02 | VIP Room

2.3K 293 82
                                    

Para anggota GAKT meletakkan peralatan perang mereka ke tempatnya masing-masing setelah sesi latihan hari ini selesai. Keempat pria itu menuju tempat di mana tas mereka tergeletak dan mulai membereskan barang masing-masing, bersiap pulang.

"Gosip lo muncul lagi, Den," ujar Gamma yang baru saja mendudukkan dirinya di sofa sambil menggulir layar ponsel. Satu tangannya yang lain memainkan stik drum yang diputar-putar random.

"Halah, biarin aja," jawab Aiden cuek.

"Nggak mau klarifikasi? Udah terlalu sering muncul gosip soal lo."

"Nggak, lah. Ngapain? Repot banget."

"Cari cewek makanya. Biar nggak disangkain gay melulu."

"Entar, kalau udah ada yang sreg."

"Jangan-jangan, lo beneran gay? Jangan sampe ya, kita-kita ikutan digosipin jadi pasangan hombreng lo."

PLETAK!

"Aduh! Bangsat!" teriak Gamma yang baru saja dilempar pick gitar tepat di jidatnya.

"Diem makanya! Berisik banget." Aiden kembali fokus pada barang-barangnya.

"Aiden tu bukan gay, cuma gagal move on aja." Kali ini giliran Tierra yang berbicara. Dia juga sudah bergabung dengan Gamma di sofa.

"Nggak usah ikut-ikutan, Ter," sewot Aiden pada Tierra—yang biasa dipanggil Tera, sementara teman-temannya yang lain terkekeh geli.

"Gagal move on sama cewek yang nggak pernah jadi ceweknya pula," imbuh Gamma. "Lo terlalu mendalami cinta bertepuk sebelah tangan lo, Den. Makanya, nggak move on-move on. Cewek banyak di luar sono. Lo nunjuk doang, mereka pasti langsung menyerahkan diri. Sebadan-badannya juga diserahin, yakin deh."

"Tolol!" Kavin dan Tierra kompak mengumpati Gamma, yang berlanjut dengan tawa kencang dari ketiga pria itu.

Sementara Aiden hanya menghela napas lelah. Dia sedang tidak mood menanggapi keusilan teman-temannya. "Gue balik."

"Eh, Den, gue nebeng!" seru Kavin pada Aiden yang baru saja mencangklong tasnya. Dia juga sudah bersiap untuk pulang.

Aiden mengangguk. "Tapi, jemput Nyokap dulu, ya."

"Oh, kirain mau langsung balik. Nggak jadi, deh." Kavin menghentikan langkahnya, urung mengikuti Aiden yang sudah berada di depan pintu.

"Kenapa?"

"Nggak apa-apa. Nggak enak sama Nyokap lo."

"Dih, kayak sama siapa aja," cibir Aiden.

"Sama gue aja, Vin," sela Tierra.

"Lah? Muter dong lo?" jawab Kavin sambil menoleh pada Tierra.

"Nggak apa-apa. Lagi nggak pengin langsung balik rumah aja gue."

"Iya-in aja, Vin. Lagi galau anaknya. Siapa tau nanti di jalan dapet inspirasi lagu baru." Lagi-lagi, Gamma menyulut api peperangan.

"Bangke!" umpat Tierra sambil menoyor kepala Gamma. Dia kemudian berdiri dari sofa dan berjalan mensejajari Aiden.

Sedangkan yang ditoyor justru tertawa terpingkal-pingkal. "Punya temen kok nggak ada yang beres urusan percintaannya," ejek Gamma sambil berdiri dari kursi, mengikuti teman-temannya keluar studio.

"Biarin aja. Galaunya mereka jadi lagu bagus, Gam," sahut Kavin yang berada di sampingnya.

"Iya, juga, sih." Gamma mengangguk mengamini.

Aiden dan Tierra yang jadi objek gibah terus berjalan tanpa menghiraukan Kavin dan Gamma di belakang. Sudah sangat terbiasa dengan mulut rombeng Gamma Izzadin dan juga si kompor Kavindra Manaf.

Us, Then? ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang