-AUTHOR POV-
Sesampinya ditempat yang Kathrina tuju, mereka berdua turun dari mobil. Gita mengitarkan pandangan, didepannya ada sebuah rumah dengan design eropa klasik berwarna broken white. Dijaga ketat oleh beberapa orang berstelan rapi, tidak banyak tapi kalo dia ingin mencoba melarikan diri sendiri yaaa agak beresiko juga.
"Jalan lu!" Perintah Kathrina dengan menodongkan pisau
"Gue emang lagi jalan, ga pake kursi roda!" Jawab Gita tengilKathrina terpancing emosi, saat hendak memukul Gita, Adrienne keburu muncul dari dalam rumah dan menatap Kathrina.
"Jangan seperti itu Kathrina, tidak sopan pada tamu."
"Baik Pi, maaf"Gita seperti melihat dua orang yang berbeda dalam diri Kathrina yang begitu tunduk pada Adrienne, tidak selepas tadi saat membawa paksa dirinya.
"Ayo masuk, kita bicara didalam" Ajak Adrienne
"Tidak ada yang perlu kita bicarakan" Jawab Gita angkuh
"Mirip sekali dengan Sejagat!" Kedua mata Gita menajam kembali mendengar nama Sejagat disebut
"Kamu tidak penasaran dimana Papa kamu sekarang?"'Apalagi ini?' Pikir Gita
"Masuklah, kita berbincang sebentar. Kamu pasti akan suka dengan apa yang akan saya bicarakan." Tanpa menoleh lagi, Adrienne langsung memutar kursi rodanya masuk kedalam rumah diikuti Gita juga Kathrina.
"Kamu pasti sudah mendengar dari anak saya tentang tujuan kamu dibawa kesini kan?"
"Kalian menginginkan apa dari saya?" Gita bertanya balik
"Sudah 10 tahun dan Sejagat masih kukuh tidak ingin bicara, siapa tahu dengan adanya kamu dia akan berbicara tentang apa yang saya inginkan!""Apa maksudnya? Anda menahan Papa saya?" Setidaknya itulah yang tersirat dalam ucapan Adrienne "Dimana dia sekarang?!" Gita mulai tidak sabar
"Tenang dulu, kamu mau bertemu Papa kandungmu kan? Kasih tahu saya dimana Sejagat simpan brankas dan kuncinya!"
"Brankas? Kunci? Apa itu? Saya tidak mengerti dengan apa yang anda tanyakan" Heran Gita
"Jangan berkilah, kamu tinggal sebutkan dimana lokasi dan kunci brankasnya! Maka Sejagat akan saya lepaskan!"
"Terserah anda mau apakan saya, tapi saya sama sekali tidak mengerti dengan apa yang anda mau. Saya tidak memiliki apapun. Lokasi brankas? Kunci brankas? Brankas apa yang anda maksud? Bagaimana bentuk brankas dan kuncinya saja saya tidak tahu!" Gita kembali dan kesekian kalinya dibuat bingung oleh orang yang berbeda
"Hebat sekali Sejagat menyimpan lokasi dan kunci brankasnya selama ini ha ha ha siapa yang akan menyangka kalau ternyata semua itu dia berikan pada anak tunggalnya yang dia bilang sudah mati saat pelarian kudeta kala itu, tapi ternyata dia menitipkan anaknya pada Hanan, sialan!"
Puzzle apalagi ini, Gita mulai merasa ada sedikit sakit dikepalanya. Terlalu pusing mendengar dan mengingat cerita yang coba dia rangkai untuk jadi satu kesatuan yang utuh.
"Geledah dia Kathrina!" Perintah Adrienne "Setidaknya kita bisa memiliki dulu kuncinya!!"
"Baik, Pa." Tanpa melakukan perlawanan Gita hanya diam mencerna ucapan Adrienne, mencocokan dengan cerita Gracia.
Kathrina menggeledah badan Gita, sampai isi tasnya dia keluarkan. Dia menggeleng kearah Adrienne tidak menemukan benda berbentuk kunci atau benda aneh lainnya yang kemungkinan adalah kunci pembuka brankas.
"Apa maksudnya saya sudah mati? Pelarian saat kudeta?" Gita mencoba mencari jawaban
"Apa Hanan tidak pernah cerita kalau Sejagat itu pengacara dari keluarga Mafia? Nama Papa kamu sangat diperhitungkan dalam putaran kelompok kami, banyak yang menginginkan dia bahkan Hanan. Tapi dia malah memilih berada di pihak Agrezza"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gita Dikara Sejagat
FanfictionCerita tentang seorang anak perempuan yang mencari jati dirinya, mencari siapa keluarga dia sebenernya dan bagaimana kehidupan keluarganya.