52 | Overthinking is Your Mid Name

1.4K 147 24
                                    

Valerie menyodorkan map yang dititipkan Kaiya pada Aiden. Bibir menukik ke bawah dan matanya menyorot sendu. "Mas, ini beneran? Mas Aiden sama Mbak Kaiya mau ...."

Aiden tersenyum tipis. "Doain yang terbaik ya, Val. Jagain Kaiya selalu."

"Itu pasti, Mas. Tapi, kenapa mesti cerai, sih?"

"Ada banyak hal yang nggak bisa kami selesaikan, Val. Ini mungkin jalan terbaik buat kami. Terus aku mohon, jangan bilang sama orang-orang dulu sampai semuanya resmi, ya."

Valerie mengangguk mengiakan. "Aku nggak rela, deh, Mas."

Aku juga, Val. Aiden menepuk lengan Valerie dua kali. "Yaudah, aku duluan, ya."

"Eh, sebentar, Mas. Ikut ke dapur bentar, yuk, Mas. Tadi Mbak Kaiya juga pesen makanan. Suruh anter anak-anak sebenernya, tapi karena Mas Aiden udah di sini dan mau ketemu Mbak Kaiya, Mas Aiden bawa sekalian, nggak apa-apa, kan?"

"Sure. Sini aku bawa sekalian."

Aiden kemudian mengikuti Valerie ke dapur Sendok Kayu, lalu membawa satu buah totebag berisi makanan yang dipesan Kaiya.

Setelahnya, Aiden menuju mobil dan bersiap pergi ke apartemen untuk menemui Kaiya. Rasanya excited karena sebentar lagi bisa bertemu dengan Kaiya. Tapi di saat yang sama, dia juga takut akan hasil pertemuan mereka nanti.

Semakin hari, Aiden semakin tidak siap dengan keputusan cerainya. Hatinya terasa sungguh terombang-ambing saat ini.

Sebelum menjalankan mobilnya, Aiden menoleh ke kursi samping, tempat ia meletakkan totebag dan berkas perceraiannya. Pria itu meraih map berlogo pengadilan agama itu, lalu mengambil berkas di dalamnya dengan tangan yang gemetaran.

Ketika menemukan kolom tanda tangan di bagian Kaiya masih kosong, napas Aiden seketika tertahan. Kecemasan langsung menyelimuti perasaannya.

Dengan keadaan kolom tersebut masih kosong, ada kemungkinan Kaiya akan menandatanganinya nanti saat mereka selesai ngobrol di apartemen. Membayangkannya, tubuh Aiden meremang. Sepertinya, dia tidak akan sanggup melihat Kaiya menandatangani berkas itu di depan matanya.

"Kenapa belum ditandatanganin sih, Yaaaa? Ditandatangan dulu, terus nanti baru ngobrol kamu maunya apa, bisa, kaaan? Kenapa aku harus lihat kamu tandatanganin iniiii???" geram Aiden kesal. Ingin rasanya merobek kertas itu dan membuangnya atau membakarnya sampai tak tersisa.

Suami dari Kaiya itu berdiam diri di dalam mobil selama beberapa saat untuk menenangkan dirinya sebelum pergi menemui sang istri. Dia merasa semakin tidak siap dengan semua yang akan terjadi begitu dia keluar dari apartemennya usai ngobrol dengan Kaiya nanti.

 Dia merasa semakin tidak siap dengan semua yang akan terjadi begitu dia keluar dari apartemennya usai ngobrol dengan Kaiya nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sudah hampir satu menit, Aiden berdiam diri di depan pintu unit apartemennya saat ini. Pria itu bimbang harus masuk dengan langsung memasukkan pin rumahnya, atau harus memencet bel dulu?

Us, Then? ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang