WARNING: Flashback masa lalu Sheila. Akan banyak narasi dan minim dialog. Bila tidak suka dengan jenis naskah semacam ini, saya sarankan lewatkan saja meskipun nanti kalian sendiri yang bingung dengan plot karena ini berkaitan dengan kepribadian Sheila.
WARNING: Perundungan, kekerasan verbal, dan abuse.
***
Hidup tidak ada bedanya seperti beban bagiku. Aku tidak memilih terlahir sebagai manusia dan tidak menghendaki menjadi semua yang orang tidak sukai terkait kelahiranku.
Putih mencoba menenangkanku dan menyemangati diriku bahwa ada hal menyenangkan yang layak kucoba. Namun, sesuatu dalam diriku selalu memperingatkan bahwa berharap lebih daripada yang boleh aku miliki pasti akan mengantarku ke jurang penderitaan.
Aku ingin berusaha membagi sedikit saja potongan masa laluku kepada Putih. Aku ingin dia tahu dan memahami bahwa aku, manusia yang dia beri perhatian, tidak sehebat ekspektasinya.
Setelah meluapkan sedikit kekesalan, aku berbaring di ranjang dan memejamkan mata.
Tidak tidur.
Rasa kantuk seolah enggan menyentuhku. Entah kupejamkan mata maupun membukanya, masa lalu kembali merayapi relung ingatan dalam kepalaku dan memaksaku mengingat kejadian tidak menyenangkan.
Tidak adil. Aku hanya ingin hidup sebagaimana manusia lainnya. Tidak masalah andai aku terlahir tanpa kecantikan maupun kekayaan, tapi setidaknya tolong beri aku sedikit harapan.
Itulah yang dulu kupikirkan.
Ibuku tidak bisa memahamiku karena dia sering menghabiskan masa mudanya di luar negeri sebagai asisten rumah tangga. Sepulangnya dari luar negeri bukan kemakmuran yang menantinya, melainkan kekecewaan. Suaminya tidak bisa memanfaatkan uang yang ia kirim.
Ya, ayahku. Sekian juta rupiah yang ibuku kirim habis tidak tersisa. Ayahku tidak bekerja. Dia lebih sering menghabiskan waktu di warung, bersama lelaki tidak kompeten lainnya, dan bicara omong kosong. Dia tidak peduli denganku. Sama sekali.
Di sekolah aku menjadi bahan olokan. Tidak ada yang mau berteman denganku. Bajuku bau, seragamku kotor, dan tubuhku juga tidak terurus. Bila ingin mengetahui mengenai seorang anak diperhatikan oleh orangtua mereka maupun tidak, maka lihatlah tubuh dan pakaian yang ia kenakan.
Pakaianku selalu robek. Aku tidak tahu cara menjahitnya. Tidak ada yang mengajariku cara membersihkan tubuh. Mandi? Aku hanya tahu membilas tubuh dengan air sekadarnya. Rambutku berkutu karena jarang tersentuh sampo. Bukan karena tidak mau, melainkan ayahku memang tidak membelinya dan lebih memilih uangnya dihabiskan ke rokok dan membayar omong kosong sesama lelaki. Tubuhku kurus kering, kurang gizi, dan setiap kali melakukan aktivitas tidak bisa segesit anak-anak seumuranku.
Orang tidak mau mendekat karena bau tubuhku sangat tidak sedap. Kulitku kadang kena koreng maupun panu. Bekasnya ada di kaki dan tangan.
Pihak sekolah? Mereka tidak peduli. Guru di SD di tempatku tidak seperti bu guru baik hati dalam Laskar Pelangi yang rela melakukan apa saja demi anak didiknya. Guru di tempatku merupakan gerombolan ibu-ibu hobi bergosip yang tidak peduli dengan perundungan yang tengah terjadi pada salah satu peserta didik.
Anak lelaki selalu menendangku hanya karena mereka tidak suka melihat wajahku. Anak perempuan menuduhku mengambil sesuatu hanya karena akulah yang paling miskin di kelas. Setiap ada jadwal kebersihan, maka aku akan ditempatkan pada Senin.
Tahu apa yang terparah? Murid harus mencuci piring bekas makan para guru. Di sekolah guru tidak segan memasak. Jangan tanya caranya karena mereka bahkan membawa kompor minyak tanah ke sekolah. Itu belum termasuk bila guru ingin makan sesuatu, lalu mereka menyuruh murid membelinya ke warung yang jaraknya butuh enam menit jalan kaki.
![](https://img.wattpad.com/cover/355281464-288-k754878.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL OF THEM WANT TO KILL HER (Tamat)
FantasiaKenapa sih orang-orang tertarik isekai ke novel, film, komik, atau dimensi mana pun? Seolah pindah dunia itu semudah pindah kontrakan yang kalau tidak cocok bisa mengajukan keluhan ke empunya indekos. Berharap bisa disukai oleh semua tokoh ganteng d...