Untuk Aiden yang sangat mencintai kerapian dan kebersihan, keadaan kamarnya yang berantakan seperti kali ini mampu membuatnya pusing setengah mati.
Dia sejak tadi hanya duduk di pinggiran kasur dan mengamati Kaiya mondar-mandir. Istrinya itu berjalan dari walk-in closet dan kembali lagi ke kamar sambil membawa setumpuk baju, lalu diletakkan di samping koper berukuran jumbo.
Setelahnya, Kaiya akan melakukan hal yang sama, tapi dengan barang yang berbeda di tangannya. Begitu terus sampai empat atau lima kali repetisi, Aiden tidak menghitungnya.
"Mas, bantuin, yeee. Malah diem aja di situ. Ini baju-baju kamu, lho." Kaiya mulai mengomel karena tidak tahan melihat Aiden yang sejak tadi hanya diam saja di kamar.
"Aku pusing banget liat baju sebanyak itu berantakan, Ya. Pusing mikir gimana bawanya juga."
Kaiya terkekeh. "Emang sebelumnya nggak pernah pergi lama kayak gini?"
Aiden menggeleng. "Paling lama seminggu. GAKT konser ke luar negeri kan baru tahun ini, Ya."
"Tapi, kamu pernah liburan ke Eropa, kan. Masa baju yang kamu bawa nggak sebanyak ini?"
"Udah lama banget. Mama yang ngurus semuanya dulu. Aku tinggal narik koper doang."
"Ini juga aku yang ngurus, kan."
"Tapi, dulu aku nggak perlu liat Mama packing. Tau-tau udah beres."
Kaiya sontak mendongak, menatap tajam suaminya.
Aiden yang paham dengan tatapan itu pun seketika turun dari kasur dan mulai melipat baju-baju yang berserakan itu untuk dimasukkan ke koper. Dia tidak mau lagi terkena omelan panjang kali lebar dari ibu negara.
Pada H-3 keberangkatan Aiden ke Jepang hari ini, Kaiya mulai mengemasi baju-baju yang akan dibawa suaminya itu. Aiden akan pergi selama kurang lebih tiga minggu sehingga baju yang harus dibawa cukup banyak, ditambah saat ini di Jepang masih musim dingin. Oleh karena itu, Kaiya merasa sudah harus menyicil packing supaya tidak ada yang tertinggal nantinya.
"Yang, tanganku cuma 2, gimana caranya aku narik 3 koper?" protes Aiden saat Kaiya menyiapkan 3 koper besar. "Nggak usah banyak-banyak bawa bajunya. Aku bisa laundry di sana."
"Yakin sempet laundry? Kamu pindah-pindah ke empat kota, kan?"
"Iya, tapi laundry-nya kan kilat. Diambil pagi, sore pasti udah dianter lagi. Hotel di sini aja udah banyak yang nyediain express laundry, apalagi Jepang. No worries, Ya."
Kaiya tidak langsung menjawab. Dia tampak berpikir sebentar, kemudian mengangguk setuju. Dia pun lanjut menata baju yang sudah dilipat Aiden ke dalam kantong yang nantinya akan divakum supaya tidak terlalu makan tempat di dalam koper.
"Mas, habis beres ini, anter belanja, ya," pinta Kaiya, masih dengan kegiatannya.
"Nggak capek kamu?" jawab Aiden yang juga masih sibuk melipat baju-bajunya yang jumlahnya segambreng.
Kaiya menggeleng. "Bentar aja. Stok di kulkas udah banyak yang habis."
"Nggak usah banyak-banyak belanjanya. Aku kan nggak di rumah. Kamu juga bakal pergi nggak lama setelah aku. Sayang kalau busuk karena kelamaan disimpen."
"Oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
Us, Then? ✓ [Completed]
FanfictionApa yang akan kalian lakukan jika artis yang kalian suka tiba-tiba mengajak kalian pacaran, bahkan menikah? Hal itu dialami oleh Kaiya yang mengidolakan Aiden, yang kebetulan kakak kelasnya saat SMA dulu, dan pria itu tiba-tiba mendekatinya dan meng...