Aiden dan Kaiya sedang berada di sebuah mal di Jakarta. Aiden berniat untuk membeli ponsel baru dan memastikan datanya bisa diselamatkan atau tidak.
Keduanya memasuki gerai ponsel dari salah satu brand ternama di Indonesia dan langsung disambut ramah oleh satu pegawainya. Semua orang yang berada di gerai tersebut sontak memusatkan perhatian mereka pada sepasang suami istri itu. Meski sudah memakai masker dan penutup kepala, keberadaan mereka tetap menarik perhatian.
Keduanya dipersilakan duduk mengelilingi meja bulat di sudut ruangan, agak menjauh dari keramaian.
Aiden kemudian memberitahukan maksud kedatangannya ke pegawai yang menyambutnya tadi. Suami dari Kaiya itu mengatakan dan cukup yakin kalau data di ponsel lamanya sudah di-setting backup otomatis.
Sang pegawai meminta Aiden memasukkan akun backup ponsel lamanya di satu perangkat komputer yang tersedia di sana, lalu memeriksanya.
"Oh, ini setting-an-nya ..., backup otomatis dilakukan setiap satu minggu sekali, jadi data terakhir yang tersimpan di sini adalah data seminggu lalu," jelas sang pegawai.
Aiden manggut-manggut. "Oke, nggak masalah, Mas. Yang penting masih ada yang bisa diselamatkan. Seminggu lalu sih kayaknya nggak ada data yang penting banget."
"Baik, Kak. Ini nanti saya bantu restore ke handphone barunya."
Aiden mengangguk mengiakan. "Ini berarti handphone lama saya udah otomatis kekunci, kan, Mas? Saya mau make sure aja. Just in case, ada orang yang ngambil dan bisa benerin handphone saya lagi, semua data dan akun saya aman, kan? Walaupun saya yakin handphone itu udah hancur, sih."
"Aman kok, Kak. Kalau handphone-nya bisa dinyalakan kembali, dia harus login akun yang terdaftar di sana. Kalau nggak, ya nggak bisa masuk ke menu utama sama sekali. Harus reset ulang dan hanya bisa dilakukan di gerai resmi,"
Aiden sekali lagi mengangguk puas. "Canggih banget ya handphone sekarang." Pria itu menoleh pada Kaiya yang duduk di sampingnya dan sang istri hanya tersenyum tipis seraya mengangkat bahunya.
"Sekarang, Kak Aiden bisa pilih model handphone yang diinginkan." Sang pegawai menawarkan beberapa opsi model ponsel terbaru kepada Aiden, lengkap dengan penjelasan kekurangan dan kelebihan masing-masing ponsel.
Aiden memilih ponsel dengan model paling baru. Selain karena fiturnya yang menurut Aiden sudah memadai kebutuhannya, bentuknya juga elegan. "Kamu mau ganti handphone juga, Yang?"
"Hm?" Kaiya menoleh ke arah Aiden, lalu menggeleng. "Buat apa?"
"Ya, biar twinning sama aku."
Kaiya menggeleng lagi. "Enggak, deh. Handphone-ku masih bisa dipake."
Aiden menatap Kaiya dalam diam selama beberapa saat, lalu mengangguk dan menghadap ke depan lagi, menunggu ponsel barunya siap.
Semalam, Kaiya baru bisa berhenti menangis menjelang pukul satu malam dan langsung tidur setelahnya. Aiden terus menemaninya semalaman, tidak meninggalkan kamar sama sekali.
Aiden pikir Kaiya akan kembali menjadi Kaiya yang biasanya keesokan harinya, tapi ternyata tidak. Dia masih banyak diam, meskipun sudah bisa diajak berinteraksi. Tak jarang, Aiden menemukan Kaiya melamun dengan sorot mata kosong.
Begitu urusan ponselnya selesai, Aiden dan Kaiya keluar dari gerai ponsel tersebut. Mereka berjalan berdampingan dengan tangan Aiden yang tidak pernah melepaskan tangan sang istri sedikit pun.
"Kamu mau ke mana lagi, Ya?" tanya Aiden.
Kaiya menoleh sebentar dan menggeleng. "Nggak ada. Kan, aku cuma nganterin kamu beli handphone baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
Us, Then? ✓ [Completed]
Fiksi PenggemarApa yang akan kalian lakukan jika artis yang kalian suka tiba-tiba mengajak kalian pacaran, bahkan menikah? Hal itu dialami oleh Kaiya yang mengidolakan Aiden, yang kebetulan kakak kelasnya saat SMA dulu, dan pria itu tiba-tiba mendekatinya dan meng...