28. Keputusan yang tepat

33 18 0
                                    


Aku menepati janji, akan menamatkan cerita ini kan, jadi hari ini akan selesai. Tinggal 2 part lagi 🤍🤗

Warning ⚠️ : Jangan Plagiat, jangan lupa untuk vote dan komen


Lengkara pulang dengan keadaan lusuh, kotor dan sangat bau, saat perjalanan pulang Lengkara di tatap sinis oleh banyak orang, karena dirinya yang sudah kotor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lengkara pulang dengan keadaan lusuh, kotor dan sangat bau, saat perjalanan pulang Lengkara di tatap sinis oleh banyak orang, karena dirinya yang sudah kotor.

Dia tidak langsung pergi ke rumah sakit, dia harus membersihkan dirinya terlebih dahulu takut Ayah nya khawatir dengan keadaannya jika datang dengan tubuh yang penuh luka, kotor.

Lengkara terdiam, menyerna kejadian yang menimpanya. Demi tuhan bukan dia yang melakukannya, tetapi kenapa semua orang menyalahkan nya?

Bahkan untuk menyelakai seseorang aja dirinya tidak berani, apalagi membunuh sahabatnya sendiri.

Saat di ruangan kepala sekolah Lengkara sudah bersujud bahkan mencium kaki Hermes, untuk di Maafkan. Tetapi hermes enggan untuk memaafkannya.

Lengkara menangis, bahkan perkataan semua orang bersarang di pikirannya.

“ Sakit... Bukan aku Pembunuh nya! ” Teriak Lengkara sambil memukul kepalanya.

“ kalian semua jahat... Ayah mereka jahat... ” Tangis Lengkara.

•••

Lengkara mengunjungi tempat rawat Zahra, di sana terdapat Hermes yang sedang mondar mandir menunggu dokter keluar dari ruang ICU bersama Andin, mama tercintanya.

Sekarang posisi Lengkara mengintip dari sisi tembok, dia melihat dokter itu keluar dengan tatapan yang sulit di artikan.

“ Dok, bagaimana keadaan putri saya?” Cemas Hermes.

Dokter itu menghela nafas, “ Operasi berjalan lancar, namun ada kerusakan di mata anak bapak yang terkenal batu, dan itu menjadi kebutaan bagi anak bapak. Akibat benturan yang keras anak bapak mengalami koma bahkan 40% amesia sementara. ” Jelas dokter.

Tubuh Hermes menyeluruh ke lantai, dia tidak kuat mendengar kabar ini. Bagaimana reaksi Zahra ketika buta?

Andin membantu Hermes untuk bangun, “ Dok apakah ada cara lain untuk mengembalikan penglihatan anak saya? Saya akan membayar berapapun, asalkan anak saya bisa melihat. ”

“ Ada, Dengan cara seseorang mendonorkan matanya. ” Jelas dokter itu.

•••

Di sisi lain, Lengkara di gemparkan dengan berita bahwa ayahnya sedang di bawa ke ruang ICU, sungguh begitu berat hidup Lengkara.

Malaikat nya, pahlawan nya sedang berjuang di dalam sana. Bahkan dia rela menukar nyawanya demi keselamatan ayahnya.

Lengkara menangis sambil menunduk. Dia menunggu keajaiban Tuhan. Semoga saja ayahnya baik - baik saja.

Dokter pun keluar dari ruang ICU dengan tatapan penuh misteri.

“ Dok gimana keadaan ayah saya? ” Tanya Lengkara.

Dokter itu memengang pundak Lengkara dengan tatapan sedih, “ Nak, Jantung ayahmu sudah kritis. Ayahmu harus mendapatkan jantung yang sehat, agar dia bisa di selamatkan. Ayah kamu berpesan jika dia sudah tidak tertolong, kamu harus menjadi wanita yang tangguh. ” Ucap dokter itu sambil meneteskan air mata. Pasiennya yang satu ini sungguh mengambil sisi hatinya.

Lengkara tau cara agar Ayah nya selamat, “ Dok tolong selamatkan Ayah saya. Saya sudah menemukan jantung yang tepat untuk ayah saya. ”

“ Mencari donor jantung tidak mudah Nak. ”

“ Saya dok, jantung saya yang akan saya berikan untuk ayah saya. Tolong dok, sekali ini saja kabulkan permintaan saya. Saya cuman ingin ayah saya sembuh. ” Jawab Lengkara.

Dokter itu menangis, sungguh pengorbanan seorang anak untuk orang tuanya sangat menyanyat hatinya. “ Kamu tau resikonya? Kamu akan meninggal Lengkara. ” Jawab dokter itu dengan putus asa.

Lengkara mengangguk dan tersenyum, “ Ngak papa dok, saya ikhlas. Hidup saya di dunia tidak di inginkan oleh siapapun kecuali Ayah saya. Bahkan semua orang menyuruh saya untuk tiada, begitu indah kan permintaan mereka?. ”

Dokter itu sudah tidak mampu menahan air matanya.

“ Hari ini saya di tuduh membunuh sahabat saya dok, sahabat saya kritis dan mengalami kebutaan dan segera membutuhkan donor mata, sedangkan ayah saya membutuhkan donor jantung. Maka dari itu saya akan mendonorkan jantung dan mata saya, mereka sangat berarti di hidup saya dok. Mereka pantas untuk hidup dengan bahagia. Dengan hal ini, pasti mama saya akan senang jika saya sudah tiada. ” Lanjut Lengkara.

“ Nak.... Kamu manusia yang sangat baik, Allah pasti akan membahagiakan mu di surga nanti. Saya tau beban yang kamu tanggung, tapi jangan seperti ini. Kamu yakin?” Tanyanya ragu - ragu.

Lengkara mengangguk yakin, “ Permintaan lengkara hanya dua dok, berikan jantung dan mata ini untuk mereka, dan satukan kami di ruang operasi yang sama. ”

— TBC

Jujur, author nangis waktu ngetik ini, bahkan ga tega sama Lengkara, kenapa author sejahat itu ya?...

Mau di lanjut, 2 part lagi akan tamat. Dah author akan menamatkan cerita ini di malam yang begitu indah.

Ig: @/fr.amorr

Bintang untuk Ayah [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang