12 | Mabuk

1.6K 192 32
                                    

"Cheers!!"

"Aakkhh ...." Kaiya meringis sembari berdesis begitu wine berjenis Muscato masuk ke tenggorokannya. Rasanya manis, tapi sensasi menyengat dari alkohol tetap saja masih terasa.

Kaiya saat ini sedang berada di sebuah hotel yang berada di Semarang untuk mengikuti acara after party yang diadakan oleh GAKT dan para staf-nya. Konser mereka berlangsung sukses. Oleh karena itu, mereka merasa berhak bersenang-senang malam ini.

"Gue udah bilang kan, Kay ...." Luna yang duduk di samping Kaiya bersuara. "Brave your heart. Tapi, lo malah kejebak juga sama Aiden."

"Kejebak gimana?"

"Ya, kejebak sama pesonanya Aiden, hahaha. Tapi, gue udah expect sih kalau lo tu spesial buat Aiden. Soalnya, dia tumbenan banget bawa "temen" ke backstage." Luna membuat tanda kutip dengan tangannya saat menyebut kata 'temen'.

"Gue juga nggak expect, sih," jawab Kaiya dengan senyum tipis terulas di bibirnya. Dia lalu menyesap wine-nya lagi, dan kembali meringis ketika cairan tersebut membasahi tenggorokannya.

"Aiden ke mana, Kay?" tanya Kavin yang duduk di seberang Kaiya.

"Terima telepon tadi," jawab Kaiya sembari menunjuk ke arah pintu, arah Aiden keluar saat menerima panggilan telepon tadi.

"Siapa yang nelpon? Pake keluar segala. Mana lama banget."

Kaiya mengangkat pundaknya, tanda tak tahu-menahu soal itu.

"Lo besok masih di sini, Kay?" tanya Tierra.

Anggukan kepala menjadi jawaban Kaiya. "Mau diajak ke mana dulu gitu katanya. Nggak tau ke mana."

"Paling makan soto favoritnya dia," celetuk Gamma setelah meneguk minumannya. "Tu anak hobi banget makan soto. Heran gue."

"Sakaw kayaknya dia kalau ke Semarang tapi nggak makan soto," imbuh Kavin.

"Di resto gue juga selalu pesennya soto," sahut Kaiya sambil tergelak pelan.

"Nah, kan! Tu orang jampi-jampinya soto kali, ya!" Gamma membalas. "Apa gue kudu makan soto terus biar bisa ganteng kayak dia?"

"Tolol!" Kavin mengeplak kepala Gamma yang ada di sampingnya.

"Iihh, jangan pukul-pukul kepala cowok gue!" protes Luna yang langsung memeluk kepala Gamma dan mengelus-elusnya penuh sayang. "Kamu udah ganteng, Babe. Nggak perlu makan soto kayak Aiden."

"Najis, Lun! Najis!" seru Tierra dan Kavin bersamaan, sementara Kaiya tertawa terpingkal-pingkal melihat kelakuan teman-teman Aiden.

"Apa, sih? Kayaknya seru banget ketawanya?" Suara Aiden yang baru saja datang mengundang atensi semua orang yang ada di sana. Pria itu agak membanting tubuhnya pada sofa, bersebelahan dengan pacarnya, Kaiya.

"Lagi ngomongin lo, makanya seru," jawab Kavin dengan nada mengejek. "Lo habis ditelpon siapa, sih? Lama banget. Ceweknya lagi di sini, malah ditinggal telpon lama banget."

"Kok, kepo sih? Cemburu lo?" balas Aiden dengan nada tak kalah menggoda.

"Tolong, ya, hormon gay lo jangan dibawa-bawa ke sini. Kasian Kaiya," sahut Gamma yang sengaja menyulut api keributan.

Kaiya menoleh pada Aiden untuk mencari penjelasan.

Aiden pun mendengkus geli seraya mengacak puncak kepala sang gadis. "Kamu percaya sama kata-kata mereka? Mulut kayak sampah semua gitu," ucap Aiden sambil tertawa, yang disusul oleh teman-temannya.

"Aman, Kay, lo tenang aja." Gamma kembali bersahut. "Dia digosipin gay karena nggak pernah keliatan berinteraksi sama cewek doang. Tapi, dia normal kok. Soalnya, dia nggak pernah grepe-grepein gue. Nggak tau sih tapi kalau sama yang lain."

Us, Then? ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang