"Kak Gita.."
Azizi merentangkan tangannya memanggil dengan suara lemah ketika melihat Gita masuk dengan wajah sedihnya.
Berjalan cepat mendekat pada Azizi, Gita segera saja membalas rentangan tangan Adiknya dengan memeluknya erat.
"Maafin Kak Gita ya Dek.." Suaranya terdengar berat dan serak karena menahan tangis.
"Kenapa Kak Gita minta maaf, yang salah kan mereka yang udah celakain." Kata Azizi melepaskan pelukan Gita.
"Tetep aja, kalo kamu sama Kak Shani ga anterin Kakak kejadiannya ga akan kaya gini kan?"
"Apasih Kak, ini emang udah harusnya aja kejadian kaya gini. Bukan salah Kakak kok, iyakan Pa? Ma?"
Hanan juga Rania mengangguk setuju dengan ucapan anak bungsunya.
"Yang penting sekarang kan aku sama Kak Shani udah dirawat, aku udah bangun Kak Shani juga pasti bentar lagi bangun."
Tangan Azizi tidak lepas dari Gita yang sudah duduk di sebelahnya.
"Ka Gita akan cari siapa pelaku yang udah bikin kamu sama Kak Shani kaya gini, itu janji Kakak."
"Gausah macem macem deh Kak, udahh serahin aja sama Polisi." Khawatir Azizi dengan yang dijanjikan Gita.
Tidak ingin membuat Adiknya khawatir akhirnya Gita mengangguk menuruti keinginannya
"Mau cerita ga Dek, gimana kronologi kejadian penyerangan kalian? Ada yang kamu ingat ngga dari mereka?"
Azizi mengerung mengingat kembali, tapi kemudian wajahnya meringis seperti ketakutan
"Jangan deh, udah udah.. kamu ga usah ingat-ingat lagi kejadian tadi. Maafin Kak Gita ya." Dengan tangan kirinya membelai pucuk kepala Azizi agar lebih rilex.
"Aku gapapa Kak Gita, aku mau cerita kok. Tapi ga sekarang ya soalnya ngantuk banget." Kedipan kedua matanya sudah terlihat sangat lemah, ngaku ngantuk padahal sekujur tubuhnya begitu sakit.
Gita tersenyum lembut dengan tangannya tak henti membelai rambut Azizi hingga membuatnya benar-benar merasa nyaman juga aman.
"Yaudah kamu istirahat lagi ya, Kak Gita temenin."
Memang belum bisa bercengkrama lama karena masih merasa badannya tidak enak seperti remuk redam, mendapat perlakuan lembut dari Kakaknya membuat Azizi kembali terlelap tidur dalam istirahat pemulihannya. Antara nyaman dan nyeri badan menyatu membuatnya tak berdaya menahan lelah, dengkuran halus pun terdengar dari mulutnya.
Senyum getir menemani perasaaan Gita yang kembali terasa sakit dalam siksaan melihat bagaimana kondisi Azizi, sekuat hati menahan air matanya agar tidak meluncur sungguh sesak bukan main.
'Kenapa harus mereka Tuhan? Kenapa ga aku aja!'
Setelah tangan Azizi terlepas dari tangannya, Gita pamit untuk melihat kondisi Shani yang menurutnya masih belum siuman. Tapi saat sudah keluar ruangan, Hanan menghentikan langkah Gita.
"Gita." Panggil Hanan
"Iya Pa?"
"Papa cuma mau bilang, kamu jangan terus menyalahkan diri sendiri seperti ini."
Gita terdiam membisu dengan tatapan sedihnya
"Kak Shani sama Zee udah gapapa sayang, Papa gabisa liat kamu murung, menghukum diri seolah kamu yang salah. Karena ini bukan salah kamu. Apapun yang terjadi akhir-akhir ini dikeluarga kita, itu bukan salah kamu Nak."
Hanan bisa melihat bagaimana sikap Gita yang coba dia tutupi, ada sesal juga kesal atas kejadian yang belakangan terjadi di keluarganya, ada tanya dalam kebingungan yang ingin dia dapati jawabannya, bahkan ada sangka dalam dasar hatinya jika teror yang mengobrak-abrik keluarganya berkaitan dengan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gita Dikara Sejagat
FanfictionCerita tentang seorang anak perempuan yang mencari jati dirinya, mencari siapa keluarga dia sebenernya dan bagaimana kehidupan keluarganya.