22

1K 194 3
                                    

NOTE: EKSTRA EPISODE 3 ALL OF THEM WANT TO KILL HER SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA! Silakan mampir. Hehehehehe. :”) Kalian tinggal ketik di pencarian “search” judul All of Them Want to Kill Her atau langsung kunjungi akun saya GaluhCahya8. Oke? Terima kasih.

***

Firasatku berkata bahwa pertemuan antara diriku dengan vampir “menakutkan” tidak akan menjadi yang terakhir. Dalam hidup milikku, baik kehidupan pertama maupun kedua, yang menyedihkan telah mengajariku satu hal: jangan abaikan firasat. Maka dari itu, aku pun perlu mengambil tindakan. Bila bukan diriku yang menyelamatkan diri ini, “aku”, maka siapa yang bisa? Putih? Lupakan saja. Dia tidak masuk hitungan. Sama sekali.

Putih memang berjasa. Berkat bantuan darinya aku bisa melarikan diri dari tempat terkutuk itu. Tempat yang menjadikanku sebagai alat. Dia pula yang membuatku kuat, mengajariku melindungi diri, bahkan mengoptimalkan kesaktian. Uang. Oh dia juga berjasa dalam menolong memperbaiki gizi tubuh. Sekarang sepertinya berat tubuhku bertambah. Aku tidak terlihat kering, persis ranting. Kulitku pun makin kenyal. Hmmm uang memang bisa mengembalikan kecantikan!

Lupakan racauan tidak pentingku. Ada satu tugas yang perlu kuselesaikan. Hanya satu.

Di pertemuan berikutnya, bersama Riu, aku pun menyuarakan keinginanku.

“Apa penawaranmu mengenai hidup nyaman masih berlaku?”

“Kalau maksudmu tinggal di tempat yang ditawarkan oleh Bintang Fajar,” Riu mengoreksi, “ya, masih berlaku.”

Kami, aku dan Riu, berada di taman. Seperti biasa. Salju mulai bermunculan. Tipis, tidak terlalu tebal. Seperti bedak bayi yang ditaburkan secara serampangan ke sembarang tempat. Di batu, permukaan meja, daun, kerikil, jalanan, ke segala tempat.

Aku mencoba melindungi diri dari serangan dingin dengan beberapa lapis pakaian. Aneh sekali. Aku, si pemilik kekuatan es, ternyata tidak kebal cuaca dingin.

Riu pun kulihat telah mengenakan pakaian tebal. Hanya saja bahan yang ia pilih jauh lebih baik daripada pakaian milikku yang didapat dari pojok obralan. Sekali jelata, tetap jelata. Padahal ada ATM cuma-cuma, tapi tetap tidak bisa kugunakkan sekehendak hati.

[Aku mendengar keluhanmu.]

Persetan dengan kemampuan Putih membaca pikiranku.

“Kami akan pastikan kamu mendapat segala yang kamu butuhkan,” Riu berjanji. “Kamu bahkan diizinkan berlatih dengan anggota lain. Namun, kuperingatkan agar jangan berharap mendapat hak istimewa. Tidak ada kesenjangan. Semua didapat berdasar kemampuan.”

“Aku nggak ingin bergabung dalam kelompok elite,” kataku meluruskan opini Riu. Matahari mulai merangkak turun ke peraduan. Berkas cahaya berwarna oranye menerangi taman dengan nuansa emas cair. “Satu-satunya, yang utama, hanyalah keamanan. Intinya sih gampang. Aku membantu kalian melacak maupun membaca sihir pada arsip apa pun yang kalian temukan. Sebagai gantinya kalian memberiku keamanan dan tolong jangan berharap aku sudi melacak vampir. Cukup sekali aku menguntit vampir. Sekali!”

“Vampir? Apa kamu berubah pikiran mengenai memburu mereka?”

Kugelengkan kepala, menolak ide menjadi pemburu vampir. “Kemarin aku bertemu dengan dua vampir. Yang satunya mati di tangan vampir yang lebih tua.”

Ekspresi di wajah Riu pun berubah semakin tajam. Sorot matanya seolah dua pisau tajam yang hendak membelah apa pun yang ada di hadapannya. “Jelaskan.”

“Dia memiliki penampilan yang sangat menarik,” ujarku menuturkan mengenai kejadian tragis. “Kamu mungkin akan langsung terpesona dan menganggap vampir itu sebagai jelmaan peri.”

ALL OF THEM WANT TO KILL HER (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang