11 | Izin

1.2K 210 61
                                    

Suasana makan pagi yang hangat dan akrab, serta dengan formasi anggota keluarga yang lengkap, menjadi suasana yang sangat dirindukan Kaiya sejak satu bulan terakhir ini. Seluruh anggota keluarganya sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing akhir-akhir ini hingga mereka tidak ada waktu untuk berkumpul, meski hanya untuk sekadar sarapan bersama.

Dan akhirnya, seluruh anggota keluarga Dharmawan berkumpul di ruang makan pagi ini. Mereka bersenda gurau, menceritakan apa saja yang terjadi selama sebulan terakhir, semuanya tampak normal, seperti keadaan sebelum-sebelumnya.

Namun, keseruan sarapan pagi itu tidak membuat Kaiya turut bergabung di sana. Gadis itu banyak diam saat ini. Dia hanya menatap omelet di depannya tanpa minat. Sesekali, ia menghirup napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan, seakan berusaha untuk menghilangkan sesak di dalam dadanya.

Pikirannya terlalu bising memikirkan banyak hal. Namun, tak ada satu pun yang tersampaikan sejak 30 menit dia dan keluarganya berkumpul di ruang makan keluarga Dharmawan ini. Padahal, rangkaian kalimat yang ingin ia sampaikan ke orang tua serta kakaknya sudah ia susun rapi sejak kemarin. Tapi, kali ini semuanya mendadak buyar serta ambyar.

Semua itu terjadi tidak lain dan tidak bukan akibat mulut lancang Aiden yang dengan kurang ajarnya mengatakan tentang status hubungan mereka berdua kepada Airlangga. Ditambah, ajakan Aiden ke Semarang yang lebih tepat disebut sebagai perintah sebab Kaiya merasa tidak pernah diajak berdiskusi apapun tentang hal ini. Kepala Kaiya jadi pusing lagi kalau mengingatnya.

Selain itu, hubungannya dengan Airlangga jadi merenggang sejak kejadian tersebut. Chef tampan itu tidak pernah menghubungi Kaiya lagi. Padahal, biasanya Airlangga rutin mengirim chat setidaknya ucapan selamat pagi padanya.

Aiden menyuruh Kaiya untuk tidak terlalu khawatir sebab Airlangga memang sedang sangat sibuk dan saat ini sedang berada di Thailand. Kakaknya itu juga tidak pernah menghubungi ke rumah sejak sampai di Thailand.

Kaiya semakin overthinking karenanya. Bisa saja kan Airlangga marah pada Aiden dan Kaiya sehingga pria itu ingin menyendiri di Thailand, tidak mau berinteraksi dengan siapa pun termasuk keluarganya. Ah, tapi Mas Angga kayak gitu cuma gara-gara masalah begitu? Mas Angga bukan anak SMA kali, Ya!

Kaiya tersentak ketika lengannya disenggol oleh Karel yang duduk di sampingnya. Gadis itu menoleh dengan tatapan bertanya.

"Kenapa?" tanya Karel.

Semua mata pun teralih pada Kaiya.

"Iya, dari tadi kamu diem aja, Ya? Kamu sakit?" tanya Nina.

Kaiya menggeleng. "Enggak, Bun."

"Nggak enak makanannya?"

Gelengan kepala diciptakan lagi oleh Kaiya. "Bukan, omelet doang di mana nggak enaknya, sih?"

"Terus kamu kenapa?" Sekarang giliran Karel lagi yang bertanya.

Kaiya menghirup napas dalam-dalam, kemudian menatap keluarganya satu per satu secara bergantian. Sekuat tenaga dia menenangkan detak jantungnya yang menggila hanya karena membayangkan reaksi keluarganya ketika ia bercerita tentang hubungannya dengan Aiden.

"Aya ...." Kaiya mulai membuka suara. Anggota keluarganya masih fokus pada gadis itu dalam diam. "Ada yang mau Aya ceritain."

"Apa?" tanya Yudi setelah menyesap kopi hitamnya.

Kaiya menipiskan bibirnya sembari mengeratkan genggaman pada pisau dan garpu di tangannya. "Aya pacaran sama Kak Aiden."

"Apa?"

"What?"

"Gimana?"

Respons yang berbeda-beda dari ketiga orang di sana, tapi maknanya sama. Mereka semua terkejut dengan pengakuan Kaiya.

Us, Then? ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang