Episode 16

1.3K 84 7
                                    

"Kaaaakk" Wajah Azizi begitu sedih juga takut memeluk Shani "Kagita ga akan kenapa-kenapa kan?"

Shani tidak bisa menjawab, hanya memeluk balik Azizi dengan kedua matanya dia pakukan di ruangan tempat Gita terbaring, lewat kaca 2 arah diruang perawatan mereka bisa lihat Gita sudah mulai diperiksa, dipasang infus, dipasang selang oksigen dan peralatan medis lainnya diikuti kesibukan Prof Handoko beserta asisten dokter dan beberapa perawat.

Ketika dalam waktu menunggu pemeriksaan, Rania datang berjalan cepat menghampiri keluarganya

"Pa?" Panggilnya membuat Hanan melihat pada Istrinya "Gita gimana Pa? Kenapa bisa jadi seperti ini?" Begitu cemas Rania menanyakan tentang Gita

"Tenang ya Ma, sabar, kita doain aja Gita" Hanan memeluk Rania dari pinggir.

Azizi yang tengah sesenggukan menangis dalam pelukan Shani segera berpindah mendekati Rania, dia segera memeluk dan mengadu pada Mamanya.

Hampir 30 menit berlalu, dokter dari ruangan tempat Gracia diperiksa keluar dan langsung dihampiri Marsha

"Gimana Kakak saya Dokter?"

Shani bisa melihat dengan ekor matanya, jadi teringat apa yang diucapkan Gita tentang keselamatan Gracia. Dan karena Gita masih dalam perawatan, Shani menghampiri dulu Marsha untuk memastikan kondisi Gracia.

"Kondisi pasien sudah stabil, luka tusuk di perutnya tidak sampai ke jaringan kulit terdalam. Tapi tetap harus di jahit luka sobeknya, mungkin nanti saat siuman pasien akan merasa sakit di perutnya tapi tidak perlu dikhawatirkan itu hanya rasa sakit karena obat biusnya sudah habis saja"

Marsha merasa lega mendengar penjelasan Dokter, begitupun Shani. Setidaknya janjinya pada Gita sudah tuntas jadi dirinya bisa berfokus sepenuhnya pada Gita.

"Dibantu perawat, Kakak kamu akan dipindahkan ke ruangan yang sudah disiapkan. Mari" Pamit Dokter dengan memberi petunjuk terakhir

"Kak, Kak Gita gimana?" Tanya Marsha
"Dokter masih melakukan pemeriksaan, yang penting sekarang Kakak kamu sudah stabil. Kamu fokus saja dulu sama dia ya, Gita biar kita yang urus" Lembutnya suara Shani dengan hatinya masih belum tenang
"Makasih Kak, udah nyiapin semuanya disini." Marsha sedikit membungkuk karena atas campur tangan Hanan, Gracia bisa mendapat perawatan

Shani menggeleng "Kami yang seharusnya berterima kasih sama Kakak kamu, kalau saja Gracia tidak menyadari orang-orang asing itu mungkin nasib Gita lebih buruk dari ini"
"Gapapa Kak, aku yakin Kak Gracia melakukan itu karena dia sayang sama Kak Gita."

Dalam saling tatap antara Marsha dan Shani, beberapa perawat keluar membawa Gracia yang masih belum sadar untuk dipindah ke ruang rawat vvip

"Kamu gapapa sendirian? Kak Shani harus lihat lagi Gita"
"Aku gapapa Kak, Kakak balik lagi aja ke Kak Gita. Eumm.. kalo boleh kabarin ya Kak soal Kak Gita" Terdengar begitu santun Marsha bicara yang diangguki Shani dengan senyum lelahnya.

Setelah Marsha dan Gracia yang ada diatas brangkar tidak lagi terlihat di IGD, Shani segera kembali kedepan ruangan dimana Gita masih diperiksa.

Menunggu kembali dalam cemas yang masih meremas hatinya, nafasnya belum bisa lega karena melihat Gita masih diitari Prof dan tim dokternya.

'Apa sebegitu parahnya sampai pemeriksaannya selama ini?' Batin Shani

Selang beberapa menit kemudian, Prof. Handoko keluar dari ruang pemeriksaan. Mereka yang daritadi memaku pandang keruang pemeriksaan langsung mendekati Prof. Handoko yang tanpa ada pertanyaan langsung menjelaskan kondisi Gita pada keluarga Hanan.

"Kondisi Gita belum begitu stabil, saya tidak bisa memprediksi kapan Gita bisa bangun"

"Kenapa Gitu? Maksudnya gimana Prof?" Shani memotong karena tidak suka mendengar prediksi soal bangunnya Gita

Gita Dikara SejagatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang