25 | Konser

1K 151 38
                                    

"Dan, kau hanyalah—"

"No no no, nggak gitu, Den. Dan, kau~ hanyalah—"

"Dan, kau~ hanyalah—"

"F, Den. Lo kurang tinggi ambilnya. Dan, kau~"

"Dan, kau~ hanya—shit! Kenapa nggak bisa-bisa sih gue?!"

Aiden mengacak rambutnya kasar, kesal dengan dirinya sendiri yang selalu salah dalam menyanyikan salah satu lagu baru yang akan dinyanyikan saat konser nanti. Padahal, selama latihan sebelumnya, dia tidak pernah salah menyanyikannya, tapi kenapa sekarang dia jadi tidak bisa?

Yang lebih menjengkelkan lagi adalah lagu ini adalah lagu yang diciptakan oleh Aiden. Lirik dan aransemennya dibuat sendiri oleh Aiden.

Di sisi lain, Kavin terus menemaninya berlatih dengan sabar, meski Aiden tahu kalau temannya itu hanya sedang menahan diri saja supaya tidak meledak.

Konser akan dimulai kurang dari dua jam lagi, tapi Aiden tidak bisa berkonsentrasi dengan baik. Perasaannya selalu gusar dan tidak tenang. Keriuhan suasana ruang tunggu serta hingar bingar dari penggemarnya yang sudah berdatangan di luar sana, tidak bisa membuat Aiden menemukan kembali konsentrasinya.

"Udah, udah, Den." Gamma berucap sambil menyentuh pundak Aiden. "Lo mending istirahat dulu. Cari angin sana."

"Tapi, gue masih mesti latihan ini, Gam. Gue nggak boleh salah nyanyiin ini entar." Aiden tetep keukeuh ingin berlatih.

"It's okay, salah juga nggak apa-apa. Salah kan hal biasa kalau pas konser, asal jangan jadi kebiasaan."

"Tapi—"

"Lo keluar sono cari angin, biar agak adem otak lo. Lo paksain latihan juga percuma, pikiran lo nggak di sini. Lo nggak bisa konsentrasi."

Kavin menepuk lengan Aiden dua kali sambil mengangguk. "Gamma bener. Lo istirahat dulu. Jangan dipaksa."

"Nggak apa-apa, Den. Sana keluar dulu, regain your focus. Gue ngerti posisi lo sekarang karena gue pun ada di posisi yang sama dengan lo. Tapi, untuk beberapa jam ke depan, gue mohon lo bisa fokus dulu ke konser, jangan yang lain. Setelah itu, terserah lo mau ngapain," imbuh Tierra. "Kita bisa atur ulang jadwal kita setelah ini, kalau lo mau fokus sama kesembuhan Kaiya dulu."

Aiden mengusap wajahnya kasar, lalu mengangguk dan beranjak dari tempatnya. Dia menuruti saran teman-temannya untuk menghirup udara bebas dulu supaya pikirannya lebih tenang.

Dia keluar dari ruang tunggu dan naik ke bagian tribun yang berada di belakang panggung. Dari sana, dia bisa melihat situasi di mana para GAKTO sudah mulai memenuhi area penonton, padahal konser baru akan dimulai dua jam lagi.

Aiden mengambil rokok dari saku celana dan menyalakannya, lalu diisap dalam-dalam dan asapnya diembuskan ke atas. Dia melakukannya beberapa kali demi membuat perasaannya lebih tenang. Beberapa kali, dia menarik napas dalam-dalam untuk melegakan sesak di dadanya.

Namun, cara itu sepertinya tidak berhasil untuk saat ini. Dia masih belum bisa menghilangkan sesak di dalam dadanya. 

Sejak tahu Kaiya kecelakaan kemarin, perasaannya menjadi carut-marut. Dia khawatir, tapi juga kecewa. Dia ingin melupakan sejenak kejadian itu dan fokus pada konser serta kesembuhan Kaiya, toh istrinya tidak terluka terlalu parah. Tapi, Aiden tidak bisa. Ada perasaan aneh yang selalu muncul dalam dirinya.

Respons tubuhnya terhadap Kaiya akhir-akhir ini semakin tidak bisa dimengerti olehnya sendiri. Dia kesulitan mengontrol reaksi spontannya jika berkaitan dengan Kaiya. Otaknya seakan tidak bisa mengendalikan badan dan emosinya secara benar. Aneh.

Us, Then? ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang