9

1.3K 274 10
                                    

NOTE: EPISODE EKSTRA ALL OF THEM WANT TO KILL HER SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA! Maaf, ya, berbayar. :”) Tenang.... POV Sheila tetap akan saya tulis sampai tamat di sini kok, di Wattpad. Bagi yang penasaran dengan kisah lain dari dunia ini, silakan mampir ke KaryaKarsa. Hehehe. Love.

***

Uangku! Berengsek aku patah hati! Hatiku hancur berkeping-keping. Serpihan tajamnya menggores jemariku, membuatku merasa sakit. Bila tadi aku sempat merasa bersyukur karena berhasil melewati lubang jarum, sekarang aku BARU menyesali ketololanku yakni, membuang sekoper uang. Penyesalan, seperti kata Coelho, memang bisa membunuh. Sekarang sepertinya aku sekarat! Uang! UANGKUUUU!

[Tenangkan dirimu.]

Putih membawaku ke suatu taman yang pastinya aman dari keramaian. Dia memilih beristirahat di tanah, sementara aku rebahan di bangku kayu.

Iya, rebahan dan menangisi kerugianku.

[Kamu masih bisa mengumpulkan uang.]

“Nggak semudah itu!” erangku, kesal. “Kerja mengupas kentang pun nggak akan bisa mengembalikan sekoper uang senilai ratusan juta. Kamu tahu, ‘kan, artinya? Mengupas kentang selama sepuluh tahun tanpa istirahat!”

Sadar bahwa memakai topeng beruk tidak memudahkanku dalam menyelesaikan patah hati, aku pun menegakkan tubuh, duduk, dan menarik topeng. Udara dingin terasa menyejukkan. Keringat mulai surut dari kulitku, tapi bara emosi dalam dadaku masih berkobar.

Kubekukan topeng, menghancurkannya menjadi serpihan debu. Cara teraman merusak barang bukti selain menggunakan metode gunting sampai tidak berbentuk.

[Dia tidak menggunakan seluruh kemampuannya saat berhadapan denganmu.]

“Makasih informasinya, ya,” sambutku dengan tampang menyedihkan. “Kenapa dia mengincarku?”

Putih menjilat salah satu kaki depannya. [Mungkin dia ingin memastikan sesuatu?]

Aku mendengus. “Dia pasti berencana membunuhku. Berani taruhan, dia tidak peduli dengan pendapatku.”

[Manusia memang aneh. Kalian suka berperang melawan satu sama lain. Senang menghancurkan sesuatu dan mengatakan segalanya atas nama....]

“Cinta,” sahutku, kesal. “Percaya deh, aku nggak termasuk dalam golongan berbudi luhur. Buktinya aku nggak keberatan menumbalkan siapa pun yang berani menghalangi jalanku!”

Putih selesai membersihkan kaki depan. Sekarang dia melangkah mengitari bangku yang tengah kududuki. Kupikir dia akan mendorongku, ternyata dia justru melingkarkan ekornya di lenganku.

[Normal. Ingin hidup merupakan hal wajar. Semua makhluk hidup memiliki keinginan yang sama: bertahan hidup. Akan mengerikan bagi seseorang bila naluri bertahan hidup lenyap dalam dirinya. Kamu sudah berjuang keras dan sebaiknya jangan terlalu menjelek-jelekkan kehidupanmu.]

Setelah memberi ucapan motivasi, Putih menyundul lenganku dengan kepalanya. Aku tidak berani membelai kepalanya seperti seekor kucing. Takut kena gigit sih.

“Kira-kira apa yang akan terjadi ke depannya, ya?” tanyaku sembari menatap langit. “Apa dia akan mengejarku?”

[Menemukanmmu bukan pekerjaan mudah. Apalagi kamu tidak pernah menggunakan identitas mana pun selama berada di sini.]

“Jaga-jaga. Aku nggak mau tertangkap Bulan Darah, vampir, maupun antek-antek masalah.”

[Kamu sepertinya memiliki masalah dalam hal kepercayaan.]

Putih tidak tahu saja bahwa hidupku jauh dari kata baik-baik saja. Di kehidupan pertamaku selalu saja aku dikhianati oleh keluarga dan orang-orang yang kuanggap sebagai keluarga. Sekali? Kuanggap aku kurang beruntung. Dua kali? Pasti sedang sial saja. Berkali-kali? Oke! Pasti ada yang salah! Cukup sudah dengan acara menyerahkan hatiku kepada orang yang sama sekali tidak peduli menjaga perasaanku! Titik!

ALL OF THEM WANT TO KILL HER (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang