seberapa dibandingkan dengan perasaan tertekan yang samar-samar datang dari kegelapan.

“Whoosh!” Tiba-tiba, sesuatu terbang dengan cepat dan memaku kaki Zhuge Liang.  Zhuge Liang secara refleks terhuyung.  “Bang!” Benda itu tidak bisa dipaku ke tanah yang terbuat dari batu keras, dan benda itu jatuh ke tanah setelah mempertahankan tampilan diagonalnya selama dua detik.  Baru kemudian Zhuge Liang melihat dengan jelas bahwa itu adalah pena keras yang terbuat dari tembaga. Ujung pena membuat lubang dangkal di lantai batu. Di depan dan di belakang lubang dangkal itu ada seekor jangkrik yang telah remuk di pinggangnya.

“Hei – tenang, ada anak-anak di sini!” Zhao Qi berkata dengan keras, dan kemudian melemparkan kotak bambu berisi dokumen-dokumen itu ke meja tembaga.

"Tidak ada makhluk hidup yang tersisa di rumah ini," jawab seseorang di balik meja tembaga, "apalagi kutu kertas."

Zhuge Liang berkedip keras untuk beradaptasi dengan cahaya redup di dalam gua, dan kemudian dia bisa melihat orang di belakang meja kasir dengan jelas.  Ini adalah pria yang hampir halus, terlihat sedikit pucat karena sudah lama tidak melihat matahari, namun dia bisa menyatu dengan bayangan, seperti hantu gelap, yang sungguh aneh.

Zhao Qi menoleh ke arah Ah Sheng dan melihat bahwa dia tidak memiliki ekspresi lebih lanjut, jadi dia terus bernegosiasi dengan orang tersebut: "Ajukan. Kasus Cao Anmin."

"Petugas arsip" mengeluarkan daftar kosong dan segel dari laci dan mendorongnya bersama dengan pena dan tinta.  "Anda hanya dapat mengisi yang dari departemen inspeksi. Master akan melakukan sisanya untuk Anda. " Setelah mengatakan itu, dia duduk kembali di belakang meja tembaga besar.

Selain beberapa alat tulis yang diperlukan, ada banyak batu segel di konter.  Pria itu dengan santai mengambil sepotong batu giok Laizhou kuning dan hijau, jari-jarinya yang memegang pena tembaga bergerak dengan gesit, dan serpihan batu itu jatuh.  Dalam sekejap mata, batu itu berbentuk segel.Ada sebuah kancing di bagian atas segel itu, yang samar-samar terlihat seperti burung.  Jika Anda tidak melihatnya dengan mata kepala sendiri, akan sulit membayangkan seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan rumit seperti itu dalam kegelapan.

Saat Ah Sheng dan Zhao Qi telah mengisi semua formulir, pria itu baru saja selesai mengukir segel safir kecil.

“Kasus Cao Anmin, sembilan puluh tiga berkas, total 441 halaman. Apakah kamu yakin?" Pria yang dicurigai sebagai administrator itu menghitung dokumen-dokumen di dalam kotak bambu dan stempel di beberapa halaman.

"Mengonfirmasi."

Dalam waktu kurang dari secangkir teh, "administrator" selesai menghitung semua kertas. Dia mengambil sebuah kotak besi, mengunci semua dokumen pada kasus Cao Anmin di depannya, membubuhkan segel, memasukkannya ke dalam mesin di belakangnya, dan saklar yang ditekan.  Roda gigi tersebut menggerakkan mekanisme dan mendorong kotak besi baru ke ruang kosong di dinding.  Dua gerbang besi kecil runtuh, menutup seluruh kompartemen penyimpanan.  Hanya tersisa angka "Jiachen Wu Er" di gerbang besi kecil, memantulkan kilau logam dalam cahaya jernih yang jatuh dari puncak menara.

Seluruh prosesnya mulus dan mulus, penuh keindahan mekanis yang ketat.

Ketika Zhuge Liang mengalihkan pandangannya dari gerbang besi, "administrator" sudah duduk kembali di belakang meja tembaga besar, menyilangkan kaki, dan menimbang batu segel kedua di tangannya.  Kali ini berupa batu putih panjang seperti jeli susu, lebih pendek dan lebih gemuk dari segel kecil sebelumnya.  "Beri aku waktu sebentar," katanya.